Mencintaimu menyakitiku
Bertahan denganmu adalah sesuatu yang menyiksa akal sehatku
Bagaimana mungkin aku bertahan dengan seseorang yang dengan sadar ingin menghempaskanku
Keajaiban haha
Terlalu mustahil untuk menjadi nyataku
Anganku tentangmu terlalu tinggi
Nyatanya bahagiamu bukanlah denganku
Nyatanya hatimu bukanlah untukku
Mau sekuat apapun aku mempertahankanmu jika inginmu bukan bersamaku
Apalah daya segala upayaku
Cukup mas!
Ku taruh segala anganku tentangmu
Biarlah pada akhirnya angin membawa rasaku, sedikit demi sedikit hingga akhirnya tak tersisa
Hingga akhirnya bila mengingatmu tak ada lagi air mata
Hingga akhirnya bila memandangmu tak ada getaran di jiwa
Masih menempel di jari manisku cincin permata di hari pertunangan itu
Cincin permata bertuliskan namamu di baliknya
Sama, namamu juga terpahat sangat rapi di lubuh hatiku
Nama yang terngiang-ngiang ketika aku akan memejamkan mata
Nama yang mampu membuatku tersenyum tersipu dengan sendirinya
Pada akhirnya
Nama yang mampu membuatku jatuh runtuh dan tak berarah
Aku menyerah Mas
Tak dapat lagi aku memaksakan diri untuk terus mendampingimu, sedangkan dirimu sedikitpun tak pernah melihat ke diriku
Lelah
Setelah banyak yang ku perjuangkan untukmu
Setelah banyak segala maafku untuk semua perilakumu
Kini upayaku terhenti, Aku berhak bahagia di sisa hidupku
Aaaah sudaaaah
Ku putuskan untuk mengguyur badan ini di tengah udara lagi panas panasnya
Byurrrrr
Ku percepat aktivitas mandi ku saat aku teringat aku akan menjemput putraku di rumah ibu
Ku ambil handuk dan segera melilitkannya di tubuhku
Ku langkahkan kaki untuk mengambil baju di lemari yang berada di sebelah ranjangku
Krekkkkk, handel pintu pun bergerak
Seketika handuk yang meliliti tubuhku terjatuh
Dan dapat ku lihat jelas bagaimana raut wajah mas imron saat menatap tubuhku yang polos tanpa sehelai benang sedikitpun
Mas imron dengan perlahan mendekatiku
Dapat ku dengar dengan jelas langkah kaki mas imron yang seirama dengan gemuruh detak jantungku
Semakin ia mendekat semakin aku berangsur mundur
Ah siaaaal aku sudah sangat mentok dengan lemari
Dan mas imron semakin mendekat
Apa yang akan ia perbuat ?
Akankah kita akan melakukan dosa itu lagi ?
Dosaaaa ? Tidak kami sudah halal, kami sudah berstatus suami istri
Dan sudah semestinya mas imron meminta haknya sebagai suami
Mas Imron semakin mendekatkan wajahnya padaku bahkan dapat ku rasakan hembusan nafasnya
Ku pejamkan mata, tuhaaan aku ikhlas jika kesalahan itu terjadi lagi hari ini
Bibir mas Imron semakin dekat dan terus mendekat ke telingaku
Seperti terbius aku hanya bisa diam terpaku bahkan untuk menarik nafas pun aku sangat berhati hati
" Mangkanya kunci pintu"
Ucapan mas imron di telingaku tiba tiba menghilangkan segala gejolak yang ku rasakan
Ia menaruh sebuah surat di atas ranjang dan bergegas meninggalkanku
Ku raih handuk yang ada di kakiku dan melilitkannya kembali ke tubuhku, ku kunci pintu sesuai perintah mas imron dan segera mengenakan pakaian
Arghhhh
Bisa bisanya aku berharap akan di bawa terbang oleh mas Imron
Sedangkan ia tak bernafsu sedikitpun padaku
**
" Aku malas ikut " ujarku sembari menyerahkan undangan family gathering yang tadi ia berikan padaku
" Aku gak berhak maksa kamu" ujarnya santai
" Kayaknya kamu nafsu banget sama aku " ucapnya saat aku akan membuka pintu untuk pergi kerumah ibu
Pertanyaan mas imron membuatku kehilangan harga diri
Jika bisa ku ulang waktu , aku tak ingin diam mematung dan pasrah seperti tadi
" Anita " ia berjalan mendekatiku
Sepertinya ia sengaja ingin mempermalukan aku
" Aku harus jemput aldy" ucapku menghindar
Namun ia berhasil mengambil kontak mobil yang berada di genggamanku
" Aku antar " ucapnya seraya tersenyum manis
Aku mengekor di belakang mas imron dan mengikutinya menaiki mobil
Sepanjang jalan aku hanya menatap keluar jendela, rasanya aku sudah tak ada muka untuk melihat ke arah mas imron
Mas imron nampak santai dengan bersiul ringan
Apa ya yang ada di fikirannya
Apakah ia juga mempunyai gejolak yang sama denganku
Mobil yang kami kendarai telah sampai di pelataran rumah sederhana ini
Aldy dan ibu nampak sudah menunggui kedatanganku di depan pintu
Segera aku merangkul dan menghujani ciuman pada putra semata wayangku ini
" Nit, akhir pekan ini ibu boleh ya ngajak aldy ke solo sambang ke pakdemu"
" Naik apa bu " tanyaku
" Nanti di jemput sama mas roy , kebetulan dia cuti dan akan pulang ke solo "
Mas roy adalah anak pertama pakde, yang kebetulan berjodoh dengan wanita yang berada di kota yang sama denganku
" Berapa hari bu "
" 3 hari nit, pakde tuh kangen pengen ketemu aldy boleh ya "
" Boleh ya ma, aldy pengen main ke solo pengen lari larian di kebun belakang mbah kakung " rengek aldy seraya memilin ujung bajuku
" Tapi aldy janji gak boleh nakal, harus nurut sama uti ya " pesanku
" Siap ndan " jawabnya dengan bersemangat
" Sekarang kita pulang dulu ya,aldy pamit sama uti gih "ajakku
Selesai berpamitan kami pun menaiki mobil kembali
Sepanjang jalan aldy bercerita tentang kerinduannya dengan rumah mbah kakungnya
Bahkan ia pun mengatakan ia sudah tak sabar ingin segera kesana
**
" Kamu yakin di rumah sendirian ? "
Pertanyaan mas imron menyambutku sesaat setelah aku keluar dari kamar aldy
" Aku sudah biasa " jawabku
Mas imron hanya diam dan meninggalkanku
Sebeeeel deh kok bisa sih ada makhluk dingin kayak mas Imron
Nanya jawab yaudah tinggalin
Gak ada sedikit usaha kek , ngerayu atau apalah
Sebenarnya sih aku juga pingin ikut, tapi mas imron kayak gak ada usahanya biar aku mau ikut dia
Sambil manyun aku segera memasuki kamar dan menutupnya dengan keras
Berharap besok mas Imron memaksaku untuk ikut
**
Akhir pekan pun tiba, ibu dan Aldy sudah berangkat dari pagi menuju solo
Dan aku ???
Yaaa aku tanpa acara, bahkan setelah penolakanku malam itu mas imron tak lagi menanyakan kesediaanku untuk ikut dengannya
Ya mungkin memang mas imron tak berharap aku ikut
Ku intip ia dari bilik pintu kamarnya yang terbuka
Ia tampak mempacking beberapa baju dan memasukaanya ke dalam tas
Bener bener tega mas imron membiarkan aku sendirian dirumah batinku
" Segera packing gak usah intip intip " suara mas imron mengagetkanku
Haa darimana dia tahu aku disini, segera aku berjalan menjauh dari kamarnya tetapi sebelum sempat aku menjauh , ia sudah memergokiku
" Aku tunggu di bawah" ucapnya Sambil membawa tas yang sudah ia persiapkan
**
Udara perbukitan yang dingin, suara burung berkicau dan gemericik suara air terjun menambah syahdu tempat ini
Aku dan rekan kerja mas imron akan menghabiskan waktu di villa yang tepat di kaki air terjun
Dua hari aku berada disini, sangat cukup untuk menghapus segala kepenatan aktivitasku di kota
Ku memasuki kamar yang di peruntukan untukku
Sangat mewah sekali,aku sangat nyaman berada disini
Mas imron tiba tiba memasuki kamar dan merebahkan tubuhnya di ranjang tempat tidur kami
" Kamu tidur sini mas" tanyaku gugup
" Satu keluarga, satu kamar " ucapnya sambil memejamkan mata
Bagaimana aku bisa mengontrol kecanggunganku di hadapan mas imron
Sejak kejadian itu rasanya aku malu sekali bila berpas pasan dengan mas Imron
" Nafsu ya " ledek mas imron
" Gak " ucapku menolak
Mas imron tampak dengan sengaja mendekatkan dirinya padaku
Bahkan kini tangan mas imron berani memegang tanganku
Segera ku kibaskan tangan mas imron dan ia malah tertawa kemudian meninggalkan aku sendirian di dalam kamar
Tanpa memakan waktu lama terdengar dengkuran dari Mas Imron
Ku pandangi wajah teduhnya
Rasanya ingin sekali memeluknya , mendekap erat tubuhnya dan menyandarkan kepalaku di d**a bidangnya
Namun apalah daya ada batas di antara kami
Batas yang mestinya tak pernah ada , namun hingga kini batas itu sangat nyata
Tanpa terasa ada bulir bening yang mengalir di sudut mataku
Mas andai kau tahu betapa aku mencintaimu
Beri aku kesempatan tuk bisa berbakti dan menjalankan peranku sebagai seorang istri
Melayanimu, menyayangimu serta mendengar ceritamu
**
Daftar kegiatan akan segera di mulai, aku dan seluruh yang mengikuti acara ini telah berkumpul di aula
Kami menyatu dan berbaur tertawa riang bersama
Ku curi pandang ke arah Mas imron, ia nampak tertawa lepas saat sedanf bercengkrama dengan kawan sejawatnya
Tawa yang tak pernah ku temui ketika ia bersamaku
Apakah itu pertanda ia tak bahagia bersamaku ?
Harusnya aku cukup sadar diri bahwa memang kebahagiaan Mas Imron bukanlah denganku
Aaaah
Mas Imron merebahkan tubuhnya di tepi ranjang kami
" Capek juga ya " keluhnya
Ia pun segera melepas arloji dan menaruh handphone yang tadi berada di sakunya
Sesaat kemudian ia menuju kamar mandi
Drrt
Tak lama handphone milik Mas Imron bergetar, aku yang penasaran segera mengambil handphone milik mas imron
Kulihat arloji yang berada di meja yang sama
Merk arloji itu, seperti tak asing
Bukankah itu …. …