Semua yang ada di ruangan langsung melihat ke arah Zara.
"Aduh maaf yah kalau saya memotong pembicaraan kalian. Maaf kalau kalian terganggu, saya permisi ke toilet dulu." Ucap Zara sambil berdiri dari kursinya.
"Udah nggak papa Zara, buruan sana ke toilet. Nanti Lo pipis di sini lagi." Bisik Andika.
Zara pun meninggalkan meja makan, lalu berjalan menuju toilet.
"Itu tadi siapa?" Tanya Pak Handoko.
"Itu sekertaris saya yang baru Pak Handoko." Jawab Raka.
"Oh pantasan saya baru melihatnya. Tapi kenapa wajahnya seperti itu, kelihatannya dia tidak suka berada di sini." Tanya Pak Handoko.
"Iyalahh dia nggak suka, papa kan tadi ngomong kalau Raka calon memantu Papa, dia pasti cemburu. Dia kan suka sama Raka." Gumam Cindy dalam hatinya.
Cindy sudah mengetahui kalau Zara sudah menyukai Raka.
"Dia mungkin kecapean aja Pak Handoko, makanya seperti itu. Nggak papa kok." Jawab Andika.
"Ohh Andika saya sampai lupa menyapamu. Apa kabar kamu?" Tanya Pak Handoko.
"Alhamdulillah saya baik kok Pak.. nggak ada yang nggak baik kalau kerja sama Raka hahahah." Jawab Andika.
"Ah bisa aja Lo." Seru Raka.
"Hahaha semua terjamin yah kalau sama Raka. Enak banget dong." Ucap Pak Handoko.
"Ya gitu deh Pak, tapi semuanya seimbang kok dengan pekerjaan kami di kantor." Kata Andika.
"Pahh.. Cindy ke toilet dulu yah silahkan Papa ngobrol - ngobrol dulu sama cowok - cowok ini." Kata Cindy.
"Oh iya sayang." Kata Pak Handoko.
Cindy berniat menyusul Zara yang sudah agak lama di toilet.
"Jadi bagaimana perusahaan kamu di Jakarta Raka? Apa semuanya baik - baik aja? Nggak ada hambatan?" Tanya Pak Handoko.
"Sejauh ini semua hambatan bisa saya lewati Pak.. saya punya orang - orang yang bisa di ajak kerjasama. Aku nggak tau lagi kalau nggak ada mereka yang bisa di andalkan mungkin juga perusahaanku nggak akan sebesar ini. Dan yahh salah satu orang yang berjasa juga yah Andika. Dia membantuku dari dulu." Jelas Raka.
"Hahahah.. nggak usah melebih - lebihkan Lo, mana coba yang gue bantu. Biasa aja kali." Seru Andika.
"Emang nih Andika the best banget. Hmm apa kamu nggak berniat untuk bergabung menyatukan perusahaan kamu dengan Papa kamu? Perusahaan papa kamu kan juga sudah samgat besar, dan terkenal di banyaknya insvestor." Kata Pak Handoko.
"Permisi.. misi Pak ini makanannya yah, silahkan di nikati." Ucap seorang pelayan restoran dan di ikuti temannya menyajikan makanan di meja makan Raka.
Di tengah - tengah perbincangan mereka Pelayan datang membawakan pesanan mereka.
"Iya terima kasih yahh." Ucap Raka dan Andika.
"Aduh sampai mana kita tadi Pak?" Tanya Raka.
"Iyaa saya bilang, apa kamu nggak berniat untuk menyatukan perusahaan kamu sama Papa kamu?" Tanya Pak Handoko lagi.
"Ohh iyaa.. hmm sepertinya tidak Pak, saya bisa berusaha sendiri untuk mencari investor. Bagi saya perusahaan saya yang sekarang sudah lebih dari cukup untuk saya. Saya tidak ingin ada campur tangan dengan Papa dan Mama saya Pak." Jawab Raka sambil mengambil beberapa potongan seafood ke dalam piringnya.
"Ayo Pak Handoko silahkan di makan dulu." Ucap Andika.
"Iya - iya.. ayo - ayo silahkan makan." Kata Pak Handoko yang juga mengambil kuah tomyam yang sedang di masak di depannya.
"Kamu memang anak muda yang tangguh yah Raka, kamu bisa berhasil seperti ini tanpa adanya bantuan dari Papa dan mama kamu." Ucap Pak Handoko sambil mencicipi makanannya.
Andika juga sudah asyik mengunyah, karena dari tadi dia sangat lapar karena makanannya terlalu lama datang semuanya.
"Kalau di bilang tangguh sih yahh nggak yah Pak. Saya hanya tidak mau bergantung dengan kedua orang tua saya. Saya tidak ingin mereka punya hak di dalam kehidupanku lagi, saya sudah membuat keputusan seperti itu semenjak saya keluar dari rumah. Pak Handoko udah pasti tau semuanya kan dari Papa aku?" Kata Raka.
"Yahh saya sih sebagai orang yang lebih tua dari kamu dan saya juga mempunyai anak seumuran kamu, jadi saya nggak mau juga untuk mengecewakan anak saya. Tapi saya hanya berpesan sama kamu, jangan sampai membenci kedua orang tua kamu terlalu lama kasihan mereka. Pasti kedua orang tuamu juga tidak ingin jauh dari kamu." Ucap Pak Handoko.
"Iyaa makasih Pak Handoko atas saran - sarannya. By the way apa perusahaan Papa saya sudah tidak bekerja sama dengan perusahaan Pak Handoko?" Tanya Raka.
"Iya sudah lama sekali sudah putus kontrak. Saat itu saya sudah tidak lagi memperpanjang kontrak dengan perusahaan Papa kamu.
"Kenapa Pak Handoko tidak memperpanjangnya lagi?" Tanya Andika yang tiba - tiba berbicara karena dari tadi sudah asyik makan.
"yah karena banyak hal yang jadi pertimbangan saya, dan saya memutuskan untuk tidak memperpanjangnya lagi. Ucap Pak Handoko.
"Boleh di jelaskan nggak alasan pastinya Pak Handoko tidak ingin memperpanjang kontrak lagi?"
Tanya Andika lagi.
"Ohh kalau itu sih rahasia perusahaan, tidak bisa saya beritahu." Jawab Pak Handoko.
"Hahahah.. baiklah Pak kalau begitu.. tidak apa - apa juga kok." Seru Andika.
"Ehmm tapi kok ngomong - ngomong lagi.. Zara sama Cindy kok nggak balik - balik yah? Kok lama banget di toilet?" Tanya Raka sambil melihat ke arah yang menuju toilet restoran.
"Iya yahh.. kok mereka nggak kembali - kembali sih." Seru Pak Handoko.
"Mungkin lagi ngecek make upnya, Lo dan Pak Handoko kok nggak tau sih. Biasalah cewekkan kalau liat cermin suka lupa waktu." Kata Andika.
"Hahaha iya juga sih." Seru Pak Handoko.
Tapi firasat Raka mengatakan hal yang berbeda, Raka takut kalau saja Cindy berbuat sesuatu dengan Zara.
Sementara itu di toilet, Zara mengumpulkan kembali moodnya untuk kembali ke meja makan mereka.
"Huuffffttt ayoo Zara.. kenapa sih Lo? Kamu bisa kamu bisa okeeeyyyy." Gumam Zara sambil melihat dirinya di dalam cermin.
"Kamu bisa apaa sih?" Tanya Cindy yang baru keluar dari bilik toilet. Zara sama sekali tidak mengetahui kalau Cindy juga sudah berada di toilet bersamanya. Zara khawatir, sudah berapa banyak yang Cindy dengar saat Zara menumpahkan kekesalannya tadi.
"Ehh Mba Cindy ??? Mba Cindy udah dari tadi yah di sini?" Tanya Zara.
"Menurut Lo ?" Tanya Cindy dengan senyuman licik di wajahnya.
"Ahh.. saya nggak tau Mba, ehmm kalau gitu saya permisi yahh Mba." Kata Zara berusaha keluar dari situasi tersebut.
"Ehh ehh ehh !!! Mau kemana ??? Tunggu dulu, saya kan nanya kamu tadi. Kok nggak di jawab sih?" Tanya Cindy dengan melipat kedua tangannya di depan dadanya dan menghalangi Zara untuk keluar.
"Ahh pertanyaan yang mana Mba?" Tanya Zara lagi.
"Kok pertanyaan yang mana sih? Tadi kan kamu mengoceh sendirian di sini, terus kamu bilang kamu bisa kamu bisa. Emangnya apaan? Apa ada sesuatu yang membuat kamu nggak nyaman sampai kamu melarikan diri ke toilet dan menumpahkannya sendirian di sini?" Tanya Cindy yang mulai mendekatkan badannya lagi ke hadapan Zara.
"Nggak ada kok Mba.. saya cuma kecapean aja. Nggak ada yang membuat saya nggak nyaman kok Mbaa.. tenang aja." Jawab Zara dan mulai lagi berusaha untuk pergi dari harapan Cindy.
Dan lagi - lagi Cindy menghalanginnya.
"Mau kemana sih?? Tunggu dulu." Seru cindy lagi.
"Ada apa lagi Mba Cindy ?" Tanya Zara yang sudah mulai tidak sabar untuk pergi dari hadapan Cindy.
"Lo suka kan sama Raka?" Tanya Cindy.
"Ha? Hahaha.. Mba Cindy kok tiba - tiba ngomong seperti itu sih? Mba Cindy kan yang suka sama Pak Raka? Kenapa jadi saya Mba? Hahah." Tanya Zara sambil tertawa.
Zara berusaha menyembunyikan perasaannya, agar Cindy tidak terlalu banyak bicara dengannya.
"Lo nggak usah ngeles kayak gitu.. gue udah bisa tau kalau Lo itu suka sama Raka. Itu terlihat jelas banget tau nggak saat Lo menatap Raka. Heran, kok bisa - bisanya Raka nggak tau kalau Lo suka sama dia. Padahal dia yang tiap hari sama Lo, iya kan?" Kata Cindy lagi.
Zara hanya bisa terdiam mendengar semua tuduhan dari Cindy. Karena saat itu dia tidak tau harus membalas dengan apa ucapan Cindy.
"Lo jangan berharap banyak.. Raka nggak mungkin suka sama Lo. Dia itu nggak bisa membuka hatinya untuk siapa pun. Gue aja yang udah lama banget ken sama Raka nggak bisa di sukai balik sama Raka. Lo tau kan kalau gue bukan saingan Lo? Jadi lebih baik Lo mundur aja. Okeeyy?" Kata Cindy menekankan nada bicaranya.
"Hahaha.. iyaa Mba Cindy, mba Cindy emang bukan saingan aku. Untuk apa di persaingkan, biar perasaan pak Raka saja yang membuktikannya nanti." Jawab Zara.
"Maksud Lo? Lo tetap mau berusaha untuk mendapatkan Raka?" Tanya Cindy lagi.
"Nggak kok Mba, biarkan waktu saja yang menjawab semuanya." Jawab Zara.
"Apa tadi Lo nggak denger bokap gue ngomong apa?" Tanya Cindy lalu berjalan ke wastafel kemudian mencuci tangannya.
"Ngomong apa Mba?" Tanya Zara .
"Bokap gue ngomong kalau Raka itu calon menantunya, dan itu kan yang membuat Lo nggak nyaman sampai Lo lari ke sini." Seru Cindy.
Zara lagi - lagi terdiam.
"Udah lah Zara.. Papa aku dan Papanya Raka tuh udah saling kenal udah lama banget. Bahkan sebelum Lo ketemu sama Raka. Lo baru - baru ini kan masuk ke kantornya Raka? Dan Lo baru kenal sama Raka, iya kan? Jadi gue sarankan Lo mundur aja. Orang tua Raka dan orang tua gue udah pernah membahas ini. Mereka menjodohkan gue sama Raka, tapi emang sih Raka mungkin belum setuju karena orang tuanya butuh waktu untuk berbicara sama Raka." Jelas Cindy.
"Mba Cindy salah.. saya sama Pak Raka juga sudah kenal lebih lama dan saya juga sudah mengenal keluarga Pak Raka." Ujar Zara yang mulai menantang ucapan Cindy.
"Hahahah.. gini dong.. ini yang gue tunggu - tunggu dari tadi." Seru Cindy bertepuk tangan sambil tertawa terbahak - bahak.
Zara sangat kaget melihat respon dari Cindy, zara akhirnya terpancing dengan semua yang di katakan Cindy.
"Lo ternyata suka kan sama Raka? Pakai ngeles segala lagi." Ujar Cindy yang masih tertawa terbahak - bahak.
"Kenapa sih Mba Cindy? Aneh banget. Dimana yang lucunya?" Ucap Zara dengan mengernyitkan dahinya.
"Hahaha.. Lo nanya di mana lucunya? Harusnya Lo liat tadi muka Lo saat Lo nantang gue. Tapi nggak apa - apa deh, yang penting gue udah berhasil mastiin kalau Lo beneran suka sama Raka." Jelas Cindy.
"Terserah Mba Cindy mau menganggapnya bagaimana, tapi saya rasa hal yang seperti itu adalah privasi setiap orang." Ujar Zara.
"Terserah Lo juga mau ngomong apa yah.. yang penting gue juga udah ngasih tau ke Lo semuanya. Dan itu nggak ada yang gue karang, orang tua gue dan orang tua Raka sudah sepakat untuk ngejodohin gue sama Raka." Ucap Cindy tiba - tiba kembali serius.
"Mba Cindy jangan terlalu memaksakan sesuatu, kalau hasilnya nggak seperti yang Mba Cindy mau itu percuma aja Mba. Bisa membuat Mba Cindy sakit hati." Ucap Zara.
"Apa? Apa Lo bilang? Coba ulangin gue nggak denger." Seru Cindy lalu berbalik kembali mendekati Zara.
"Nggak kok Mbaa.. nggak usah di perdebatkan lagi. Saya ke sini cuma mau kerja, nggak cari masalah sama Mba Cindy." Kata Zara lagi.
"Hahah.. iya - iyaa.. baiklahh kalau begitu Zara Cantik. semoga aja yah Lo bisa memikirkan semua ucapan gue barusan. Gue nggak mau Lo sakit hati nantinya." Ucap Cindy.
"Hah?"
"Nggak nggak.. yuk yuk kita kembali, kita berdua pasti sudah di cari sama mereka. Jangan pasang wajah yang cemberut gitu dong. Gue nggak bermaksud membuat mood Lo jadi tambah jelek. Yuk jalan yuk." Kata Cindy lalu menggandeng tangan Zara.
Zara sangat tidak mengerti dengan sikap Cindy yang kadang ngesilin dan tiba - tiba menjadi baik. Tidak lama kemudian Cindy dan Zara kembali dari toilet.
"Dari mana aja zih kalian berdua? Kok lama banget?" Tanya Pak Handoko.
"Maaf yah semua.. kalian jadi menunggu lama deh. Aku tadi cerita - cerita dulu sama Zara. Kenalan sama sekertaris barunya calon suami aku, aku kan perlu tau siapa yang ada di sampingnya calon suamiku setiap hari. Iya kan Zara?" Kata Cindy kemudian melemparkan ucapannya ke Zara.
Lagi - lagi Andika tertawa mendengar ucapan dari Cindy.
"Ah iyaa." Jawab Zara pelan.
"Dia ngomong apa?" Tanya Andika ke Zara dengan berbisik.
"Nanti gue ceritain." Jawab Zara sambil mengambil satu mangkuk untuk di isikan makanan yang akan di makannya.
"Lo nggak kenapa - kenapa kan Zara?" Tanya Andik lagi yang masih berbisik.
"Gue nggak kenapa - kenapa Andika. Selow aja, udah biasa." Bisik Zara.
"Huufftt ceritain ke gue, okeyy?" Kata Andika lagi.
"Iya Andika.. okeyy.. Lo lanjutin deh tuh makanan Lo, habisin, jangan setengah - setengah gitu." Bisik Zara lagi.
"Hahah kamu ini.. jangan terlalu membebani Raka seperti itu dong. Raka nanti jadi risih sama kamu dan nggak mau menikah sama kamu." Ucap Pak Handoko.
"Maaf Pak Handoko.. tolong jangan bilang seperti itu, saya tidak nyaman dengan kata - kata bapak barusan. Saya tau kalau orang tua saya pernah berbicara sama Pak Handoko kalau ingin menjodohkan saya dengan Cindy. Tapi saya itu itu hanya basa - basi saja, tidak ada ucapan yang serius." Jelas Raka.
Zara dan Andika langsung menghentikan makannya sejenaknya saat mendengar Raka mengatakan hal tersebut.
"Raka kamu apa - apain sih !!! Kenapa kamu ngomong kayak gitu. Kamu nggak menghargai apa yang orang tua kamu mau yah? Kamu mau jadi anak durhaka ?" Seru Cindy.
"Cindy cukup !!!" Seru Pak Handoko.
"PAPAAAA ?!?!!!!" Teriak Cindy.
"Raka maaf yah kalau saya membuat kamu tidak nyaman, memang apa yang kamu bilang tadi itu semuanya benar. Dulu orang tua kamu dan saya memang hanya berbasa - basi ingin menjodohkan kamu dengan Cindy. Tapi saat kami berbicara seperti itu Cindy ada di sana. Makanya dia selalu mengingat hal itu sampai sekarang." Ucap Pak Handoko.
"Iyaa nggak apa - apa Pak. Yang penting sekarang saya bisa meluruskan hal tersebut, biar nggak menjadi kesalahpahaman seperti ini." Ucap Raka.
"Nah kan. Dia aja tuh yang terobsesi dengan Raka, akhirnya nggak ada lagi yang ngeganjel di hati gue." Kata Zara pelan.
"Hah? Emangnya tadi ngeganjel yah? Hahah Cindy emangnya ngomong apaan sama Lo?" Kata Andika berbisik.
"Ntar gue ceritain. Pokoknya panjang banget, gue sampai capek berdiri mendengar ocehannya. Kita dengerin mereka aja dulu." Kata Zara yang juga berbisik dengan Andika.
"PAPA KOK SEPERTI ITU SIH ??!!! Papa tau kan kalau Cindy suka banget sama Raka ???" Teriak Cindy.
Cindy sama sekali tidak menerima apa yang baru saja Pak Handoko katakan. Cindy sangat malu dengan Zara saat itu.
====