Aaaaaaaa
" Diam nita " Mas imron membekap mulutku
Aku yang spontan menutup mataku pun berkata " benerin dulu handukmu "
Jebretttt
Pintu kamar mandi tertutup dengan keras sesaat kemudian Mas imron keluar dengan sudah menggunakan boxer
" Gitu kek daritadi bikin jantungan aja "
" Nita imron kenapa ? "
Terdengar teriakan kompak Ibu dan Mama di balik pintu kamar Mas imron
" Gak papa cuma kecoak " jawabku
Dan sepertinya ibu dan mama melangkah pergi menjauh dari kamar
" Kamu sih pakek teriak teriak " Keluh mas imron
" Lagian kamu kenapa sih keluar cuma pakek handuk , mau coba memperkosaku lagi ? "
" Kenapa ? Kamu kan istriku " jawabnya seraya mendekatkan tubuhnya padaku
Jantungku berdetak dengan cepat, semakin aku mundur mas imron semakin dekat hingga dapat ku cium aroma sabun yang baru saja ia kenakan
" Mama " teriakan aldy berhasil membuat mas imron menjauhkan tubuhnya padaku
" Sayang " aku berlari membukakan pintu dan langsung mengangkat tubuh mungil aldy, anakku
" Masih pagi banget ini, adek kok sudah bangun ? " Tanyaku seraya menghujani banyak ciuman
" Adek mau bobok sama mama " ucapnya cadel khas balita berusia empat tahun
" Boleh, adek tunggu di kasur dulu ya mama sama papa mau siap siap shalat shubuh dulu terus ngeloni adek lagi "
Dan ia pun mengangguk
Aku dan Mas imron segera menjalankan kewajiban sebagai muslim
Sesaat setelah menunaikannya ku lihat aldy sudah tertidur pulas dengan sendirinya
Mas imron menghampiri aldy dan memeluknya dengan sangat erat
Sungguh indah pemandangan yang nampak depan mata, aku hanya tersenyum melihat dua lelaki yang sangat aku cintai dalam hidupku
**
Aku melakukan aktivitas seperti biasa, menjadi seorang pengajar adalah profesiku, cita cita yang aku impikan sejak kecil
Sesampainya di kantor aku segera mengeluarkan laptop dari tasnya dan ternyata laptopku dan Mas Imron tertukar
Ku lirik jam sudah sangat mepet jika harus mengantarnya ke kantor mas imron
Ku putuskan untuk membiarkannya dan akan mengantarkan nanti jam istirahat
Jam menunjukan pukul 12 siang aku segera memasan taxi online menuju kantor mas imron yang memakan waktu sekitar tiga puluh menit
Sesampainya disana aku di persilahkan langsung masuk oleh resepsionis mas Imron
Saat ku buka ruang kerja mas imron ku dapati ia sedang makan siang bersama perempuan itu, ya Devi Natasha perempuan cantik yang tak punya harga diri
" Sorry, cuma mau tukar laptop"
Mas imron tampak terkejut dengan kedatanganku namun tidak dengan w***********g itu, ia tampak santai mendapatiku atau bahkan ini sebuah kebetulan yang sangat indah baginya
Aku segera meninggalkan laptop mas Imron dan mengambil laptopku
Namun ketika aku ingin pergi dari ruang kerja Mas imron , ada sepasang tangan yang mencegahku
" Mbak maaf saya permisi dulu" ucap wanita tak tahu diri itu berpamitan padaku
Aku ingin mengikuti langkah kaki wanita itu tetapi tangan mas imron berhasil menarikku
" Baguslah, aku gak usah capek capek nyiapin bekal untukmu" ucapku ketus
" Nit.. dengarkan aku " sanggah mas imron
" Apa ? Apa lagi ? Mataku masih normal dan bisa dengan jelas melihatnya "
" Dia tiba tiba datang kemari dan memaksaku untuk makan masakannya, aku sudah menolak tapi dia masih saja memaksaku. Daripada ribet aku mengiyakan saat hendak menyuapkan makanan itu kamu datang , aku sama sekali belum mencicipinya "
Apakah aku bisa percaya begitu saja dengan penjelasan mas imron sedangkan aku melihatnya dengan jelas betapa mas imron menikmatinya
Mataku memicing seolah menyanggah segala penjelasannya dan memilih untuk pergi dari hadapannya
Rasanya sudah cukup muak aku dengan semua ini
Aku ingin mengakhiri ini semua, rasanya sudah cukup aku bersandiwara untuk tetap baik baik saja di tengah keadaan yang melelahkan
Tak ku hiraukan mas imron yang berteriak memanggil namaku, aku segera menaiki taxi online pesananku
Kali ini tak ada lagi air mata yang ku tumpahkan yang ada hanya kecewa
Mengapa dengan gampangnya ia berkhianat, tak bisakah sedikit ia menghargaiku
Menghargaiku sebagai ibu dari anak anaknya
**
Mobil Mas imron terparkir di halaman sekolah pertanda ia sudah siap untuk menjemputku
Tumben, batinku
" Ayo masuk" mas imron menyambutku dan membukakan pintu untukku f
Sepanjang jalan tak ada obrolan yang berarti antara aku dan mas imron
Ku edarkan pandangannku pada jalanan ibu kota yang sangat ramai dengan hiruk pikuknya
Hanya musik favorit mas imron yang mengiringi sepanjang perjalanan kami
Cause every night, im talking to the moon ooh ooh
Dengan lirih aku ikut bernyanyi, seolah ikut hanyut dengan alunan musik
" Mau kemana " ucapku bertanya saat aku sadar ini bukan jalan menuju rumah
Mas Imron memakirkan mobilnya di halaman rumah yang nampak minimalis namun terlihat sangat asri
Aku mengikuti setiap langkah kakinya, ia berdiri tepat di depan pintu dan mengetuk pintu tersebut
Lama tak ada balasan hingga akhirnya pintu itu pun terbuka
Pemilik rumah nampak terkejut dengan kedatanganku dan mas imron kemari
Sama terkejutnya denganku
Untuk apa Mas imron membawaku kemari
" Pak ada apa ya kemari" tanyanya terbata
" Devi tolong kamu jelaskan peristiwa tadi siang di kantor "
" Mmaksud bapak "
" Saya sudah menolak masakan kamu dan kamu tetap memaksa saya untuk memakannya kan, tolong jelaskan agar istri saya tidak salah paham " perintah Mas Imron
Ia nampak gusar dengan permintaan mas Imron, ia membuang muka padaku kemudian menjawabnya dengan terbata
" Iya saya yang memaksa pak Imron untuk mencicipi makanan saya" ucapnya dengan ketus
" Apakah saya memaksamu untuk datang ke kantor saya? " Tanya mas imron dan dia hanya menggelengkan kepala
" Jika sudah cukup jelas silahkan pergi, karena saya mau istirahat " ucapnya
Mas imron mengajakku untuk meninggalkan rumah devi
" Sudah cukup jelas " tanya mas imron di dalam mobil
Aku hanya mengangguk mengiyakan
Jika ini rumah devi, kejadian tempo hari di apartemen siapa tanyaku dalam hati tetapi aku sangat malas untuk menanyakan langsung pada Mas imron
Seolah mengerti apa yang aku pikirkan
Mas imron menjelaskan jika kejadian apartemen tempo hari adalah sebuah kesalah pahaman
Mas imron mabuk dengan teman teman kuliahnya setelah meeting dengan perusahaan tempat dimana devi bekerja
Namun mas imron tak menyangka kalau devi kembali ke apartemen tersebut untuk mengambil hapenya yang tertinggal
Melihat mas imron yang dalam pengaruh alkohol devi berinisiatif menolong mas Imron dengan membawanya pada kamar milik temannya yang kebetulan di apartemen tersebut
Hingga akhirnya mas imron istirahat disitu di temani dengan danu teman devi
Saat mas imron sadarkan diri pun devi sudah tak ada di tempat
Namun ternyata jas mas imron tertinggal dan di jadikan oleh devi sebagai s*****a untuk membuatku marah
Terlebih mas imron tak sadar jika devi mengambil gambar dirinya
Penjelasan mas imron sangat masuk akal tetapi aku tak boleh percaya begitu saja
Bisa jadi itu hanya alibi mas imron untuk meredam emosiku, tapi untuk apa
Bukankah berpisah dariku adalah keinginannya
Untuk apalagi dia mempertahankan aku
Seribu tanya menggantung dalam otakku , seribu tanya yang tak mampu ku ungkapkan dengan sangat baik
Mas imron memakirkan mobilnya di pelataran resto jepang
" Makan dulu " ajaknya
Singkat pada dan jelas, dia selalu begitu dari dulu tak pernah berubah
Tak ada kata manis, kata lembut yang keluar dari bibirnya kepadaku
Aku menurutinya dan mengikuti kemana kakinya melangkah
Ia mengajakku pada meja kosong yang terdapat di sudut ruangan ini
Mas imron sangat pintar memilih tempat
Di sudut tempat ini aku dapat melihat banyak ikan berenang kesana kemari
Dengan suara gemricik air menambah indah dan tenangnya
Pesanan pun siap tersaji di hadapan kami
Aku dan mas imron segera menyantapnya
" Dalam rangka apa ngajak aku makan" tanyaku memecah kesunyian diantara kami
" Gak boleh " ia bertanya balik
" Yeee di tanya balik nanya "
Mas imron hanya tersenyum dengan penuturanku
" Menyogokku agar aku percaya sama pernyataan wanita itu, bisa jadi kan kalian memang kerja sama untuk membodohiku" ucapku menyelidik
" Terserah mau percaya boleh gak percaya boleh " ucapnya masa bodoh
" Untuk apa kamu susah payah menjelaskan kepadaku, bukankah perpisahan adalah inginmu " tanyaku menelisik
" Mas bukankah pernikahan kita sudah tak ada lagi harapan , untuk apa kamu mempertahankan, harus berapa lama lagi kita akan bersandiwara baik baik saja di hadapan orang lain "
Mas imron tetap diam membisu dan menikmati hidangannya
" Mas jawab aku "
Mas imron tampak menarik nafasnya dalam dalam, ia menjatuhkan sendok dan garpu yang sedari tadi di genggamnya
" Aku tahu nita dan aku tak bisa menjawabnya " ucapnya
" Kenapa mas ? Apa yang sedang kau khawatirkan ? Tentang aldy kamu takut dia tumbuh tanpa figur seorang ayah atau tentang nama baikmu sendiri " cecarku
Mas imron tetap diam membisu kemudian menarik tubuhnya menjauhiku
Ia terus melangkahkan kaki memasuki mobil, aku segera mengikutinya dan masih saja menanyakan perihal itu
Mas imron melajukan kendaraan dengan kencang tanpa menjawab sepatah kata pun
Sejenak kami tenggelam dengan fikiran masing masing, tak ada obrolan apalagi candaan
Dingin seperti itu hubungan kita
" Apakah dengan mempertahankan aku, ada kemungkinan kamu akan mencintaiku " tanyaku
Mas imron menginjak pedal rem dengan mendadak yang membuat tubuhku terhuyung dan seketika ia menatapku tajam
Tetapi tatapan itu tak lama karena terdengar klakson dari kendaraan belakang
Ia kembali melajukan kendaraan dan sebelum menuju rumah ia membawaku ke sebuah toko roti langganan keluarga kami untuk membelikan puding kesukaan aldy dan beberapa macam roti untuk oleh oleh orang dirumah
" Mama " aldy menuju kearahku
Kedatanganku disambut ceria oleh aldy , ku ciumi pipi gembul aldy
" Kok mama pulang malem " tanyanya
" Maaf ya mama ada rapat " ucapku
" Sayang " mas imron tampak menyapa aldy
" Papa " ia merenggangkan tangannya dan di sambut manis oleh papanya
Ya mas Imron memang bersikap hangat pada aldy, meskipun aldy lebih dekat denganku ketimbang dengan papanya
" Anak papa ganteng sekali " ucap mas imron seraya menciumi rambut putra sulungnya itu
" Papa punya kejutan untuk aldy "
" Apa pa "
" Hayok masuk "
Mas aldy menggendong aldy memasuki rumah dan segera membuka bingkisan yang memang di peruntukan untuk aldy dan orang rumah
Aldy sangat senang terlebih puding itu adalah favorit aldy
Tawanya merupakan penghapus laraku
Sejenak aku bisa melupakan masalah di dalam hidupku hanya dengan memeluk aldy
Aku menaiki anak tangga dengan santainya
Dan tersadar sesaat setelah mama berseru
" Mau kemana nit "
Aku nampak linglung dengan pertanyaan itu , hampir saja aku lupa kan aku sedang berpura pura tidur seranjang dengan mas imron
Kenapa aku malah naik ke kamar atas
Sedangkan kamar mas imron berada di lantai bawah
Untung saja beberapa baju dan keperluanku ada di koper yang waktu itu mau ku bawa pergi
" Eh iya mau kemana ya hehe "
" Kecapekan sampek linglung begitu "
" Hehe "
Aku segera masuk ke kamar mas imron untuk merebahkan tubuh
Dapat ku lihat ia ada di balkon dengan segenggam rokok di tangannya
Ntah apa yang di fikirkannya, apakah aku berlebihan jika mengharap ada di salah satu seseorang yang sedang ia fikirkan
Mas jika boleh aku meminta, aku ingin merubah hatimu agar mengarah padaku agar engkau mencintaiku sama seperti aku mencintaimu