Raka, Andika dan Zara menunggu Pak Handoko selesai membaca kontrak pekerjaan mereka.
"Tunggu sebentar yah, Papa aku baca kontraknya." Kata Cindy.
"Iya nggak papa kok, take your time." Ucap Raka.
"Sambil menunggu telepon dari papa aku gimana kalau kita makan snack dulu aja kali yah?" Tanya Cindy.
"Nggak usah deh, kan mau sekalian makan malam kan ntar habis ini? Toh Papa kamu juga nggak lama katanya." Jawab Raka.
"Iyaa nggak usah, sekalian makan ada ntar." Kata Andika juga.
"Ya udah kalau gitu."
Lima belas menit kemudian, Ponsel Cindy berdering dan itu adalah telepon dari Pak Handoko. Cindy menjawab teleponnya dan kembali mengaktifkan mode speaker agar Raka, Zara dan Andika bisa mendengar apa yang Pak Handoko ucapkan.
"Halo."
"Halo.. iya Pahh.. gimana? Udah papa bacakan kontraknya?" Tanya Cindy yang matanya menatap Raka yang berada di depannya.
Raka tidak begitu khawatir akan keputusan Pak Handoko, karena Raka tau kalau Pak Handoko akan menyetujui kontrak yang di tawarkan Raka. Raka dan pak Handoko sudah lama bekerja sama dengan baik, tidak ada sedikit pun kesalahan yang terjadi saat pekerjaan berlangsung. Dan Raka juga percaya dengan perusahaan Pak Handoko tidak akan merugikan perusahaannya.
"Iya udah, semuanya sangat jelas kok. Kamu tanda tangan aja, papa juga setuju sama apa yang ada di dalam kontraknya." Ucap Pak Handoko.
"Oke Paahh.. cindy tanda tanganin sekarang yah. Ntar aku akan bawa aslinya ke Papa." Ucap Cindy.
"Okeyy sayang."
“Ehh Papa tunggu.. aku sama Raka dan orang - orangnya mau makan malam setelah ini. Papa bisa ikut nggak? Nggak pusingkan? Hanya makan malam saja kok.” Tanya Cindy.
“Ohh boleh - boleh, Papa juga lagi di jalan ini, baru selesai ini dari dokter. Tadi Papa di jalan baca kontraknya makanya agak lama, perlu fokus yang lebih.”
“Oke Pahh, kami tunggu di restoran hotel yahh.” Ucap Cindy lalu melihat ke Raka.
“Okey siap sayang.”
Pak Handoko pun mematikan sambungam teleponnya.
“Okeyy kalian semua sudah dengarkan apa kata papa aku. Jadi mari kita tanda tangan kontraknya.” Ucap Cindy lalu mengambil satu bolpoin yang sudah di berikan oleh sekertarisnya kemudian membuka satu lembar demk lembaran kontrak kerja dari Raka.
“Aku tanda tangan di sini kan?” Tanya Cindy sambil menunjuk satu sudut yang bertuliskan namanya di atas kertas.
“Iyaa.. di sebelah sini Mba Cindy.” Ucap Zara yang sudah mendampingi Cindy di samping kursinya.
“Okeeyy.. Nahh selesaii.” Kata Cindy dan baru saja sudah menandatangani kontrak tersebut.
Zara lalu mengambil kembali kontrak yang sudah dk tanda tangangi Cindy, kemudian memberikannya ke Raka untuk di tanda tangani. Dan begitupun sebaliknya Zara mengambil juga kontrak yang di tangan Raka lalu di berikan juga ke Cindy. Masing - masing perusahaan memegang satu kontrak yang sama. Dimana perusahaan Raka sebagai Pihak perta dan persuhaan Cindy sebagai Pihak kedua.
“Sudah selesai semuanya ?” Tanya Cindy.
Andika memeriksa semua kelengkapan dokumen yang sudah di tanda tangani Cindy dan Raka, kemudian memberikannya kembali ke Zara untuk menyimpannya.
“Sudah semua yah, lengkap. Nggak ada yang kurang satu pun. Dan nggak ada yang di beratkan perusahaan Kamu kan?” Tanya Andika.
“Iyaa sudah nggak ada lagi. Tenang aja. Sekarang mari kita makan malam. Udah pada laper kan?” Tanya Cindy lalu berdiri dari kursinya.
Sekertaris Cindy dengan sigap membereskan semua dokumen yang di bawa Cindy, lalu mengikuti langkah Cindy.
Zara juga sudah selesai membereskan semua dokumen - dokumen kelengkapan meeting yang ada di atas meja meeting, Andika ikut membantu Zara.
“Udah kan?” Tanya Raka ke Zara.
“Iyaa sudah semua, nggak ada yang ketinggalan.” Jawab Zara.
Cindy melihat Raka masih menunggu Zara dan Andika. Cindy berjalan menghampiri Raka dan lagi - lagi Cindy mengambil tangan Raka, lalu menggandeng Raka.
“Raka ngapain sih masih di sini? Ayoo ke Restoran.. ada Zara dan Andika kan yang membereskan semu ini. Masa kamu nungguin mereka sih. Ayoo kita duluan aja.” Ucap Cindy sambil memaksa Raka berjalan meninggalkan Zara dan Juga Andika.
“Iyaa nggak apa - apa Pak Raka.. Pak Raka duluan aja, kenapa menunggu kami.” Ucap Zara.
“Tapii—“
“Tapi apa sih Raka? Udah ayoo.” Cindy terus memaksa Raka meninggalkan ruang meeting.
Mau tidak mau Raka mengikuti Cindy berjalan ke restoran hotel.
“Nahh.. gimana kesan pertama Lo ketemu sama Cindy?” tanya Andika ke Zara.
“Hahah.. memangnya kenapa?” Tanya Zara kembali.
“Yah gue mau tau penilaian Lo sebagai cewek.” Jawab Andika.
“Dia agresif sih.” Ucap Zara dengan polosnya.
“Nahh kann… agresif banget banget bangeettt. Kalau gue jadi Raka, aduhh nggak kebayang deh gimana risihnya. Mungkin Raka bisa cuek aja, Raka kan anaknya emang cuek banget. Dia mau diapain aja, tetap diam.” Kata Andika sambil merapikan kursi yang habis di pakai meeting tadi.
“Iya juga yahh.. tapi mereka cocok kok. Mba Cindy kan cantik, pintar, dan baik juga kok.” Ucap Zara.
“Hahaha.. Lo ngomong kayak gitu terlihat banget nggak ikhlasnya. Lo cemburu yah? Hahaha.” Seru Andika menggoda Zara.
“Cemburu? Kenapa gue harus cemburu. Raka bukan siapa - siapa gue.” Jawab Zara lagi.
“Hahahah.. tapi lo suka kan sama Raka??” Tanya Andika lagi.
“Ishh apasihh Andika.. udah ah, yukk jalan. Nanti kita di cariin sama mereka karena terlalu lama di sini.” Ucap Zara sambil berjalan keluar dari ruang meeting.
Andika mengikuti Zara dari belakang, dan terus menggoda Zara dengan mempertanyakan perasaan Zara ke Raka.
“Nahh itu mereka berdua. Kok lama banget sih? Pacaran dulu yah kalian berdua?” Tanya Cindy ke Zara dan Andika yang baru saja memasuki restoran.
“Pacaran? Gue sama Zara? Nggak lahh.. ngarang aja Lo.” Seru Andika sambil menarik kursi tepat di samping Raka.
“Ehh ehh ehh.. Lo mau ngapain? Sana - sana.. itu tempat duduk gue, sampingan sama Raka. Cepetan berdiri.” Ujar Cindy.
“Lahh lagian Lo ngapain berdiri di situ, bukannya duduk manis aja di sini.” Seru Andika.
“Gue nungguin bokap gue tau, katanya dua udah hampir sampai. Makanya gue berdiri di sini, biar dia tau kalau kita semua sudah ada di sini.” Jawab Cindy sambil bertolak pinggang.
“Iyaa - iyaa.. gue pindah nih.” Seru Andika kemudian berdiri dari tempat duduknya.
“Kayaknya hari ini hari Lo deh Raka.” Bisik Andika ke Raka.
“Nggak papa.. kita ikutin kemaunnya hari ini. Biar besok dia nggak gangguin kita, biar Zara nggak di telepon - telepon sama dia.” Bisik Raka juga.
Zara yang masih berdiri menyaksikan perdebatan antara Cindy dan Andika, memilih kursi tepat di depan Raka dan lagi - lagi Cindy meneriakki Zara.
“Ehh ehh ehh.. ini lagi. Mau ngapain duduk di situ? Itu tempatnya papa gue. Papa gue mau berhadapan langsung sama calon mantunya.” Kata Cindy dengan penuh percaya diri.
Byuuuuuurrrr (semburan keluar dari mulut Andika yang lagi meminum air putih)
Andika kaget mendengar ucapan Cindy yang menyebut Raka sebagai calon menantu dari Papanya, sedangkan Raka berusaha menenangkan Andika agar tidak terpancing apapun yang di katakan Cindy.
“Ihhh jorok banget sih. Ngapain sih Lo? Kenapa Lo nyembur kayak gitu? Emangnya ada yang sama ucapan gue?” Tanya Cindy.
“Hahahah.. nggak kok. Nggak ada yang salah, tapi sejak kapan yah? Raka berstatus sebagai calon menantu bokap Lo? Lucu banget sih.” Andika tertawa terbahak - bahak.
“SHUT UP !!!” seru Cindy kemudian menaruh satu jarinya ke depan mulutnya. Mengisyaratkan untuk Andika menutup mulutnya.
“Hahahah.. terselah Lo deh yah Cindy. Zara duduk sini aja di samping gue.” Kata Andika menepuk kursi di sampingnya. Zara pun berjalan ke kursi di samping Andika.
Setelah setengah jam menunggu Pak Handoko, akhirnya Pak Handoko datang bersama satu bodyguardnya.
“Papaaa !!!” Teriak Cindy.
“Haii sayang? Gimana? Udah pada makan?” Tanya Pak Handoko.
“Belum dong Paa.. kita kan nungguin Papa, lagian makanannya belum datang semua. Biar makannya enak, kita nungguin semua menunya datang.” Ucap Cindy sambil menarikkan satu kursi yang tepat di depan Raka.
Raka, Zara dan Andika berdiri menyambut Pak Handoko.
“Selamat Malam Raka !!! Aduh sudah lama sekali yah kita nggak ketemu.” Ucap pak Handoko mengajak Raka berjabat tangan.
“Malam Pak Handoko. Iya nih Pak, sudah setengah lebih dari enam bulan mungkin yah.” Ucap Raka.
“Makin gantengkan calon menantu Papa.” Seru Cindy.
“Hahaha iya ganteng pake banget.” Jawab Pak Handoko.
“Ehhmm maaf saya permisi ke toilet dulu.” Ucap Zara.
====