Pagi mulai menyapa. Cahaya matahari perlahan masuk memenuhi sudut-sudut kamar. Tebalnya gorden berwarna kuning keemasan nyatanya tak bisa menghalangi cahaya itu masuk ke dalam ruangan
Ku lihat kesamping dan tak ada mas imron di tempat tidurnya
Ku perjelas pendengaranku dan gemericik air terdengar jelas dari kamar mandi
Ah pasti mas imron ada disana
Drrrt
Terdengar notice pesan dari smartphone milik suamiku
Karena penasaran aku memberanikan diri untuk melihat siapa yang mengirim pesan kepada suamiku sepagi ini
" Pagi mas, gimana istrimu sudah gak marah kan ? "
Pesan itu berasal dari nomer tak di kenal namun saat ku lihat foto profilnya terpampang nyata wajah dari wanita itu , ya si Devi Natasha
Mengapa ia mengirim pesan seperti itu ke suamiku apakah benar dugaanku kemarin bahwa penjelasan mereka sudah di setting
Apakah benar memang ada hubungan special antara mas imron dan devi
Untuk apa pula mas imron menyuruh devi untuk klarifikasi padaku jika pada akhirnya terbebas dari ku adalah maunya
Segera ku salin nomer telefon milik devi dan menyimpannya pada ponselku
Sebelum mas imron keluar dari kamar mandi
Ku rapikan kembali selimut di tubuhku dan kembali pura pura tidur
Ceklek
Ku dengar mas imron membuka handle pintu dan langkah kakinya terdengar mendekat
Ia langsung menyentuh ponselnya mungkin ia sedang membaca pesan dari wanita itu
" Mas " seolah olah baru bangun dari tidurku , dengan suara parau aku menyapanya
" Hem" jawabnya sambil menaruh kembali ponselnya di atas meja
" Aku tunggu di bawah , buruan mandi " ucapnya kemudian
" Ya mas " Jawabku
Aku segera merapikan selimut dan bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri
Samar samar ku dengar suara seseorang yang sudah tak asing di telinga
Mas imron ? Dengan siapa dia berbicara
Apakah dia sedang menelfon wanita itu
Ku percepat acara mandi pagiku dan benar saja ia terkejut saat aku membuka pintu kamar mandi
Dengan gagap ia memasukan ponselnya kedalam saku celana dan langsung keluar kamar
Apa yang sedang kamu sembunyikan mas perlahan aku akan membongkarnya
Aku sudah punya nomer w************n itu
Jika kamu menutupinya dariku mas, aku akan tanyakan langsung pada wanita simpananmu itu
**
Hari ini berjalan seperti biasa namun aku sudah berpesan pada mas imron agar tak usah menjemputku karena sepulang mengajar aku ada pertemuan dengan teman lamaku
Itu hanya alasanku pada mas imron yang sesungguhnya aku lakukan adalah aku akan menemui wanita itu
Kacau ? Ya memang kacau
Hidupku kacau sejak awal ia menikahiku di tambah adanya devi membuatku semakin yakin untuk mengubur dalam dalam angan tentang pernikahan yang harmonis dan indah
Di tempat dan waktu yang sudah aku dan devi sepakati
Ku lihat sekeliling dan ah itu dia
Ku hampiri dia dan dia menyambutku dengan senyum manisnya
" Silahkan duduk mbak " sapanya sangat ramah
Tanpa basa basi aku segera duduk di hadapannya dengan emosiku yang sudah memuncak
" Gak usah basa basi, bilang sama saya ada hubungan apa kamu sama suamiku" cecarku
" Hehe , kok mbak nanya saya gak nanya suami mbak langsung" ucapnya seraya mengibaskan rambutnya
Aku akui dia sangat mempesona , cantik putih berperawakan tinggi, modis, pintar serta tutur bahasa yang lembut
Tetapi sayang dia tak menggunakan dengan baik kelebihan yang ada pada dirinya
Aku pun berani bertaruh jika ia mau ia bisa mendapatkan pria muda yang lebih kaya lebih tampan lebih segalanya dari Mas imron dan yang pasti tak beristri
Tetapi mengapa ia malah memilih mas Imron yang jelas jelas sudah beristri bahkan mempunyai anak
Dimana hati nuraninya sebagai wanita
" Tidak ada wanita baik yang dengan sadar menghancurkan kebahagiaan wanita lain " sindiriku
Dia memicingkan sebelah matanya kemudian menatapku tajam
" Mbak .. mbak bahagia menikah dengan mas imron ? Mbak bahagia berada di tengah tengah pernikahan yang sudah tak lagi sehat bahkan sejak awal kalian menikah" ujarnya
Ha ? Pernikahan tak sehat ? Tahu darimana ia tentang pernikahanku apakah mas imron sudah menceritakan semua tentang rumah tangganya selama ini
Kalau memang mas imron menceritakannya pada wanita itu, artinya mas imron sudah sangat keterlaluan
Aku dengan segala upaya berusaha menutupinya bahkan dari ibu kandungku sendiri dan dia dengan mudahnya menceritakan hal itu terlebih pada orang asing
" Kamu tahu banyak rupanya tentang seluk beluk pernikahanku, dan rupanya mas Imron sudah sangat percaya ya sama kamu "
Ia hanya tersenyum kecut kemudian membuang mukanya
" Seberapa jauh hubungan kalian ? " Tanyaku dengan penuh penekanan
" Sudah ya mbak aku tuh capek mau rileks rileks di salon , kalau mbak mau tanya sedekat apa aku dan mas imron tanya langsung aja ke orangnya" ucapnya kemudian berdiri
" Ingat ya hidupmu tak akan tenang kalau kamu berani membuat anak saya kehilangan ayahnya" ku cengkeram erat tangannya sebelum ia menjauhkan diri dariku
Ia hanya tersenyum manis kemudian mengibaskan tangan
Ia pun segera berlalu dari pandanganku
Arghhhhhhhhhh!
Air mata yang sedari tadi ku tahan kini jatuh bercucuran jua
Lemah ? Ya nyatanya memang begitu
Aku sangat mencintai Mas Imron, meski Mas Imron tak pernah mencintaiku
Lalu bagaimana aku bisa mempertahankan rumah tanggaku seorang diri
Berat rasanya jika harus bersaing dengan seseorang yang dicintai oleh mas Imron
Drrt drrt
" Mau aku jemput dimana "
Satu pesan dari Mas imron terpampang di ponselku
Untuk apa dia peduli denganku
Agar terlihat baik baik saja di depan orang tuanya ?
Mau sampai kapan ?
Serasa mau pecah kepalaku di buatnya
" Mbak " ku panggil pelayan
Setelah pelayan datang dengan membawa daftar menu segera aku memesan menu yang aku mau
Bodoh amat dengan diet
Aku butuh self healing
Ala self healing apaan, rileks enggak bokek iya
**
" Assalamualaikum "
" Walaikumsalam " ujar ibu sambil membukakan pintu
" Nit mana Imron ? " Tanya ibu sambil celingukan mencari mas imron
" Ya mana nita tahu bu " ucapku menerobos masuk ke dalam rumah
" Tapi tadi dia pamitnya jemput kamu " tanya ibu sambil mengikutiku
Ku rebahkan bokongku pada sofa yang baru beberapa bulan ini menjadi penghuni disini
" Kamu bertengkar sama Imron " tanya ibu sambil mengeelus elus rambutku
Ku peluk erat ibu dan sesenggukan di pelukannya
Tanpa harus aku cerita rupanya ibu sudah bisa menebak
" Ibu gak akan menghalangi apapun keputusan yang kamu ambil, ibu mau kamu bahagia" ucap ibu semakin menambah deras air mataku
" Sudah pulang nduk, imron mana " ucap mama yang muncul dari belakang
Aku segera menghapus air mataku dan memasang wajah manis seolah semua baik baik saja
" Assalamualaikum " tiba tiba Mas imron muncul dengan tergesa
" Loh bukannya tadi kamu jemput nita, kok nita pulang duluan " tanya mama
" Pulang bareng cuma tadi mas imron keluar lagi beli bensin " sahutku
" Oh ya mas malam ini aku mau nemenin aldy tidur ya " pamitku pada mas imron
" Ibu, mama anita pamit ke kamar aldy ya " pamitku pada ibu dan mama
Masing masing dari kami pun membubarkan diri
Terdengar mama menutup pintu kamarnya
Namun langkahku terhenti tatkala ibu berujar pada mas imron
" Lepaskan jika hanya bisa membuatnya menangis"
Seketika aku menoleh ke belakang dan ku lihat raut wajah mas Imron yang tiba tiba berubah
Segera aku naiki anak tangga menuju kamar tidur aldy
Papa nampak terkejut dengan kedatanganku
" Pa maaf boleh gak malam ini nita yang tidur sama aldy"
Dan papa mengiyakan, papa segera keluar dari kamar aldy dan membiarkan aku menemani tidur aldy
Teduh
Ku pandangi wajah anakku dengan seksama
Ada mata dan bibir yang sangat mirip dengan ayahnya
Lesung pipinya ketika tersenyum menambah tampan setampan ayahnya
Ku usap air mata dan ku peluk anakku
Ia tampak menggeliat sepertinya ia tersadar bahwa aku yang kini ada di sampingnya
Untuk sejenak ia mengerjapkan mata hingga akhirnya kembali tertidur dengan memelukku
Sangat damai dan menenangkan hati
**
" Pagi sayang" ku hujani anakku ciuman
" Adek seneng deh tidur di temenin mama " ucapnya dengan tersenyum
" Mandi yuk lalu sarapan " ajakku kemudian menggendongnya menuju kamar mandi
Ku lupakan sejenak drama rumah tanggaku dengan Mas imron
Hari ini aku sengaja mengambil cuti karena aku ingin mengajak Aldy serta kakek neneknya jalan jalan
" Dih ganteng banget anak papa " sapa mas imron saat aku dan aldy menuruni tangga
Mas imron langsung menggendong aldy dan menciuminya secara bertubi tubi
Andai saja keharmonisan ini bukanlah rekayasa, batinku
" Kamu gak siap siap nit " tanya ibu
" Hari ini nita sengaja ambil cuti mau ngajak semuanya jalan jalan" jawabku di iringi teriakan horeee dari mulut manis aldy,anakku
" Kok dadakan aku gak bisa ijin cuti dadakan " gerutu Mas Imron
" Ya kamu kerja aja mas" ucapku santai
" Yah kok papa gak ikut sih " sesal aldy
Ku ambil alih aldy dari tangan mas imron dan mendudukannya di kursi makan
" Papa repot nak, lagian kapan lagi bisa jalan jalan bareng besok oma sama opa kan udah pulang " jawabku menenangkan Aldy
Aldy mengiyakan ucapanku dan segera menatap makanan yang tersaji di hadapannya
Mas imron menatapku dengan tatapan tajam namun ku hiraukan
Sedangkan mama dan papa hanya memandangku dan mas imron penuh tanya
**
Aldy nampak kegirangan ketika aku ajak ke salah satu pusat perbelanjaan di kota ini
Playground adalah tujuannya
Sedangkan aku ibu mama dan papa menunggu Aldy bermain sambil bersendau gurau
Aku dan mertua sangat akrab mereka memperlakukan aku layaknya anak sendiri
Lalu jika aku dan mas imron berpisah bagaimana hubunganku dengan mereka kelak
Dan apakah jika aku menikah, aku akan beruntung mempunyai mertua seperti mereka lagi
Aaah segera ku tepis angan buruk tentang pernikahanku meskipun bisa saja hal buruk itu terjadi
Setelah menemani aldy bermain kami mengelilingi mall untuk melihat barang diskon diskon tentunya
Tentengan belanjaan sudah memenuhi trolly yang papa dorong
Lelah sih tapi bahagia
Percayalah bahagia itu nular, bahagiakan mereka yang kalian sayang makan kalian akan bahagia
Untuk selanjutnya kami menuju foodcourt yang ada di lantai paling atas
Berbagai menu makanan tersaji disana
Tetapi saat menaiki eskalator mataku menangkap seorang yang tak asing
Devi
Ada keperluan apa dia disini
Saat ku tengok alroji di tangan , ini memang jam makan siang
Apakah Mas Imron juga ada disini ,apakah Mas Imron janjian dengan devi untuk makan siang disini
Aku berpamitan pada aldy ibu dan mama papa untuk ke toilet
Namun diam diam aku membuntuti devi
Kali ini dugaanku salah
Devi kesini bukan untuk bertemu dengan mas imron, tetapi .. ..