Aku Menyerah Mas

1396 Kata
Mencintaimu menyakitiku  Bertahan denganmu adalah sesuatu yang menyiksa akal sehatku  Bagaimana mungkin aku bertahan dengan seseorang yang dengan sadar ingin menghempaskanku  Keajaiban haha  Terlalu mustahil untuk menjadi nyataku  Anganku tentangmu terlalu tinggi  Nyatanya bahagiamu bukanlah denganku  Nyatanya hatimu bukanlah untukku Mau sekuat apapun aku mempertahankanmu jika inginmu bukan bersamaku  Apalah daya segala upayaku  Cukup mas!  Ku taruh segala anganku tentangmu Biarlah pada akhirnya angin membawa rasaku, sedikit demi sedikit hingga akhirnya tak tersisa  Hingga akhirnya bila mengingatmu tak ada lagi air mata  Hingga akhirnya bila memandangmu tak ada getaran di jiwa  Masih menempel di jari manisku cincin permata di hari pertunangan itu  Cincin permata bertuliskan namamu di baliknya  Sama, namamu juga terpahat sangat rapi di lubuh hatiku  Nama yang terngiang-ngiang ketika aku akan memejamkan mata  Nama yang mampu membuatku tersenyum tersipu dengan sendirinya  Pada akhirnya  Nama yang mampu membuatku jatuh runtuh dan tak berarah  Aku menyerah Mas  Tak dapat lagi aku memaksakan diri untuk terus mendampingimu, sedangkan dirimu sedikitpun tak pernah melihat ke diriku  Lelah Setelah banyak yang ku perjuangkan untukmu  Setelah banyak segala maafku untuk semua perilakumu  Kini upayaku terhenti, Aku berhak bahagia di sisa hidupku Aaaah sudaaaah  Ku putuskan untuk mengguyur badan ini di tengah udara lagi panas panasnya  Byurrrrr  Ku percepat aktivitas mandi ku saat aku teringat aku akan menjemput putraku di rumah ibu Ku ambil handuk dan segera melilitkannya di tubuhku  Ku langkahkan kaki untuk mengambil baju di lemari yang berada di sebelah ranjangku  Krekkkkk, handel pintu pun bergerak Seketika handuk yang meliliti tubuhku terjatuh Dan dapat ku lihat jelas bagaimana raut wajah mas imron saat menatap tubuhku yang polos tanpa sehelai benang sedikitpun  Mas imron dengan perlahan mendekatiku  Dapat ku dengar dengan jelas langkah kaki mas imron yang seirama dengan gemuruh detak jantungku  Semakin ia mendekat semakin aku berangsur mundur Ah siaaaal aku sudah sangat mentok dengan lemari  Dan mas imron semakin mendekat  Apa yang akan ia perbuat ?  Akankah kita akan melakukan dosa itu lagi ? Dosaaaa ? Tidak kami sudah halal, kami sudah berstatus suami istri  Dan sudah semestinya mas imron meminta haknya sebagai suami  Mas Imron semakin mendekatkan wajahnya padaku bahkan dapat ku rasakan hembusan nafasnya  Ku pejamkan mata, tuhaaan aku ikhlas jika kesalahan itu terjadi lagi hari ini  Bibir mas Imron semakin dekat dan terus mendekat ke telingaku  Seperti terbius aku hanya bisa diam terpaku bahkan untuk menarik nafas pun aku sangat berhati hati " Mangkanya kunci pintu"  Ucapan mas imron di telingaku tiba tiba menghilangkan segala gejolak yang ku rasakan  Ia menaruh sebuah surat  di atas ranjang dan bergegas meninggalkanku  Ku raih handuk yang ada di kakiku dan melilitkannya kembali ke tubuhku, ku kunci pintu sesuai perintah mas imron dan segera mengenakan pakaian  Arghhhh  Bisa bisanya aku berharap akan di bawa terbang oleh mas Imron  Sedangkan ia tak bernafsu sedikitpun padaku  ** " Aku malas ikut " ujarku sembari menyerahkan undangan family gathering yang tadi ia berikan padaku  " Aku gak berhak maksa kamu" ujarnya santai  " Kayaknya kamu nafsu banget sama aku " ucapnya saat aku akan membuka pintu untuk pergi kerumah ibu  Pertanyaan mas imron membuatku kehilangan harga diri  Jika bisa ku ulang waktu , aku tak ingin diam mematung dan pasrah seperti tadi  " Anita " ia berjalan mendekatiku  Sepertinya ia sengaja ingin mempermalukan aku  " Aku harus jemput aldy" ucapku menghindar  Namun ia berhasil mengambil kontak mobil yang berada di genggamanku  " Aku antar " ucapnya seraya tersenyum manis  Aku mengekor di belakang mas imron dan mengikutinya menaiki mobil  Sepanjang jalan aku hanya menatap keluar jendela, rasanya aku sudah tak ada muka untuk melihat ke arah mas imron  Mas imron nampak santai dengan bersiul ringan  Apa ya yang ada di fikirannya  Apakah ia juga mempunyai gejolak yang sama denganku  Mobil yang kami kendarai telah sampai di pelataran rumah sederhana ini  Aldy dan ibu nampak sudah menunggui kedatanganku di depan pintu  Segera aku merangkul dan menghujani ciuman pada putra semata wayangku ini  " Nit, akhir pekan ini ibu boleh ya ngajak aldy ke solo sambang ke pakdemu"  " Naik apa bu " tanyaku  " Nanti di jemput sama mas roy , kebetulan dia cuti dan akan pulang ke solo "  Mas roy adalah anak pertama pakde, yang kebetulan berjodoh dengan wanita yang berada di kota yang sama denganku  " Berapa hari bu "  " 3 hari nit, pakde tuh kangen pengen ketemu aldy  boleh ya "  " Boleh ya ma, aldy pengen main ke solo pengen lari larian di kebun belakang mbah kakung " rengek aldy seraya memilin ujung bajuku  " Tapi aldy janji gak boleh nakal, harus nurut sama uti ya " pesanku  " Siap ndan " jawabnya dengan bersemangat  " Sekarang kita pulang dulu ya,aldy pamit sama uti gih "ajakku  Selesai berpamitan kami pun menaiki mobil kembali Sepanjang jalan aldy bercerita tentang kerinduannya dengan rumah mbah kakungnya Bahkan ia pun mengatakan ia sudah tak sabar ingin segera kesana  ** " Kamu yakin di rumah sendirian ? "  Pertanyaan mas imron menyambutku sesaat setelah aku keluar dari kamar aldy  " Aku sudah biasa " jawabku  Mas imron hanya diam dan meninggalkanku  Sebeeeel deh kok bisa sih ada makhluk dingin kayak mas Imron  Nanya jawab yaudah tinggalin  Gak ada sedikit usaha kek , ngerayu atau apalah  Sebenarnya sih aku juga pingin ikut, tapi mas imron kayak gak ada usahanya biar aku mau ikut dia  Sambil manyun aku segera memasuki kamar dan menutupnya dengan keras  Berharap besok mas Imron memaksaku untuk ikut ** Akhir pekan pun tiba, ibu dan Aldy sudah berangkat dari pagi menuju solo  Dan aku ???  Yaaa aku tanpa acara, bahkan setelah penolakanku malam itu mas imron tak lagi menanyakan kesediaanku untuk ikut dengannya  Ya mungkin memang mas imron tak berharap aku ikut  Ku intip ia dari bilik pintu kamarnya yang terbuka  Ia tampak mempacking beberapa baju dan memasukaanya ke dalam tas  Bener bener tega mas imron membiarkan aku sendirian dirumah batinku  " Segera packing gak usah intip intip " suara mas imron mengagetkanku  Haa darimana dia tahu aku disini, segera aku berjalan menjauh dari kamarnya tetapi sebelum sempat aku menjauh , ia sudah memergokiku " Aku tunggu di bawah" ucapnya Sambil membawa tas yang sudah ia persiapkan  **  Udara perbukitan yang dingin, suara burung berkicau dan gemericik suara air terjun menambah syahdu tempat ini  Aku dan rekan kerja mas imron akan menghabiskan waktu di villa yang tepat di kaki air terjun  Dua hari aku berada disini, sangat cukup untuk menghapus segala kepenatan aktivitasku di kota  Ku memasuki kamar yang di peruntukan untukku  Sangat mewah sekali,aku sangat nyaman berada disini  Mas imron tiba tiba memasuki kamar dan merebahkan tubuhnya di ranjang tempat tidur kami  " Kamu tidur sini mas" tanyaku gugup " Satu keluarga, satu kamar " ucapnya sambil memejamkan mata  Bagaimana aku bisa mengontrol kecanggunganku di hadapan mas imron  Sejak kejadian itu rasanya aku malu sekali bila berpas pasan dengan mas Imron " Nafsu ya " ledek mas imron  " Gak " ucapku menolak  Mas imron tampak dengan sengaja mendekatkan dirinya padaku  Bahkan kini tangan mas imron berani memegang tanganku  Segera ku kibaskan tangan mas imron dan ia malah tertawa kemudian meninggalkan aku sendirian di dalam kamar  Tanpa memakan waktu lama terdengar dengkuran dari Mas Imron  Ku pandangi wajah teduhnya  Rasanya ingin sekali memeluknya , mendekap erat tubuhnya dan menyandarkan kepalaku di d**a bidangnya  Namun apalah daya ada batas di antara kami  Batas yang mestinya tak pernah ada , namun hingga kini batas itu sangat nyata  Tanpa terasa ada bulir bening yang mengalir di sudut mataku Mas andai kau tahu betapa aku mencintaimu  Beri aku kesempatan tuk bisa berbakti dan menjalankan peranku sebagai seorang istri Melayanimu, menyayangimu serta mendengar ceritamu  ** Daftar kegiatan akan segera di mulai, aku dan seluruh yang mengikuti acara ini telah berkumpul di aula  Kami menyatu dan berbaur tertawa riang bersama  Ku curi pandang ke arah Mas imron, ia nampak tertawa lepas saat sedanf bercengkrama dengan kawan sejawatnya  Tawa yang tak pernah ku temui ketika ia bersamaku  Apakah itu pertanda ia tak bahagia bersamaku ? Harusnya aku cukup sadar diri bahwa memang kebahagiaan Mas Imron bukanlah denganku  Aaaah  Mas Imron merebahkan tubuhnya di tepi ranjang kami  " Capek juga ya " keluhnya  Ia pun segera melepas arloji dan menaruh handphone yang tadi berada di sakunya  Sesaat kemudian ia menuju kamar mandi  Drrt  Tak lama handphone milik Mas Imron bergetar, aku yang penasaran segera mengambil handphone milik mas imron  Kulihat arloji yang berada di meja yang sama  Merk arloji itu, seperti tak asing  Bukankah itu …. … 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN