Zara langsung menutup wajahnya dengan bantal kursi ketika mendengar suara Julian.
“Nggak usah pura - pura tidur Lo.. mana oleh - oleh gue cepetan.” Kata Julian lalu melepaskan bantal yang di atas wajah Zara.
“Hahah Mama toloonggg !!!” Seru Zara.
“Julian pelan - pelan dong, adik kamu baru pulang tuh dia capek. Kalau mau oleh - oleh besok aja.” Kata Ibu Nadine.
“Lohh Mamaaa.. besok tuh hari senin, oleh - olehnya nggak sempat di cobain, kita semua harus berangkat ke kantor pagi - pagi. Iya kan Maa?” Kata Julian.
“Huussshh huuusshhh udah jangan berisik deh Lo. Baru juga pulang udah ribut aja minta oleh - oleh. Itu tuh yang di papper bag yang gede itu.” Ucap Zara bangun dari tidurnya.
“Ini semua punya gue? Wahh banyak sekaliiii.” Seru Julian.
“Bukan woiii.. itu untuk kita satu rumah. Lo mahh maruk banget sih, masa iya gue juga beliin Lo banyak oleh - oleh, nggak mungkin kan. Hahha.” Ujar Zara.
“Ah iya juga yahh.. Lo kan pelit.” Kata Julian.
“Lahh enak ajaa.. kalau gue pelit nggak gue beliin biar satu. Dasarr.” Seru Zara.
“Masaa??”
“Eisshh Julian jangan mengganggu adikmu terus, mana sini coba mama lihat juga apa yang Zara beli.” Kata Ibu Nadine menarik paper bag tersebut dari tangan Julian.
“Gimana meetingnya sayang? Lancar?” Tanya Pak Ardani.
“Alhamdulillah lancar Pah.. sesuai harapan Zara semuanya.” Jawab Zara sambil memperhatikan Julian dan Ibu Nadine membongkar paper bag oleh - oleh.
“Alhamdulillah.” Kata Pak Ardani.
“Zara ini kok banyak banget yang kamu beli? Ini bukan pesanan teman kamu? Kita nggak salah papper bag kan?” Tanya Ibu Nadine.
“Nggak Maa.. itu bukan Zara juga kok yang beli. Itu Raka yang beli, katanya untuk calon mertua. Gitu katanya.” Kata Zara tersenyum malu - malu.
“Haaaahhh Calon mertua?” Seru Julian keheranan.
“Cieeee.. cieee.. aduhh bilang ke calon menantu mama kalau calon mertuanya berterima kasih banyak udah di beliin oleh - oleh sebanyak ini.” Kata Ibu Nadine.
“Maksudnya Maa? Zara? Kamu udah pacaran sama Raka?” Tanya Pak Ardani.
“Iyaa dongg Paaa.. aku sama Raka udah jadiaaaannn.. aaaahh senangnya.” Jawab Zara lalu membaringkan kembali badannya di sofa.
“Hhahahahah Lo bercanda kan? Nggak usah ngayal deh.” Seru Julian sampai tertawa terbahak - bahak.
“Ihh Maaa.. hahah siapa yang ngayal? Gue tuh beneran udah jadian sama Raka, kok Lo nggak percaya gitu sih hahah.. mama tau saksinya.” Kata Zara.
“Saksi apaan coba?” Tanya Julian.
“Aduuhhh.. tadi tuh Raka ada di sini, karena nganterin gue pulang, gue pulang bareng dia tadi. Terus tadi ketemu sama Mama, dan dia memperkenalkan dirinya kalau dia itu pacar gue sekarang, dan dia bahkan minta restu mama, karena dia pacaran sama gue.” Jawab Zara dengan sombongnya.
“Beneran Maa?? Ngayalkan dia Maa?” Tanya Julian. Julian benar - benar nggak percaya kalau Zara dan Raka sudah berpacaran.
“Yahh hahah ya sudah kalau Lo nggak percaya. Yang penting gue udah ngasih tau ke Lo kalau gue pacaran sama Raka.” Kata Zara.
“Yahh nggak apa - apa juga sih kalau Lo pacaran sama Raka. Yang penting Raka nggak ngejahatin Lo lagi, dan nggak kasar lagi sama Lo. Itu sih yang paling penting, karena kalau sampai dia nyakitin Lo lagi, dia akan berhadapan langsung sama gue.” Kata Julian sambil membuka satu bungkus pie s**u yang baru saja di keluarkan oleh ibu Nadine dari paper bag.
“Kok bisa sayang kamu pacaran sama Raka? Kalian kan dari Bali. Memangnya ada sesuatu yang terjadi sampai kalian tiba - tiba pacaran?” Tanya Pak Ardani.
“Iya Pah.. kemarin di Bali Zara ketemu sama Putra dan juga Bianca, Papa taukan mantannya Zara yang dulu yang waktu SMA?” Kata Zara.
“Putra? Ohh iyaa - iyaa.. Ehh Bianca? Bianca yang ngerebut Putra dari kamu? Mereka masih pacaran sampai sekarang?” Tanya Pak Ardani.
“Putra mantan Lo yang selingkuhin Lo itu?” Tanya Julian.
“Iyaa yang itu Paahh.. Jul.. mereka langgeng sampai sekarang Pahh.. mungkin mereka udah jodoh kali yah, Tuhan udah mengatur mereka bersama untuk tetap bersama. Tuhan memisahkan aku berpisah sama Putra karena Putra bisa dapat uang lebih baik dari aku, dan sekarang aku bisa dapat yang kebih baik dari Putra. Yaitu Rakaaa.” Kata Zara tersenyum malu.
“Idihhh jangan menyimpulkan dulu Lo.. baru juga pacaran udah menyimpulkan semuanya. Baru dua hari pacaran juga.” Kata Julian ketus.
“Hellooo !!! Perkataan itu adalah doa tau. Lo tuh yahh sirik banget jadi orang. Kessel.” Ucap Zara.
“Makanya Lo nggak usah terlalu kepedean. Memangnya Raka sesempurna apa sampai Lo ngebanggain dia banget. Ingat jangan terlalu ngebanggain kayak gitu, nanti Lo bisa di injak - injak kalau Lo terlalu menampakkan kalau Lo itu suka banget sama Raka. Jadi perempuan kok nggak ada jual mahalnya sih.” Kata Julian.
“Ihh.. apasih Lo siapa juga yang kayak gitu. Gue nggak kayak gitu juga kali. Lo fikir gue nggak ada harga dirinya apa? Gue nggak seperti itu, gue juga tau batasannya. Nggak usah terlalau banyak khawatir Lo, gue bisa ngurus diri gue sendiri.” Kata Zara semakin kesal karena kata - kata yang di keluarkan Julian. Zara baru saja pulang sudah di cecar dengan ucapan yang tidak enak dari Julian.
“Iya - iya.. terserah Lo deh yahh, gue itu cuma ngasih tau Lo doang , selebihnya yah terserah Lo. Cuman kalau sampai Raka berbuat hal - hal yang nggak baik sama Lo, dia akan berurusan sama gue. Karena sampai kapan pun gue akan tetap ngejaga Lo.” Kata Julian lalu duduk di samping Pak Ardani.
“Iyain aja Zara.. kamu tau sendiri kan kalau kakak kamu ini sangat posesif sama kamu. Karena kejadian yang dulu itu.” Kata Ibu Nadine.
“Iya nihh ihh posesif banget sih, iya nanti gue ksih tau langsung deh ke Raka kalau Lo akan berhadapan sama Julian kalau dia sampai ngejahatin gue. Puaskan Lo?” Tanya Zara.
“Yahh nggak juga sih.. Lo nggak perlu kali kasih tau ke Raka. Kita tunggu aja perkembangan hubungan Lo gimana.” Ucap Julian.
“Udah lah Julian.. adik kamu bisa mengatasi masalahnya sendiri kok, lagian itu urusan pribadinya, jangan terlalu kamu campuri.” Kata Pak Ardani.
Julian terdiam sejenak mendengar ucapan Pak Ardani yang sangat benar.
====
“Ah iya juga sih Pahh.. sampai kapan aku harus jagain dia yahh.. nanti dia juga akan menikah, tapi kalau aku nggak jagain dia bisa - bisa dia di sakitin lagi seperti dulu.” Kata Julian.
“Uuuhhh sweet banget sih kakak gue ini.. sesayang itu yah Lo sama gue? Hahahah.. padahal dulu kan aku nggak tersakiti yang kayak gimana - gimana. Aku santai kok nanggepin Putra selingkuh. Orang - orang di sekolah aja tuh yang berisik, orang aku nggak kenapa - kenapa malah di besar - besarin. Katanya aku kurusan lah karena putus sama Putra, katanya aku sakit - sakitan lah, apalah.. heran. Padahal waktu itu aku emang lagi sakit, bukan karena di selingkuhin sama Putra aku jadi sakit.” Jelas Zara.
“Yahh karena orang - orang di sekolah itu lah yang bikin gue marah, mereka sampai ngomong sembarangan, dan gue juga kena imbasnya karena gue masih sekolah di sana.” Kata Julian yang masih asyik membongkar oleh - oleh yang di bawa Zara.
“Ehmm.. memangnya dulu teman - teman kamu di sekolah nggak ada yang belain kamu yah Zara?” Tanya Pak Ardani.
“Hah? Teman - teman aku semuanya ada kok Paahh.. mereka juga ngebelain aku kalau ada yang ngomong yang nggak - nggak tentang aku. Padahal aku yang di zolimi tapi kenapa malah aku yang di omongin negatif yah? Hahah.. tapi nggak apa - apalahh udah berlalu juga.” Jawab Zara.
“Nahh sifat Lo itu tuh yang bikin gue selalu mau ngejagain Lo, ngelindungi Lo.. karena Lo itu orangnya nggak peduli sama orang - orang yang nyakitin Lo. Lo itu terlalu baik tau nggak.” Kata Julian.
“Nggak gitu juga kali.. gue kadang bisa bertindak juga kalau ada yang gangguin gue, nggak gue diemin. Ahh sudahlah, pokoknya gue akan baik - baik aja oke?” Kata Zara.
“Iya deh iyaa.. terserah Lo, yang penting Lo juga tetap ingat kalau ada gue yang akan selalu melindungi Lo.” Kata Julian.
“Siap kakakkuu tercintaaa.” Seru Zara.
“Nahh gitu dongg.. akur. Gitu kan bagus, nggak berisik.” Kata Ibu Nadine.
“Ya udah dehh. Kalian makan aja yahh itu oleh - olehnyaa.. oh iya kayaknya juga ada baju deh itu.” Kata Zara.
“Dimana bajunya? Nggak ada di sini tuh.” Kata Julian .
“Iyaa.. di papper bag yang satunya lagi.” Jawab Zara.
“Ohh inii? Ini juga Raka yang beli?” Tanya Ibu Nadine.
“Iya Maa.. itu Raka juga yang beli, nggak tau kenapa dia belinya banyak banget. Aku sampai bingung sendiri.” Jawab Zara.
“Ini kamu nggak tau dia beli banyak begini?” Tanya Ibu Nadine lagi.
“Aku nggak tau Maa.. itu kemarin dia beli pas aku nggak ikut jalan - jalan sama mereka.. Sama Andika.
“Ohh pantesan.. hampir aja mama marahin kamu kalau kamu tau dia beli barang sebanyak ini.” Kata. Ibu Nadine sambil memberikan satu baju kaos untuk Pak Ardani dan juga Julian.
“Lahh kok Zara yang di marahin? Itu kan Raka semua yang punya inisiatif.” Ujar Zara.
“Itulaah mama hampir marahin kamu kalau seandainya kamu tau, Raka beli sebanyak ini. Mama jadi nggak enak.” Ucap Ibu Nadine.
“Yah nggak apa - apa lahh Maa.. itu dia ngasih kita kayak gini karena sekarang dia pacaran sama Zara, dia mau menyenangkan kita agar kita juga senang sama dia dan memberikan restu ke dia karena dia pacaran sama anak ini.” Kata Julian.
“Hmm tapi kan nggak perlu sampai segininya juga. Kita juga bisa beli sendiri kan? Ini tuh terlalu banyak.” Kata Ibu Nadine.
“Biarlah mama.. namanya juga anak muda yang lagi kasmaran. Dan Raka juga mungkin nggak tau uangnya mau di apakan. Dia kan udah punya perusahaan sendiri, masih muda tapi sudah sukses seperti itu.” Ucap Pak Ardani.
“Hmm.. iya sih.. ya sudahlah, bilang makasih yah sama Raka Zara.. mama nggak enak banget deh. Ehmm atau mama aja yang bilang makasih deh ke dia. Besok kamu bareng Raka kan ke kantor? Kan udah pacaran, masa nggak barengan sih ke kantornya.” Ujar Ibu Nadine sambil mencoba baju yang di beli Raka.
“Ahh? Kayaknya itu nggak deh Maa.. Zara berangkat sendiri aja. Lagian mobil Zara juga udah baguskan?” Tanya Zara ke Pak Ardani.
“Iyaa sudah kok sayang.. Papa baru aja ambil tadi di bengkel.” Jawab pak Ardani.
“Loh kenapa nggak barengan ke kantornya? Raka juga ada di sebelah kan? Kenapa nggak barengan aja?” Tanya Ibu Nadine.
“Maa.. aku sama Raka belum mau memberitahukan ke orang - orang di kantor kalau Raka dan Zara Pacaran.” Kata Zara.
“Hah? Loh kenapa?” Tanya ibu Nadine.
“Oohh pasti Raka nggak mau akuin Lo kan di depan orang - orang kantornya. Karena dia nggak mau kalau orang - orang di kantor Lo sampai bilang ih kok bos pacaran sama sekertarisnya sendiri. Iyaa kan gue bener kan? Aduh kasihan banget sih Zara. Hahahah.” Ujar Julian.
“Ih hahaha udah ngomongnya ??? Suka ngada - ngada deh nih orang. Justru itu pemikiran gue, bukannya pemikiran Raka. Dan gue juga yang nggak mau kalau hubungan gue di tahu sama orang kantor. Lo nggak tau di kantor tuh banyak banget yang suka sama Raka.” Ucap Zara.
“Memangnya kenapa kalau banyak cewek yang suka sama Raka? Lo nggak bisa jadi pacarnya Raka kalau banyak yang suka sama dia?” Tanya Julian.
“Yahh nggak gitu.. maksud gue, gue nggak mau ada masalah yang terjadi di kantor kalau gue pacaran sama Raka, kemarin aja gue belum pacaran sama Raka udah banyak masalah yang terjadi di kantor.” Ucap Zara sambil menghela nafasnya.
“Lohh kok kamu nggak cerita sih sayang? Kalau banyak masalah di kantor kamu. Apa masalahnya coba cerita dong. Jangan di pendam sendiri.” Kata Ibu Nadine.
“Pantasan akhir - akhir - akhir ini kamu terlihat lelah sekali sayang. Ada apa memangnya?” Kata Pak Ardani.
“Kalau ada masalah tuh di cerita, jangan di pendam sendiri.” seru Julian.
“Hmm.. bukan masalah besar juga sih. Makanya aku nggak cerita. Menurut aku nggak terlalu besar juga, dan aku nggak mau ngebesar - besarin masalah sepele kayak gitu.” Ucap Zara.
“Yah namanya kan tetap masalah. Gimana Lo bilanh cuma masalah sepele kalau kalau Lo mikirin sampai nggak mau hubungan Lo , lo publish. Udah cepetan ceritain.” Kata Julian.
“Iya sayang.. benar apa yang di katakan Julian. Kalau bukan masalah besar dan hanya masalah sepele kenapa kamu sampai memikirkannya sekarang.” Tanya Ibu Nadine lalu berdiri dan duduk kembali di sofa di samping Zara.
“Hmm.. gimana yahh aku ceritain dari awal. Hmm jadi gini.. aku kan di kantor sebegai sekertarisnya Raka. Dan itu otomatis semua pandangan cewek - cewek yang suka sama Raka pasti memperhatikan gerak gerik aku terus. Dan pernah ada suatu waktu kita semua lagi makan di restoran kantor, dan Raka juga ada di sana. Aku tuh di kantor sering makan sama Prilly, Bella, Ardya sama Andika. Tapi hari itu Raka juga nggak tau tiba - tiba mau makan di restoran kantor, dan katanya dia paling nggak pernah makan di restoran kantor, dia sering makan di luar sendirian atau paling nggak dia ngajakin Andika kalau nggak mau sendiri.” Jelas Zara.
“Ya ampun sebegitu introvertnya dia yah kalau begitu.” Seru Julian.
“Iyaa begitu lahh.. katanya semenjak di tinggal sama Almarhumah Rivka dan juga eyangnya, Eyang Lili.”ucap Zara.
“Terus - terus kenapa di restoran? Apa yang terjadi sayang?” Tanya Ibu Nadine yang sangat penasaran.
“Aduhh tunggu dulu deh, Mama mau ambilin kalian minum dulu, biar lebih enak ceritanya.” Sambung Ibu Nadine.
Ibu Nadine kemudian berdiri dan berjalan ke dapur untuk mengambilkan minuman untuk anak - anaknya dan juga suaminya.
“Nih minum dulu sayang.. Papa mau yang mana?” Tanya ibu Nadine ke Pak Ardani sambil memberikan teh dingin untuk Julian dan Zara.
“Kopi aja Maa.” Jawab Pak Ardani.
“Terus - terus gimana Zara?” Tanya Ibu Nadine lalu duduk di samping Zara kembali.
“Iyaa jadi hari itu, aku, Andika sama Raka jalan ke restoran kantor sama - sama, karena kebetulan kami semua ada di ruangannya Raka sampai jam makan siang. Sampai di restoran kantor, sudah ada Prilly, Bella sama Ardya yang duduknya berjejer di meja yang untuk enam orang. Terus Raka sudah ambil makanan duluan saat itu, lalu Andika juga selesai, tinggal aku yang lagi ambil makanan, nahh pas aku lagi ambil makanan, aku nggak tau kalau ada cewek yang datang ke meja kami, namanya Nabila. Nabila ini mau duduk pas di sampingnya Raka. Tapi Andika datang dan ngomong kalau itu tempat duduknya dia, Andika ngelarang Nabila duduk di tempatnya. Terus Si Nabila ini ngomong lagi kalau dia duduk aja di sebelah kanannya Raka lagi. Tapi Andika juga ngelarang dia untuk duduk di situ karena katanya tempat duduk aku. Dan emang kebetulan pouch aku, aku simpan di atas meja itu. Aku juga nggak sengaja naruhnya di sebelah situ.” Jelas Zara.
“Ohh jadi Si Nabila itu marah sama Lo karena Lo duduk di tempatnya, eh maksudnya Si Nabila ini mau duduk di samping Raka , tapi nggak di izinin kan? Dan Karena Lo cewek makanya dia kesal sama kamu, iya kan?” Tanya Julian.
“Bener begitu zara? Kok dia jadi marah sama kamu, padahal bukan kamu yang ngelarang dia untuk duduk di sampingnya Raka.” Ucap ibu Nadine.
“Eisshh.. Zara itu belum selesai ngomong, kalian main menyimpulkan aja. Dengerin dulu cerita Zara sampai habis.” Kata Pak Ardani.
“Ih Papa tumben banget sih serius hahaha.. biasanya juga orang lagi cerita tapi Papa malah nonton bola.” Kata Ibu Nadine.
“Bolanya lagi nggak ada hahah.” Seru Pak Ardani.
Semuanya tertawa bersamaan.
“Terus gimana si Nabila itu Zara?” Tanya Julian.
“Awalnya sih dia nggak kelihatan marah sama aku, baik - baik aja, dia pergi dari meja gue sih nggak ngomong apa - apa. Katanya temen - temen aku sih dia kayak marah gitu, aku nggak liat karena lagi ambil makanan. Terus kita semua makan - makan, aku berdiri ambil minum karena minum aku udah habis, dan si Nabila ini nabrak aku, sampai minuman yang aku pegang sampai tumpah semua ke baju aku.” Jawab Zara.
“Ohh yang baju kamu yang waktu itu mama nanya kenapa baju kamu beda yah yang kamu pakai hari itu? Yang itu kan?” Tanya Ibu Nadine.
“Iyaa Maa yang itu hari, dan baju itu baju yang di beliin Raka juga Maa. Hehe.” Jawab Zara kembali tersenyum malu.
“Woi woii jangan Raka dulu.. terus Nabila minta maaf sama Lo? Nggak?” Tanya Julian yang sudah kesal.
“Hmm jadi pas dia nabrak aku, aku sih nggak mikir macem - macem, yah murni karena ketidak sengajaan. Terus Andika langsung berdiri dan maraj ke Nabila, Andika bilang kalau Nabila itu sengaja nabrak aku, karena dia kesal sama aku, karena ada aku makanya dia nggak bisa duduk di samping Raka.” Kata Zara.
“Parah banget sih.. kok di kantor juga sampai ada kejadian seperti itu? Kekanak - kanakan sekali.” Seru Ibu Nadine.
“Yahh begitulah Maa.. kalau kita udah suka sama orang pasti apa aja di lakuin. Tapi kita sebagai orang yang pintar nggak harus ngelakuin itu kan? Kadang aku heran sama orang - orang yang bisa melakukan segala cara agar apa yang dia mau bisa jadi miliknya meskipun pakai cara yang salah.” Kaya Zara.
“Nah itu juga sih .. terus gimana kelanjutannya?” Tanya Ibu Nadine.
“Pas Andika marah - marah kayak gitu, Nabila tetap bilang kalau dia nggak sengaja nabrak aku. Terus Raka datang, nyuruh Andika untuk nggak marah - marah lagi. Raka nanya ke Nabila kalau Nabila di departemen mana? Karena Raka nggak hafal semua karyawannya. Raka juga menyuruh Nabila untuk pergi saja, tapi harus minta maaf dulu sama aku. Dan habis itu Nabila minta maaf sama aku, yah aku maafin juga. Toh dia nggak sengaja. Tapi yang lainnya bilang kalau Nabila itu sengaja nabrak aku, yah karena itu tadi, karena dia marah sama aku gara - gara aku dia jadi nggak duduk di samping Raka.” Kata Zara.
“Ohh teman - teman kamu ngomong kalau Nabila sengaja nabrak kamu?” Tanya Pak Ardani.
“Iyaa Pahh.. karena mereka ngeliat kalau cara minta maafnya Nabila tuh kayak nggak tulus gitu, apalagi Andika yang melihat di depan kepalanya langsung.” Zara.
“Yahh salah juga sih sebenarnya kalau langsung menuduh seperti itu. Bisa jadikan kalau dia bemar - benar nggak sengaja nabrak kamu.” Kata Pak Ardani.
“Iya kan pahh? Makanya aku juga nggak mau suuzdon waktu itu, aku juga maafin dia. Tapi ceritanya nggak sampai di situ Pahh.. Maa.. Julian. Masih ada lagi pas habis jam istirahat.” Kata Zara.
“Ya Ampun.. kalau gue jadi Lo, gue juga pasti akan seperti Andika yang marah - marah ke dia karena udah nabrak gue, Lo nya aja tuh yang nggak peka - peka kalau di jahatin.” Ucap Julian.
“Bukannya gitu.. kita tuh jadi manusia nggak boleh suuzdon, itu salah satu sifat yang nggak baik tau. Lo mau makin banyak dosa, kita tuh lebih baik berfikir positif biar nggak banyak beban fikiran, biar tetap awet muda, iyaa kan Maa Paa?” Kata Zara.
“Iyaa benar banget sayang. Jangan kayak kakak kamu dikit - dikit marah - marah, dikit - dikit marah - marah. Kakak kamu tuh di kantor juga terkenal banget suka marah - marah sampai anak buahnya nggak ada yang berani sama dia, kalau ada kerjaan yang harus selesai hari itu juga, nggak ada yang berani membantah, semua orang jadi takut sama dia. Orang - orang di kantor terus mengeluhnya sama Papa, katanya suruh bilangin ke Julian kalau jangan terlalu seperti itu, karena nggak ada yang berani juga untuk menunda pekerjaan mereka, mereka udah pada di siplin.” Kata Pak Ardani.
“Papa jangan buka kartu gitu dong.. malu tau Pah.” Kata Julian.
“Idihh malu.. apaan Lo sok malu - malu gitu, bukannya Lo bangga yah kalau Lo bersikap seperti itu, padahal aslinya juga kocak, sok - sokan jadi tukang marah - marah.” Ucap Zara.
“Hahah.. nggak gitu tau.. Papa tuh ceritain di bagian anak buah aja.. selebihnya di orang - orang kantor, teman - teman gue juga gue biasa aja kok, nggak seperti itu juga. Papa nihh, melebih - lebihkan. Kata Julian.
“Hahah kan itu yang sering di omongin di kantor, Papa mahh ngomong apa adanya aja.” Seru Pak Ardani.
“Husshh husshh kok malah jadi omongin Julian sih. Ini nih cerita Zara belum selesai. Ayo Zara ceritain lagi, gimana selanjutnya.
Ibu Nadine sangat penasaran dengan cerita Zara, karena dari dulu memang Ibu Nadine sangat dekat dengan Zara, Zara selalu menceritakan apa saja ke Mamanya. Dan Ibu Nadine memang seorang mama yang selalu siap mendengarkan keluh kesah anak - anaknya.
====