Suasana yang tadinya biasa saja, menjadi suasana yang tegang karena kemarahan Cindy.
“Cindy kamu ini apa - apaan sih ?? Sekarang kita lagi di meja makan yah? Kamu nggak boleh teriak seperti itu. Kamu sendiri juga tau kalau semua yang di katakan Raka tadi semuanya benar, kenapa kamu malah jadi seperti ini ?? Dan papa juga tau kalau kamu suka sama Raka, kamu harus berusaha sendiri untuk membuat Raka suka juga sama kamu. Jangan memaksa Raka dengan alasan kami orang tua sudah menjodohkan kalian.” Jelas Pak Handoko.
“Cindy.. saya harap kamu bisa mengerti semua ini. Dan tolong untuk tidak mengganggu orang - orang saya lagi. Karena mereka juga sangat terganggu dengan kamu yang terus - terusan menghubungi mereka saat saya tidak menjawab telepon kamu.” Ucap Raka sambil menunjuk Andika dan juga Zara.
“Apa ? Cindy terus menghubungi kalian seperti itu?” Tanya Pak Handoko yang kaget kalau putrinya sampai seperti itu.
“Iya Pak Handoko.. kalau Cindy tau kita akan ke sini. Cindy akan terus menghubungi saya Pak, terus - terusan. Padahal dia juga sudah sempat berbicara seadanya dengan Raka. Dia selalu ingin tau apa yang Raka lalukan lewat saya, dan dia juga selalu ingin mengajak Raka makan malam Pak. Tapi maaf, Raka kan nggak suka kalau seperti itu makanya Cindy selalu menghubungi saya untuk membujuk Raka. Sayakan jadi sangat terganggu pak. Sampai - sampai handphone saya menjadi panas karena Cindy yang tidak berhenti menghubungi saya. Nih kalau bapak nggak percaya dengan omongan saya.” Ucap Andika sambil memperlihatkan panggilan - panggilan masuk dari Cindy di handphonenya.
Andika mengelurkan semua uneg - unegnya terhadap Cindy. Raka tertawa kecil melihat Andika yang sangat puas akhirnya bisa mengatakan semunya di depan Cindy langsung.
“Astaga Ya ampuuuunnn !!! Cindy kamu tau apa yang kamu lakukan ini sangat tidak baik. Cindy, kamu itu perempuan dan kamu harus punya harga diri. Kalau kamu seperti ini, kamu seperti perempuan yang nggak punya harga harga diri. Benar - benar yah kamu ini !!! Kamu malu - maluin Papa tau nggak. Papa benar - benar nggak tau kamu sampai seperti ini.” Ucap Pak Handoko melihat Cindy dengan tatapan yang penuh amarah.
Cindy tidak bisa menyangkal semua yang di katakan Andika. Tapi Cindy juga sangat marah karena kenapa sampai di beritahu Pak Handoko. Cindy menjadi sangat malu saat itu dengan Zara. Karena baru saja dia dengan angkuhnya melarang dirinya untuk dekat - dekat dengan Raka karena Raka adalah tunangannya yang ternyata salah besar. Zara sendiri tidak memberi respon yang membuat Cindy semakin malu, karena Zara tidak mau menjadi orang yang jahat. Zara hanya diam menyaksikan drama yang terjadi antara Pak Handoko dan Cindy.“Haduuuhh Raka, Andika saya minta maaf yah. Saya benar - benar nggak tau kalau Cindy salama ini Cindy mengganggu kalian.” Kata Pak Handoko lagi.
“Bukan hanya ke saya dan Raka Pak.. tapi ke ZAra juga, Zara sampai mematikan handphonenya karena takut kalau Cindy juga terus menerrornya dengan panggilan - panggilan masuknya yang hanya untuk mencari Raka.” Ucap Andika lagi.
“Ehh nggak kok.. nggak apa - apa, saya juva baru sehari di sini. Saya belum merasa di teror kok sama Mba Cindy. Yah mungkin karena saya mematikan handphone saya hehe.” Ucap Zara.
“Cindy sekarang kamu minta maaf sama mereka semua dan jangan mengganggu mereka lagi.” Ucap Pak Handoko.
“Tapi Paa, aku nggak bisa. Aku kan harus berusaha untuk mendapatkan Raka , tadi papa juga yang bilang sendiri kalau Cindy harus berusaha sendiri untuk memikat hati Raka. Yahh ini cara Cindy !!!” Ucap Cindy dengan tegas.
“Tapi nggak seperti ini juga Cindy !!! Kamu lihatkan ini panggilan masuk kamu yang hanya dalam beberapa menit sudah berkali - kali. Ini namanya kamu menerror mereka dengan telepon - telepon kamu.” Ujar Pak Handoko.
“Ya habis dia nggak angkat telepon aku Pahh. Makanya Cindy melepon sampai berkali - kali.” Ucap Cindy.
“Ini karena orang sudah nggak nyaman duluan sama kamu. Makanya mereka udah nggak mau angkat telepon kamu. Sudah lahhh.. Pokoknya sekarang papa mau, kamu minta maaf sama semuanya.” Ucap Pak Handoko.
“Ohh iya Pak Handoko.. saya baru ingat, ada satu hal lagi yang membuat Cindy menyalahgunakan pekerjaannya. Tadi dia sempat mengamcam Raka juga , kalau tidak mengikuti apa yang dia mau, dia akan membujuk bapak untuk membatalkan proyek yang akan kita kerjakan ini Pak.” Ucap Andika lagi.
“APAAA ?!!!! Haahhh.. Papa benar - benar malu dengan apa yang kamu lakukan Cindy. Ternyata seperti ini yah cara kerja kamu? Kamu benar - benar menyalahgunakan kalau kamu ini anak Papa. Kenapa kamu jadi seperti ini sih Cindy ?? Haduuhh sekarang kamu minta maaf sama mereka, cepetan.. dan ingat yahh kamu nggak boleh melakukan ini lagi.” Ucap Pak Handoko dengan sangat tegas.
Pak Handoko benar - benar sangat marah atas sikap yang di tunjukan oleh Cindy. Cindy menyalahgunakan kekuasaannya sebagi putri dari Pak Handoko.
Cindy hanya bisa pasrah saat itu, dan Cindy harus menuruti apa yang di katakan Pak Handoko.
“Tapi Paaa..” Kata Cindy pelan.
“Tapi apa? Cepat minta maaf dan kamu harus berjanji kamu tidak akan melakukan hal yang seperti itu lagi. Kamu seperti nggak punya harga diri tau nggak. Kamu itu perempuan. Haaahh bener - bener papa nggak habis fikir. Kamu mau membuat papa stress lagi yah? Kita belum selesai dengan urusan mobil kamu yang habis tabrakan kemarin dan ini kamu ternyata punya masalah yang lainnya. Mau sampai kapan kamu bersikap ke kanak - kanakan seperti ini? Percuma kamu pintar , cerdas di segala hal tapi kalau sifatmu seperti ini bagaimana bisa kamu hidup dengan baik. Pintar, Cantik, Dan cerdas bukan untuk mendapatkan hidup yang tenang di kehidupan kita Cindy. Kita juga harus mempunyai sifat yang baik. Tolonglah kamu mengerti. Papa tau kamu selalu ambisius terhadap segala hal yang ingin kamu dapatkan, tapi kamu juga tidak boleh merugikan orang lain karena keserakahan kamu.” Jelas Pak Handoko. Pak handoko berbicara sangat panjang, memberi pencerahan untuk Cindy. Cindy mendengarkan dengan seksama meskipun di dalam hatinya masih ada rasa kesal atas apa yang terjadi saat itu.
“Udah kan Pa ?? Iyaa ini Cindy mau minta maaf. Maafin aku yahh Raka, maaf kalau selama ini aku terlalu memaksakan untuk bertemu dengan kamu. Maaf kalau aku membuat kamu risih selama ada di sini. Dan Andika, makasih karena Lo udah ngeluarin semua rasa kesal Lo sama gue. Gue minta maaf karena sudah mengganggu kamu, menghubungi kamu berkali - kali sampai handphone kamu panas. Nanti akan gue gantikan handphone Lo, gue akan beliin Lo handphone keluaran terbaru. Maafin gue yahh.” Ucap Cindy. Cindy terlihat tidak begitu bersungguh - sungguh meminta maaf.
“Terus sama Zara? Lo nggak minta maaf sama Zara?” Tanya Andika dengan nada yang begitu nyolot.
“Iyaa gue belum selesai ngomong kok. Zara gue juga minta maaf kalau sudah membuat kamu nggak nyaman selama berada di sini. Maafin gue yah.” Ucap Cindy.
“Iyaa Mba Zara.” Balas Zara lalu tersenyum kecil di wajahnya.
“Semoga kamu bisa memahami semua yang di katakan tadi sama Papa kamu Cindy. Aku juga minta maaf kalau aku nggak pernah menjawab telepon kamu. Itu semua aku lakukan agar kamu bisa sadar dan tidak membuang - buang waktumu terlalu banyak hanya untuk mendekati aku. Aku udah maafin kamu kok. Tolong jangan mengulanginya lagi, dan aku doain kamu semoga kamu bisa mendapatkan laki - laki yang benar - benar mencintai kamu. Kamu nggak perlu terlalu mengejar pria, buatlah pria itu mengejar kamu. Karena kamu sudah tidak ada kekurangan lagi, kamu Cantik, baik, pintar dan cekatan. Laki - laki yang benar - benar mencintai kamu pasti akan sangat kagum sama kamu nantinya.” Kata Raka.
“Tuh dengar apa kata Raka. Harusnya kamu juga bisa berfikir lebih dewasa lagi Cindy.” Seru Pak Handoko.
“Iya Paa.. udah dong.. dari tadi papa terus aja marah - marahin aku. Aku akan berusaha sebaik mungkin untuk menjadi pribadi yang lebih dewasa lagi.” Kata Cindy dan mulai menuangkan kuah suki ke dalam mangkoknya.
“Gimana sama Lo Andika? Lo udah maafin gue nggak?” Tanya Cindy sambil mencicipi makanannya.
“Iya gue maafin Lo. Tapi Lo gantiin dulu handphone gue.” Kata Andika.
“Hahahah.. iya - iya itu sih urusan gampang. Ntar habis dari sini kita langsung ke toko handphone yang ada di dalam Mall di samping.” Ucap Cindy.
Sebenarnya Andika juga tidak ingin kalau handphonenya di gantikan sama Cindy, tapi Andika mau agar Cindy bisa memegang kata - katanya tadi.
“Ingat yahh.. Papa nggak mau kalau kejadian ini terulang lagi. Bikin malu aja kamu ini.” Ujar Pak Handoko lagi.
“Iyaa Papaaaa … sekarang lebih baik Papa lanjutkan makannya deh. Ini masih banyak nih, nanti keburu dingin. Ayo - ayo semua mari kita makan.. jangan galau - galau lagi. Gue kan udah minta maaf. Yukk makan yuukk.” Seru Cindy sambil membagikan satu persatu potongan daging seafood ke piring Raka, Andika dan juga Zara.
Raka, Zara dan Andika pun kembali makan bersama dan menghabiskan sisa makanan mereka sambil berbincang - bincang.
“Kalau begitu saya permisi duluan yah Raka. Kalian kalau masih ingin menghabiskan waktu, silahkan. Dan Cindy.. jangan membuat sesuatu yang membuat papa malu lagi.” Ucap Pak Handoko.
“Bagaimana mungkin aku melakukannya lagi Paa.. aku pergi bersama Raka dan juga si manusia cerewet ini. Dan kami juga hanya pergi membelikan ponsel untuk Andika, nggak akan ada kejadian aneh - aneh kok. Tenang aja.” Kata Cindy.
“Iya - iyaa.. kalau begitu Papa duluan yah. Sampai ketemu lagi Raka, Andika, Zara.” Kata Pak Handoko sambil berjalan masuk ke dalam mobilnya.
“Terima kasih makanannya yah Pak. Harusnya saya yang membayar semuanya, kenapa malah jadi bapak yang membayarnya.” Kata Raka.
“Hahah.. santai saja Raka. Ini memang harusnya jadi tugas saya. Kan kamu di sini sebagai tamu, jadi nggak usah sungkan. Okeyy yahh.. saya duluan, saya harus banyak istirahat.” Kata Pak Handoko lalu memberi aba - aba ke supirnya.
“Iya pak .. semoga cepat pulih yah Pak.” Kata Raka.
“Aamiin aamiin.” Ucap Pak Handoko.
“Makasih Pak Handoko.” seru Zara dan juga Andika.
“Sama - sama.. sampai ketemu lagi semunya.” Icap Pak Handoko lalu pergi dari restoran.
“Huffttt puaskan Lo Andika? Puaskan Lo udah ngasih tau semuanya ke bokap gue?” Tanya Cindy yang sudah dari tadi memendam rasa kesalnya terhadap Andika.
“Loh kok Lo jadi marah - marah lagi? Jangan - jangan Lo nggak ikhlas yah minta maaf sama kita?” Tanya Andika.
“Wahh suka banget sih nuduh - nuduh. Nggak kok, yah gue cuma kesel aja. Kenapa sih sampai Lo ngasih tau bokap gue, kenapa nggak ngasih tau langsung aja ke gue?” Tanya Cindy.
“Hahaha bercanda nih orang.. gue udah berapa kali ngasih tau ke Lo yahh, tapi Lo nggak pernah mau dengerin, dan Lo tetap aja gangguin hidup gue. Harusnya yang Lo gangguin itu Raka, bukan gue yang terus - terusan Lo hubungin. Mana ada gue nggak pernah ngasih tau Lo, hilang ingatan Lo?” Kata Andika dengan sedikit marah - marah.
“Hahahah.. iya - iyaa.. Lo nggak perlu marah - marah kayak gitu. Santai dong. Gue cuma kesel aja, pasti bokap gue nggak berhenti di sini aja. Dia akan lanjutkan di rumah, dan itu sesuatu yang nyebeli. Banget tau nggak sih.” seru Cindy.
“Itu resikonya Mba Cindy, lagian kan Papanya Mba Cindy cuma mau menyadarkan Mba Cindy.” Ucap Zara.
Raka dari tadi memperhatikan Zara.
“Haaahhh.. sudahlah.. yuk mari kita shopping !!!! Kalian udah pernah ke Bali kan? Kalian pasti tau kalau makin makan makin ramai, jadi kita sampai makin malam juga di sini, sampai tutup mall juga bisa hahah.” Seru Cindy.
“Lo aja yang sampai tutup Mall, kita sih nggak mau.” Ucap Andika.
“Dihh masih nyimpan dendam Lo yahh hahaha.” Seru Cindy.
Cindy berjalan duluan mencari toko ponsel untuk memberikan Handphone baru untuk Andika dan di ikuti Andika di belakangnya.
Zara dan Raka berjalan bersama di belakang Cindy dan Andika.
“Gimana Zara meeting pertama kamu? Apa kamu puas?” Tanya Raka ke Zara.
“Ah iyaa.. aku puas banget karena nggak ada kesalahan sedikit pun.” Jawab Zara.
“Emang nggak salah saya ngajakin kamu juga kesini, kamu bisa mempresentasikan sebuah konsep pekerjaan dengan sangat jelas.” Kata Raka.
“Yahh begitulah.. aku mempresentasikan sesuai kemampuan aku kok. Alhamdulillah banget kalau memang tadi aku mempresentasikannya dengan sangat jelas. Aku bangga sama diri aku sendiri.”
Ucap Zara.
“Saya juga bangga sama kamu.” Ucap Raka pelan.
“Apa Raka?” Tanya Zara karena mendengar ucapan Raka samar - samar.
“Saya juga bangga sama kamu.” Raka mengulangi lgk pernyataannya tanpa malu - malu.
“Hhaha iyaa makasih Raka. Semoga aku bisa memberikan yang terbaik untuk perusahaan. Agar aku juga bisa belajar dari kamu cara membangun satu perusahaan itu bagaimana.” Kata Zara.
“Iyaa kalau ada yang mau kamu tanyakan silahkan kamu tanya yah. Biar kamu bisa belajar lebih awal juga.” Kata Raka.
“Ehmm aku mau nanya sekarang boleh?” Tanya Zara.
“Tanya aja.. sapa tau saya juga bisa langsung menjawabnya sekarang.” kata Raka.
“Kamu beneran di jodohkan sama Cindy?” tanya Zara. Zara melemparkan pertanyaan untuk Raka yang pertanyaan tersebut keluar dari apa yang mereka bahas sebelumnya. Dan Raka sampai menghentikan langkahnya ketika mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Zara.
“Hah? Kok pertanyaannya itu sih? Itukan melenceng dari apa yang kita bahas tadi.” Kata Raka.
“Yahh nggak papa kan aku nanya itu?” Tanya Zara lagi.
“Ehmm yah nggak papa sih. Cuman saya kaget aja, ternyata itu pertanyaan kamu. Kenapa kamu nanya itu?” Tanya Raka lagi.
“Hmm pengen tau aja. Aku penasaran gimana ceritanya sampai kedua orang tua kamu pernah berniat menjodohkan kamu dan Cindy. Apa aku boleh tau? Kalau privasi dan mengganggu kamu atau membuat kamu nggak nyaman, nggak udah di jawab yahh. Aku nggak mau kamu sampai nggak nyaman karena pertanyaan aku.” Kata Zara lalu menghentikan langkahnya di salah satu tempat duduk di depan toko ponsel yang Cindy dan Andika masuki.
“Kalau nggak saya jawab kamu makin penasaran dong. Jadi mau di jawab apa nggak nih?” Tanya Raka dengan memberi senyuman manis di wajahnya untuk Zara.
“Aduuhh gue nggak tau kalau cowok ini bisa senyum manis kayak gini. Ya Ampuunnn.” Batin Zara. Zara terus memandangi Raka yang sedang berdiri di hadapannya.
Sementara itu, di dalam toko Handphone Andika dan Cindy tengah sibuk memilih handphone yang akan di beli Andika. Tapi karena Cindy juga tertarik melihat Handphone yang baru - baru saja di rilis, akhirnya Cindy juga ikut membeli handphone untuk dirinya sendiri yang senilai tiga puluh dua juta satu unitnya.
“Loh kok warna silver sih? Gue mau yang black, kenapa malah Lo ambil yang silver. Gimana sih.” Seru Andika.
“Woi woii .. ini buat gue sotoyyyy !!!” Seru Cindy sambil menjitak kepala Andika.
“Itu tuhh Masnya lagi nyari yang blacknya.. Lo jangan apa - apa ngebacot mulu. Dasaarrr !!!” Kata Cindy lagi sambil menunjuk pelayan toko handphone yang grasak grusuk mencari handphone yang di inginkan oleh Andika.
“Terus ngapain Lo beli juga?” Tanya Andika.
“Yah karena gue mau, karena apalagi coba? Karena mau couple sama Lo? Idih amit - amit.” Jawab Cindy.
“Lo beli juga hanya karena mau? Dan itu handphone yang sekarang Lo pakai? Masih baru juga kan Lo beli?” Tanya Andika sambil menunjuk handphone Cindy yang berada di atas meja etalase.
“Lah terus kenapa? Duit - duit gue juga !!! Yah suka - suka gue dong, mau gue beliin apa juga, terserah gue. Kenapa Lo yang sewot sih.” Kata Cindy.
“Emang beda yahh kalau orang yang terlahir kaya raya.” Ucap Andika.
“Loh lohh lohh.. kenapa lagi dengan statement Lo itu? Apa lagi yang salah dengan hidup gue? Ckckck kayaknya Lo benci banget yah sama gue?” Kata Cindy yang lagi asyim mengutak - atik handphone yang baru saja ia beli.
“Yahh nggak.. kenapa gue harus benci sama Lo. Gue tuh cuma ngomong aja, nggak ada yang salah kok. Gue cuma ngomong doang, cuma ngomong doang. Okeeyy?!” Jawab Andika.
“Apaan sih.. nggak jelas banget Lo. Sini deh gue kasih tau sesuatu hal yang sangat penting.” Kata Cindy lalu mendekat ke telinga Andika.
“Apaan sihh? Jangan deket - deket kayak gitu. Ishh.” Ucap Andika lalu menghindar menjauh dari Cindy.
Tapi Cindy lalu menarik Andika dan berbisik di telinga Andika dan mengatakan,
“Gue beli semua ini pakai duit gue sendiri, pakai usaha gue sendiri, dan semua ini bukan dari bokap gue. Jadi jangan berfikir kalau ini adalah uang pemberian dari bokap gue. Gue bukan anak manja yang minta ini itu ke bokap nyokap gue.” Bisik Cindy.
“Iyaa - iyaa.. ihh serem banget sih Lo.” Seru Andika yang kemudian menjauh lagi dari Cindy.
“Lo sihh suka ngomong sembarangan. Lo tau kan kalau gue ini anak yang pintar dan cerdas, Gue bisa mencari uang sendiri tau nggak. Ohh iya ada satu hal lagi yang perlu Lo tau, atau sekalian Lo kasih tau juga sama Raka, gue udah punya usaha sendiri. Gue udah buka satu cafe di sekitar Kuta, dan cafe itu cukup besar dan cukup ramai jadi kapan - kapan kalian harus kesana.” Kata Cindy lagi.
“Lo buka cafe? Punya Lo sendiri maksudnya?” Tanya Andika lagi.
“Iyaa punya gue sendiri.. Lo nggak percaya lagi sama gue?” Tanya Cindy.
“Nggak.” Kata Andika dengan penuh percaya diri.
“Hahahah.. sialan !!! Lo bisa tanya sama bokap gue nanti kalau Lo nggak percaya. Karena bokap gue sendiri pun baru mengetahuinya juga baru - baru ini saat dia berkunjung kesana. Gue belum pernah ngasih tau kedua orang tua gue kalau gue punya usaha sendiri, karena gue nunggu saat yang tepat, saat di mana orang - orang semua tau cafe gue, dan gue tunggu Cafe gue besar dan di kenal oleh banyak orang.” Jelas Cindy.
“Wahhh ternyata ada sisi positifnya juga yah nih cewek.” Kata Andika dalam hatinya.
“Woooiiii !!!” Teriak Cindy sambil menepuk tangannya tepat di depan wajah Andika yang masih bengong.
“Lo denger nggak gue ngomong apa tadi?” Tanya Cindy.
“Ihh iyaa gue denger kok. Ngapain Lo kagetin gue sih.” Seru Andika.
“Yahh lagian, Lo kenapa pake bengong begitu? Jangan - jangan Lo masih belum percaya yah apa yang gue omongin barusan. Emang susah sih kalau orang udah berfikiran negatif sama kita, jadi apa - apanya semua nggak di percaya. Hmm.” Kata Cindy lalu mengalihkan pandangannya ke pelayan yang sudah datang membawa ponsel milik Andika.
“Waahh sok tau banget. Gue percaya kok apa yang Lo bilang barusan, iya deh.. nangi sebelum pulang, gue, Raka sama Zara akan mampir kesana. Lo kirim aja lokasinya di mana dan apa nama cafenya, biar nggak susah di carinya.” Kata Andika yang juga sudah sangat excited melihat handphonenya di buka dari boxnya oleh pelayan toko tersebut.
“Iyaa nanti gue kirim alamatnya, dan Lo harus ngasih tau gue kalau Lo mau ke sana , biar gue kasih tau pelayan - pelayan di sana untuk memberikan pelayanan yang bagus untuk kalian semua.” Kata Cindy.
“Iyaa - iyaaa.. nggak ada yang perlu di ragukan kan kalau soal itu? Lo pasti akan memberikan yang terbaik kalau untuk Raka.” Kata Andika sambil memegang handphone barunya yang barusan di berikan oleh pelayan toko.
“Pastilahh.. gue akan tetap berusaha untuk mendapatkan Raka. Ehh tapi ngomong - ngomong mereka berdua dimana yahh?” Tanya Cindy.
“Tuuh di luar.” Jawab Andika sambil menunjuk Zara dan Raka yang duduk di salah satu tempat duduk yang tidak jauh dari toko handphone tersebut.
====