Chapter 25

1726 Kata
Di dalam ruangan Raka masih terdengar Raka yang sedang marah - marah. Zara memberanikan diri untuk mengetuk pintu ruangan Raka.  Tok tok tok (suara ketukan pintu)  Zara membuka pelan - pelan pintu ruangan Rama.  "Permisi.." Ujar Zara pelan.  "Masukk." Teriak Raka.  "Ehmm.. Pak Raka katanya mencari aku yah tadi?" Tanya Zara yang sudah berdiri di belakang pintu ruangan Raka.  "Oh iyaa.. Zara kamu ke sini dulu, lihat apa yang dia kerjakan." Ujar Raka sambil menunjuk laptopnya.  Zara berjalan ke meja kerja Raka pelan - pelan dan hati yang begitu dag dig dug deg - degan lalu memperhatikan dengan teliti kerjaan dari karyawan baru itu yang di tunjukkan langsung oleh Raka.  "Ohh.. hmm iya Pak aku mengerti di mana bagian yang salahnya." Kata Zara.  "Nahh bagus deh yah.. sekarang kamu kasih tau dia, dan ajari dia mengerjakan pekerjaan dengan benar dan jangan sampai seperi ini lagi." Ujar Raka.  "Wahh Raka terlihat berbeda sekali kalau sudah di kantor seperti ini yah. Lebih berkharisma, jadi makin sukaa. Hmmm." Kata Zara dalam hatinya sambil memandangi Raka.  "Haloo?" Seru Raka lalu melambaikan tangannya ke depan wajah Zara.  "Ehh iya pak kenapa Pak? Apa ada yang perlu saya perbaiki?" Tanya Zara.  "Iyaa.. kamu perlihatkan ke dia cara mengerjakannya bagaimana, dan benar - benar kasih paham, biar kerjaannya nggak di kerja dua kali seperti ini." Kata Raka.  "Ohh iya baik Pak Raka, bisa bapak kirimkan Filenya yang ini di email saya? Biar saya tunjukkan di luar Pak." Kata Zara lagi.  "Iya. Saya kirimkan kamu sekarang, dan ingat saya mau pekerjaan itu selesai hari ini juga." Kata Raka menatap dengan tatapan tajam ke karyawan baru itu.  "Iya baik Pak Raka, saya akan mengawasi dia sampai pekerjaannya selesai." Kata Zara.  "Terserah mau bagaimana, yang penting kerjaan kamu dan pekerjaa dia harus beres. Nggak ada yang terbengkalai." Ucap Raka dengan tegas.  "Iya baik Pak Raka. Kalau nggak ada lagi, apa kami boleh keluar sekarang?" Tanya Zara dengan pelan.  "Iya silahkankan keluar."  Zara mengajak keluar karyawan baru itu dengan cepat, agar kemarahan Raka tidak berlanjut. Setelah karyawan baru itu keluar duluan. Raka kembali memanggil Zara, Raka berniat untuk menanyakan kenapa Zara tidak membalas pesannya tadi malam.  "Zara !!!" Panggil Raka.  "Iya Pak, ada yang bisa saya bantu lagi?" Tanya Zara berbalik badan.  "Ehh Nggak. Nggak jadi kok. Kamu boleh keluar." Jawab Raka.  "Ohh iya Pak Raka.. kalau bapak butuh sesuatu panggil aku saja Pak. Saya permisi dulu." Ucap Zara lalu kembali menutup pintu ruangan Raka.  Ardya sudah dari tadi menunggu Zara keluar, karena sangat penasaran apa yang membuat Raka samli semarah itu.  "Zar? Kenapa Zara?" Tanya Ardya sambil mendorong kursinya ke dekat meja Zara.  "Ini.. bener kata Lo ada kerjaannya yang salah, tapi nggak fatal banget kok, ntah kenapa dia sampai marah seperti itu." Jawab Zara sembari membuka file yang sudah ia download dari emailnya.  "Masa sih? Mungkin setannya kumat lagi, padahal beberapa hari ini dia udah jarang  marah - marah loh." Kata Ardya.  "Iyaa.. liat tuh mukanya mba ini sampe pucat." Kata Zara menunjuk Ica karyawan baru.  "Ya Ampun sabar yah Caa.. Pak Raka emang orangnya kayak gitu." Ucap Ardya.  "Ohh halo Icaa.. kenalin aku Zara, aku juga baru beberapa hari di sini." Kata Zara sambil menjulurkan tangannya. "Ohh iya Mba Zara, haii salam kenal." Kata Ica sambil membalas tangan Zara.  "Iya, aku nggak nyangka kalau dia kejam kayak gitu, padahal ganteng banget tapi tukang marah - marah." Ucap ica karyawan baru.  "Hahah.. Lo nggak dengar - dengar dari yang lain apa? Sebelum masuk ke sini? Kalau bos kita itu ganteng tapi sedingin es batu dan tukang marah - marah yah?" Ujar Ardya.  "Husshh.. nanti dia dengar Loh. Udah Lo kembali kerja sana." Ujar Zara mendorong Ardya yang duduk di kursinya, kursi yang memakai roda di kakinya. "Yahh padahal mau bergosip sama Ica." Ucap Ardya.  Icaa tertawa kecil mendengar ucapan Ardya.! "Bergosip - bergosip, kayak cewek aja. Nanti gue aduin ke Prilly baru tau rasa loh." Ujar Zara.  "Wahh Lo mainnya kayak gitu yah hahahha. Main lapor - lapor segala." Seru Ardya.  "Hahah makanya, udah sana lanjut kerjaan Lo. Jagan gangguin gue sama Icaa, bangak tugas nih dari bos  ganteng tapi tukang marah - marah." Kata Zara.  Zara kembali duduk di meja kerjanya, lalu pelan - pelan mengajarkan cara kerja ke Ica karyawan baru tersebut.  Icaa dengan seksama memperhatikan Zara yang penuh kesabaran mengajari dirinya.  "Makasih yah mba Zara, udah nyelametin aku. Kalau Mba nggak masuk tadi, pasti aku masih di marahin sama Pak Raka." Ujar Ica.  "Iya bukan apa - apa juga kok. Nggak papa kita saling membantu sesama karyawan." Ucap Zara lalu memberikan senyuman ke Ica.  "Mba boleh nanya nggak?" Tanya Ica. Tiba - tiba Icaa mengeluarkan ucapan yang sepertinya Zara tau apa yang akan di tanyakan oleh Ica.  "Iya boleh - boleh, mau nanya yang mana? Masih ada yang belum di mengerti?" Tanya Zara memperlihatkan layar komputernya ke Ica.  "Ehh nggak - nggak.. bukan itu maksud saya Mba, kalau kerjaan aku udah mengerti semua kok." Jawab Ica.  "Ohh terus mau nanya apa?" Tanya Zara sedikit heran.  "Mba pacaran yah sama Pak Raka?" Tanya Ica.  "HAAAHH?" Teriak Zara.  "Heh kenapa Lo Zar?" Tanya Ardya kaget.  "Engg.. nggak papa kok Ardya lanjutin kerjaan Lo, nggak usah hiraukan gue sama Ica." Jawab Zara.  "Heh? Kenapa sihh?" Tanya Ardya lagi.  "Eh aduh maaf - maaf mba Zara, maaf kalau pertanyaan aku sampai membuat Mba Zara tidak nyaman." Kata Ica sambil menunduk. "Ehm tapi kenapa kamu bertanya seperti itu? Apa alasan kamu sampai membuat pertanyaan seperti itu?" Tanya Zara.  "Maaf yah mba, karena kemarin banyak yang ngeliat kalau Pak Raka nungguin Mba, terus pulang bareng. Kan pak Raka nggak pernah kayak gitu." Jawab Ica. "Hmmm." Zara hanya menghela nafas panjang. "Nggak usah di jawab Mba Zara, maaf yahh kalau aku membuat mba Zara jadi nggak nyaman." Ucap Ica lalu berdiri dari kursinya.  "Oh engghh iyaa - iyaa nggak papa." Kata Zara yang masih kaget akan pertanyaan yang di lontarkan Ica.  "Maaf yah Mba Zara, sekali lagi saya minta maaf. Kalau begitu saya permisi dulu, terima kasih atas bantuannya mba Zara. Kapan - kapan saya traktir makan yah Mbaa." Ucap Ica berjalan perlahan - lahan meninggalkan meja Zara. Ardya yang masih kebingungan, kembali mendorong kursinya ke dekat meja Zara.  "Zar? Kenapa lagi? Hahaha muka Lo kok kayak syok gitu sih." Ucap Ardya sambil tertawa.  "Nggak.. gue kaget sama pertanyaannya Ica tadi. Masa dia nanyain gue, gue pacaran atau nggak sama Raka. Dari mana coba dia bisa menyimpulkan pertanyaan seperti itu."  "Hah? Masa? Dia nanya itu ke Lo?" Tanya Ardya.  "Iya kan? Makanya gue kaget. Haduh kok bisa seperti itu sih. Jangan - jangan udah beredar gosip lagi kalau gue pacaran sama Raka." Kata Zara lalu menundukkan kepalanya di meja kerjanya.  "Nggak papa lah Zar, mungkin kemarin orang - orang ngeliat Lo di tungguin sama Raka, makanya mereka sampai mikir gitu. Lagian kenapa juga kalau Lo pacaran sama Raka? Bukannya Lo seneng dan mau banget yah? Hahah." Kata Ardya meledek Zara.  "Yah nggak gitu juga Ardya.. gue di sinikan juga untuk kerja, bukannya mau pacar - pacaran. Dan meskipun gue emang suka sama Raka, jangan sampai itu mengganggu ruang lingkup gue dikantor." Kata Zara. "Iya - iyaa, gue bercanda kok. Sabar aja yahh, Lo nggak usah mikirin tentang mereka yang cari tau tentang Lo dan Raka. Lebih baik Lo fokus sama kerjaan Lo tuh yang udah mulai menumpuk." Kata Ardya sambil menunjuk berkas yang ada di meja Zara.  "Oh ya ampun, iya.. gue hampir lupa, besok Raka ada meeting di Bali. Gue harus ingatkan dia dulu." Kata Zara, lalu merapikan rambutnya dan segera berdiri dari kursinya.  "Pelan - pelan, nanti Lo jatuh malu tuh sama Raka." Ucap Ardya yang melihat Zara terburu - buru.  Zara berjalan cepat ke ruangan Raka dengan beberapa berkas di tangannya.  "Permisss—"  Gedubraaakkkk (Zara terjatuh bersama denga berkas - berkas yang ada di tangannya.)  "Tuhkan gue bilang juga apa, pelan - pelan pelan - pelan, malu sendiri tuh dia di dalam. Zara Zara." Gumam Ardya sambil menepuk pelan keningnya yang juga mendengar suara jatuh dari dalam ruangan Raka.  "Zaraa !!! Kamu nggak papa?" Tanya Raka yang dengan sigap berdiri untuk membantu Zara.  "Aduh iya aku nggak papa kok, kayaknya heels aku terlalu tinggi deh, makanya jatuh lagi." Jawab Zara.  "Ckk makanya nggak usah pakai heels yang terlalu tinggi, saya kan nggak mengharuskan sekertaris saya memakai heels, yang penting rapih dan bersih aja itu udah cukup , nggak usah yang macam - macam." Ucap Raka sembari membantu membereskan berkas - berkas yang di bawa Zara.  "Iyaa iyaa, soalnya aku udah nggak ada heels lagi selain ini, belum beli haha." Ucap Zara lagi sambil berusaha berdiri. "Bisa?" Tanya Raka yang ingin membantu Zara berdiri.  "Bisa kok, uuuhhhh." Zara berusaha berdiri.  " nggak ada yang sakit?" Tanya Raka lagi.  "Nggak ada kok, tenang aja. Nggak terkilir kayak yang waktu itu." Jawab Zara lalu mengambil kembali berkas dari tangan Raka.  "Syukur deh. Oh iya, ada apa? Duduk - duduk." Tanya Raka lalu duduk di sofa depan meja kerjanya.  "Ehmm ini dokumen - dokumen yang mau kamu setujui, untuk meeting besok di bali." Ujar Zara sambil menunjukkan salah satu dokumen yang ada di tangannya.  "Hah? Yang di bali itu? Udah besok yah meetingnya. Kamu sudah atur semua jadwal saya besok? Nggak ada yang tabrakan kan?" Tanya Raka Lagi.  "Iya tenang aja, semuanya beres. Dan nggak ada jadwal yang tabrakan kok." Ucap Zara.  "Huuftt bagus deh. Oh iya, kamu besok harus ikut yah ke Bali, kamu urus ticketnya hari ini juga." Ucap Raka lagi.  "Hah? Aku juga harus pergi yah?" Tanya Zara.  "Iya kan? Kamu kan sekertaris saya, siapa yang mau menyiapkan persentasi meeting kalau nggak ada kamu." Jawab Raka.  "Harus banget ikut yah?" Tanya Zara lagi. "Iya Zara.. Memangnya waktu tanda tangan kontrak kamu nggak baca yah? Di situ ada tertulis kalau sekertaris di wajibkan ikut untuk meeting bersama atasan baik itu di dalam kota maupun di luar kota." Jawab Raka.  "Kontrak? Aku belum tanda tangan kontrak sama sekali tuh." Kata Zara.  "Hah? Kok bisa? Haduuuhh sepertinya kelupaan, waktu itu kan kamu masuk dalam situasi yang—" Raka belum menyelesaikan ucapannya.  "Ah iya - iya aku mengerti haha nggak usah kamu jelaskan lagi. Kalau begitu aku tanda tangan kontrak sekarang aja." Kata Zara .  "Ah iya deh, tunggu sebentar yah. Saya ambilkan dulu." Kata Raka lalu berdiri dari sofa dan berjalan menuju lemari di samping meja kerjanya.  Zara terus memperhatikan Raka sembari menunggu Raka mengambil kontrak kerjanya. ====
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN