Hari pertama

1099 Kata
WUSHH… Suara mobil melaju dengan kecepatan tinggi terdengar begitu jelas di jalanan yang masih sunyi. "Huh, semoga aja gak telat,” ujar seorang gadis. Gadis itu menginjak pedal cukup dalam yang membuat mobil melaju kecepatan di atas rata-rata minimum kecepatan. Jika kalian bertanya-tanya mengapa gadis itu mengendarai mobil dengan cepat? Ya, karena hari ini gadis yang dikenal dengan nama Agatha Adira Clarissa telah resmi menjadi murid baru di salah satu sekolah yang berada di Jakarta. Sma Kristal. Itulah nama sekolah Agatha saat ini. Sekolah se-taraf internasional. Bahkan mempunyai banyak cabang di berbagai negara dan dengar-dengar berkat namanya yang terkenal, sekolah ini memiliki aturan yang sangat ketat dan juga memiliki aturan yang seharusnya tidak diperbolehkan di sekolah lain tetapi diperbolehkan di sekolah ini. Sungguh unik. Maka dari itu, Agatha tidak ingin dirinya telat, karena sekolah barunya sangat disiplin terhadap waktu. Dia tahu peraturan itu dari kepala sekolahnya langsung. Agatha bergidik ngeri. Membayangkan saja ia tidak mau. *** Sesampai Agatha di parkiran sekolah, ia bergegas keluar dari mobilnya. Namun, sebelum keluar ia merapikan penampilan terlebih dahulu, agar memberi kesan baik di hari pertama ia masuk. Sesudah merasa cukup rapih, ia berjalan menuju ruang kepala sekolah untuk diberitahukan letak kelasnya, ia juga membereskan beberapa berkas yang masih belum terselesaikan. *** "Eh, gue denger-denger hari ini ada murid baru di kelas kita, bener gak sih?" Keysia baru saja datang dari luar kelas segera bergegas ke tempat duduk yang sudah ramai dengan teman-teman sekelasnya. Kebetulan sekali mereka juga sedang membicarakan si anak baru. Keysia jadi penasaran siapa anak baru itu. "Iyap, hari ini ada anak baru di kelas kita makanya kemarin Bu Siska nyuruh gue buat kenalin anak baru itu ke kalian, soalnya si Bu Siska ga bisa nemenin tuh anak baru perkenalan diri di kelas. Dia harus ngajar di kelas 11 ipa. Apalagi Pak Guntak sekarang ga masuk karena sakit," sahut Renald dari tempat duduk yang berada di depan tempat duduk Keysia. “HAA!! Pak Guntak gak masuk? kenapa? Sakit apa?! Yeayy, Semoga lama kek sakitnya Tuhan," ujar Gita asal bicara dari arah belakang Keysia sambil mengangkat dua tangan seperti memohon. Ya wajar saja Gita begitu histeris mengetahui hal ini, ia hanya sedikit tidak percaya bahwa Pak Guntak absen hari ini. Melihat Pak Guntak termasuk guru yang tidak pernah absen di setiap pelajarannya. Beliau pasti selalu hadir tepat waktu jika masuk kelas, dengan alasan matematika tidak bisa di lewatkan sedetikpun.Ya, Pak Guntak adalah guru matematika yang disiplinnya sangat teramat tinggi dan patut di acungkan jempol. Bahkan selama Gita menjadi murid di sekolah ini, baru kali ini ia mendengar kabar pak Guntak tidak masuk kelas. Apakah Gita harus membuat party di rumahnya? "Iya, dia sakit gara-gara stress mikirin lo!" Keysia merotasikan manik matanya jengah. Tak habis pikir dengan kelakuan temannya ini yang tak pernah berubah. Ingin sekali Keysia menyumpal mulut Gita dengan gayung yang ada di rumahnya. Gita selalu saja berbicara asal, apalagi jika ia sudah menggosip. Mulutnya seperti ada banyak bensin jika sudah berbicara. Tidak pernah bisa direm apalagi kehabisan kata-kata. Bahkan semua berita di sekolah ia tahu. Keysia sempat khawatir kalau dulu mama Gita hamil, apakah ia sering mengidam hal-hal yang aneh? melihat anaknya ini menjadi luar biasa aneh dan sungguh ajaib. "Gak heran sih, Gue kan cantik," pede Gita, dia mengibaskan rambut dengan gaya congkak. Inilah salah satu sifatnya juga. Kepedean. "Iya cantik. Tikus aja kejang kejang liat pesona lo.” Meski berkata dengan tenang, namun perkataan Clara cukup menyesakkan d**a. Serentak seluruh murid yang ada di sana tertawa terbahak-bahak mendengar ejekan Clara untuk Gita. "HAHAHAHA..." Dan Keysialah yang tertawa paling kencang di antara teman-teman kelas. "Ha.ha.ha, lucu banget," ketus Gita dengan nada menjengkelkan. Ia mendengus sebal, tidak lupa melototkan matanya pada Keysia dan Clara, lalu mengalihkan perhatiannya ke arah ponselnya. Selanjutnya dia hanya bergumam tak jelas. Ngambek sepertinya. Tok! Tok! Tok.. Pintu diketuk dari luar. Sontak membuat kebisingan langsung tergantikan dengan kesunyian dalam kelas itu. Semua murid seketika berlarian untuk kembali ke tempat duduk mereka masing-masing. Beberapa detik setelah mereka duduk rapih, munculah Bu Siska beserta seorang gadis cantik. Gadis itu terlihat mengekori Bu Siska dari belakang, sehingga tertutupi oleh Bu Siska. Seluruh murid di kelas sepuluh ipa dua itu juga ikut penasaran dengan anak baru. "Renald sini kamu," perintah Bu Siska pada sang ketua kelas. Renald berdiri dari tempat duduk, lalu menghampiri Bu Siska yang berada di depan pintu masuk kelas. "Iya, Bu. Kenapa panggil saya, Ibu kangen ya?” Goda Renald sambil berusaha mengintip ke belakang Bu Siska. "Pede banget kamu, ini anak baru yang tadi Ibu katakan, kamu kenalkan dia dengan teman-teman kamu, ya. Ingat pesan Ibu, Renald! Harus berteman baik dengan Agatha, ajak dia untuk berbaur dengan teman kelas. Ibu ingin mengajar kelas lain dulu dan berhubung Pak Gunawan tidak bisa masuk, jadi tugas kamu adalah memperkenalkan anak baru itu ke teman temanmu, ya," jelas Bu Siska pada Renald. Ya. Sebenarnya nama asli Pak Guntak adalah Gunawan, tetapi murid-murid di sini selalu memanggilnya dengan sebutan pak Guntak karena ia botak. Tentu saja tanpa sepengetahuannya. Renald mengangkat tangan kanan ke arah dahinya membentuk seperti hormat pada Bu Siska. "Siap, Ibu Siska tercantik!” Murid cowok di kelas mereka pun langsung bersorak modus pada Renald. Apa yang salah? Renald hanya berkata fakta bukan bualan semata. Bu Siska memang guru tercantik di sekolah ini, dia juga masih muda karena baru lulus dari kuliahnya tiga tahun yang lalu. Sementara Bu Siska hanya tersenyum dan menggelengkan kepala seraya berbalik menghadap Agatha. "Agatha, istirahat temui Ibu ya di ruang guru," lanjut bu Siska tersenyum pada Agatha. Cewek itu membalas senyuman Bu Siska dengan lembut. “Baik, Bu,” ucapnya dengan patuh. “Agatha punya paket gak? Kalo gak ada bisa pake hp gue nih, di sini ada aplikasi ruang gurunya,” celetuk Renald tiba-tiba dari arah depan Agatha. Agatha berkedip dua kali. Bingung ingin merespon apa. Maksud Renald ruang guru aplikasi? “Kamu mau promosi atau apa, Renald?!” Untung Bu Siska langsung menyela ucapan Renald, Agatha bisa menghembuskan nafas lega. “Hehehe, bercanda Ibu Cantik. Ibu lagi pms ya, galak banget sih, Bu,” canda Renald yang di balas decakan dari Bu Siska. “Ibu lagi males bercanda, Renald! Yasudah Ibu ngajar dulu, udah telat nih.” Bu Siska melirik jam tangan miliknya, dan ternyata benar saja jam pelajaran sudah mulai sejak lima belas menit yang lalu. “Siap, Bu. Mau Renald antar, Bu?” Tawar Renald dengan tampang sok kalem. “Tidak usah, Bisa-bisa saya darah tinggi jalan bareng kamu! Udah ah, Ibu pamit dulu.” Habis berkata seperti itu, Bu Siska segera bergegas dari sana, meninggalkan Agatha dan Renald yang masih berdiri di depan pintu. Agatha meremas tangannya sendiri.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN