Satu bulan akhirnya terlewati begitu saja. Persiapan untuk acara Dies Natalis Universitas sudah terpenuhi 80%. Tadinya hari minggu ini rencanya akan Aura gunakan untuk Q-time dengan keluarga. Tapi apa daya, tiba-tiba Lifa tadi malam mengajaknya untuk mencari tempat jasa penyewaan tenda karena nantinya akan ada acara pekan olahraga juga dalam perayaan Dies Natalis tersebut. Sehingga sangat dibutuhkan tenda-tenda untuk di pasang di sekitaran lapangan olahraga. Awalnya Aura sudah menolaknya karena sudah jelas sekali Lifa sebenarnya bisa saja mengajak pergi Raga. Lagian Aura juga tidak paham permasalahan tentang sewa tenda.
Namun Lifa berasalan tidak mau jika hanya berduaan dengan Raga karena mereka sempat bertengkar dan pastinya akan mengalami kecanggungan satu sama lain. Maka dari itu ia mengajak Aura. Ya, Nasib Aura memang malang. Sepertinya ia akan jadi memiliki spesialisasi keahlian yang baru yaitu menjadi obat nyamuk. Pastinya ia tidak mau sendirian dong. Ia sudah mengajak Dirga untuk menemaninya tanpa sepengetahuan Lifa. Lagi pula ia tidak mau juga naik motor sendirian ngalor ngidul mengikuti mereka. Terlihat jones sekali, sedangkan Lifa dan Raga pastinya akan berboncengan nantinya.
"Dek! Cepetan dong! Kamu di kamar mandi dari tadi tuh ngapain aja?" teriak Haqi dengan menggedor-gedor pintu.
"Makanya jadi orang jangan kang molor! aku baru masuk sepuluh menit yang lalu. Pakai kamar mandi bawah aja!" jawab Aura tak mau kalah dan dibalas dengan tendangan pada pintu kamar mandi.
"Haqi! Rusak itu pintunya!" teriak Kirana yang terdengar keras. Aura tahu bundanya pasti berada di ruang keluarga karena dari situ dapat terlihat bagian lantai dua. Jadi akan terlihat apa yang dilakukan oleh Haqi tadi pada pintu kamar mandi yang malang.
"Aura Bun!" jawab Haqi.
"Gila emang! masih aja nyalahin aku" batin Aura.
Setelah selesai dengan urusan kamar mandinya, Aura langsung bergegas siap-siap untuk pergi karena Lifa bilang akan menjemput dirinya pukul sembilan pagi. Ntah kenapa ia harus di jemput, menurutnya malah buang-buang waktu karena nantinya juga tujuan mereka juga ke kota lagi. Tapi Lifa menginginkan begitu ya sudahlah.
Aura sudah yang sudah selesai bersiap dengan pakaian yang termasuk nya bisa dibilang rapi lah dibandingkan sebelumnya ia menggunakan daster. Ia menggunakan celana kulot berbahan linen warna beige dan memakai kaos lengan pendek berwarna hitam dengan dibalut cardigan rajut warna abu-abu. Tak luput juga dengan tas selempang nya yang berwarna abu-abu.
Saat ia turun, terlihat di ruang keluarganya sudah ada kehadiran Dirga yang sedang memegang piring yang Aura sudah pastikan isinya nasi kuning buatan Bunda nya yang tadi pagi juga menjadi santapan sarapannya. Bunda nya pasti menawarkan Dirga untuk sarapan terlebih dahulu dan anak kosan itu so pasti langsung mengambilnya sendiri.
"Tumben jam segini udah sampai biasanya masih molor di kosan. Udah mandi kan, Ir?" tanya Aura saat sudah duduk di samping bundanya.
"Ntar ada jones ngamuk-ngamuk kalau gue telat mah," jawab Dirga tanpa mengalihkan pandangannya dari televisi, "ya kali kagak mandi. Emangnya lu yang berangkat kuliah kagak mandi pas istirahat numpang mandi di kosan orang! ".
Aura langsung meringsek duduk ke samping Dirga. Kemudian mencubit lengannya dengan kencang Dirga langsung mengaduh dan berusaha melepaskan cubitan pada lengannya tersebut.
"Makan tuh lengan yang katanya keker! Baru digituin udah aduh aduh nggak jelas," cibir Aura dengan menirukan Dirga yang mengaduh dengan mengusap lengannya.
"Cubitan lu tuh pedes banget, Njir!" protes Dirga, "anjirlah! Nge cap kuku dong!"
Haqi, Aura, dan Kirana hanya tertawa saat mendengar perkataan Dirga dengan ekspresi kagetnya. Ya memang di lengan Dirga tercetak tiga cap kuku yang dalam.
"Kalian mau kemana pagi-pagi kayak gini?" tanya Kirana melerai pertikaian yang ada.
"Itu Aura, Bun. Katanya mau survey cari sewa tenda apa ya? Sama Lifa kan lu?" jawab Dirga sembari menatap Aura.
"Iya Bun. Mau cari sewa tenda buat acara Dies Natalis Universitas. Kebetulan penanggung jawabnya Lifa," tambah Aura.
"Kenapa nggak ketemuan di kampus aja kalian berdua? Kan Dirga jadi bolak-balik," ucap Haqi dengan mengerutkan keningnya.
"Iya lho. Kasian Dirga harus bolak balik antar jemput kamu," setuju Kirana.
"Lifa katanya mau jemput ke sini. Dan aku nggak bilang ke dia kalau Dirga ikut, hehe. Misi tersembunyi ini tuh Bun," jawab Aura dengan terkekeh.
"Biasalah, Bun. Jones nyari-nyari partner biar nggak jadi obat nyamuk," ucap Dirga dengan meledek.
"Si Lifa bawa pacarnya?" tanya Haqi dengan terbahak.
"Bukan pacar kali. Nggak jelas mereka berdua mah," dumel Aura sebal.
Tiba-tiba terdengar suara deru mobil yang berhenti di depan rumah Aura. Lalu tidak lama kemudian terdengar bunyi pagar yang terbuka. Dan mereka tahu pagar rumah siapa yang terbuka. Pagar rumah Aura memiliki suara yang khas. Sehingga mereka semua tahu bahwa rumah Aura kedatangan tamu. Tapi siapakah yang datang dengan mobil tersebut?
"Bulek Mia atau Bulek Nur kah, Bun?" tanya Aura dengan menatap Bunda nya karena biasanya yang datang menggunakan mobil kalau bukan keluarga Bulek Mia ya paling keluarga Bulek Nur. Para geng janda memang sering berkumpul di rumah Aura karena ayah Aura adalah kakak tertua yang berada di Yogyakarta sedangkan sang anak pertama berada di Surabaya dan anak kedua berada di Bali. Ayah Aura adalah anak ketiga dari enam bersaudara. Bulek Mia adalah adik terakhir dari ayahnya dan suaminya juga sudah meninggal. Sedangkan Bulek Nur adalah istri dari adik laki-laki pertama ayahnya yang bernama om Adi dan beliau meninggal setahun setelah ayah Aura meninggal.
"Nggak deh, Dek. Soalnya Bulek nggak ada ngirim w******p ke Bunda untuk ngabarin kalau mau ke sini," jawab Kirana dengan mengecheck hand phone nya.
Bel rumah pun berbunyi. Aura yang sudah siap dengan baju yang rapi akhirnya diminta oleh bunda nya untuk menerima tamu. Aura langsung berjalan cepat ke depan. Saat ia membuka pintu ternyata orang yang bertamu tersebut adalah Lifa.
"Kenapa nggak langsung masuk aja sih! Heran deh," omel Aura sembari membuka pintu lebih lebar.
"Pintunya aja tutupan. Aku pikir nggak ada orang di rumah," ucap Lifa yang langsung duduk pada kursi panjang ruang tamu Aura, "by the way kok ada motor Dirga?"
"Emang ada di sini bocahnya. Aku suruh nemenin biar nggak jadi obat nyamuk kalian. Gile aja aku sendirian diantara kalian," sewot Aura dengan smirk di bibirnya.
"Ogeb banget sih kamu, Ra! Kita nggak cuma bertiga ya Allah!" ucap Lifa dengan frustasi.
"Lha emang sama siapa lagi? Lagian udah banyak orang gitu ngapain ngajak aku sih," ucap Aura dengan kesal, "terus sekarang mereka dimana? Kamu naik apa?"
"Odong banget dah! Kenapa aku ngajak kamu karena Mas Raga bawa partnernya. Itu yang bikin aku uring-uringan sama dia semalam," ucap Lifa dengan memutar bola matanya, "makanya kita jemput karena kita bertiga dan naiknya mobil".
TBC