Zara kembali melanjutkan ceritanya sambil mengambil posisi yang nyaman untuk ia sandari, karena Zara sebenarnya capek, tapi Zara ingin bersama - sama dengan keluarganya karena sudah tiga hari Zara tidam bersama dengan keluarganya. Zara adalah orang yang tidak bisa jauh dari keluarganya.
Setelah mendapatkan posisi yang nyaman, Zara kembali melanjutkan ceritanya.
“Ehmm.. terus saat selesai makan di restoran kantor, Raka menyuruh aku untuk ganti baju di butik samling kantor, karena kan baju aku basah. Dan saat sampai di butik ternyata Raka udah bayarin semua baju yang mau aku beli.” Kata Raka.
“Kok malah jadi bahas Raka ngebeliin baju sih.” Seru Julian.
Pak Ardani dan Ibu Nadine tertawa, karena Zara begitu membanggakan Raka.
“Yahh karena emang mulai dari situ juga tau, ya udah deh.. nah pas aku sudah selesai dan kembali ke kantor, Aku berpapasan lagi sama Nabila. Aku satu lift sama Nabila. Daaaaann Nabila ini mau ke ruangannya Raka yang otomatis akan satu lift sama aku. Pas di dalam lift, aku tanya ke Nabila kalau kenapa dia nggak turun karena sudah di lantai tiga. Kan dia di lantai tiga ruangannya, aku di lantai lima.” Kata Zara.
“Terus kenapa dia nggak turun di lantai tiga?” Tanya Julian.
“Yah karena itu yang gue bilang tadi, dia mau keruangannya Raka. Tapi aku kan sebagai sekertarisnya Raka, harus ngasih tau ke Raka kalau ada yang ingin bertemu dengan dia. Tapi Nabila marah sama aku, katanya kenapa harus di kasih tau ke Raka kalau dia mau ketemu Raka, katanya kan dia bukan tamu. Katanya cuma tamu yang harus di beritahukan dahulu ke Raka, padahalkan dia juga tamu. Dia nggak menganggap dirinya sebagai tamu karena katanya cuma orang - orang yang dari luar saja yang di sebut tamu. Dan Raka juga udah pernah ngomong kalau ada orang yang mau ketemu sama dia harus melapor dulu.” Jelas Zara.
“Ohh jadi dia nggak terima kalau Lo mau lapor dulu sama Raka?” Tanya Julian.
“Iyaa.. dia marah - marah sama aku, dia sampai teriak - teriak. Haduhh aku malu banget.”
“Wahh masa sih sayang? Dia sampai teriak - teriak? Banyak orang gitu?” Tanya Ibu Nadine.
“Iyaa Maa.. dia sampai teriak - teriak.. banyak lah Mahh.. kan baru selesai makan siang, mereka semua juga sudah kembali ke mejanya masing - masing, dan semua perhatian tuh teralihkan ke aku dan juga Nabila. Terus Nabila bilang katanya aku sengaja nggak mau pertemukan dia dengan Raka, katanya jangan mentang - mentang aku sekertarisnya Raka, aku bisa seenaknya. Padahal kan aku cuma menjalankan tugas dari Raka, nggak ada sesuatu yang aku lebih - lebihkan. Untung saja Ardya dan Bella cepat datang untuk membantu aku mengurus ketidakwarasannya Nabila.” Jawab Zara.
“Iyaa dia benar - benar nggak waras sepertinya, masa dia nggak tau sih kalau tugas sekertaris memang seperti itu.” Kata Julian.
“Hmm.. Ardya sama Bella sampai turun tangan untuk ngebela aku. Tapi dia masih tidak mengerti sama sekali. Dan yang kalian harus tau Kenapa Nabila mau keruangan Raka, dia cuma mau mengantarkan kopi yang katanya sebagai tanda terima kasihnya untuk Raka, karena Raka sudah membelanya pas di restoran tadi. Padahal Raka itu cuma menyuruhnya minta maaf sama aku, nggak yang ngebela yang gimana - gimana.” Ucap Zara.
“Tapi dia emang suka sama Raka sayang?” Tanya Ibu Nadine.
“Kayaknya sih Maa.. buktinya dia sampai ngelakuin itu kan. Dia terus mencari perhatiannya Raka.” kata Zara.
“Kalau seperti itu berarti Lo harus kasih tau ke orang - orang kalo lo itu pacaran sama Raka. Jangan sampai kejadian seperti itu terulang kembali.” Kata Julian.
“Tapi aku ngerasa akan banyak masalah lainnya kalau aku ngasih tau ke orang - orang kalau aku pacaran sama Raka. Nanti mereka - mereka yang suka sama Raka malah dendam sama aku, terus ngejutekin aku di kantor. Kan nggak baik.” Kata Zara.
“Lahh.. memangnya kenapa? Lo nggak salah apa - apa juga kan? Memangnya Lo merebut Raka dari mereka? Mereka itu hanya, yahh bisa di bilang hanya sebagai fansnya Raka.. Lo nggak perlu mikirin mereka, dan Lo di kantor bukan bawahankan? lo itu sekertarisnya Raka, jadi untuk apa takut sama orang - orang seperti mereka. Gue bukannya merendahkan yah, tapi emang status pekerjaan kalian itu memang beda. Lo ngerti nggak sih apa yang gue bilang?” Tanya Julian.
“Maa Paa.. gimana menurut Papa sama Mama? Julian bener kan?” Tanya Julian ke Ibu Nadine dan Pak Ardani.
“Ehmm.. menurut Papa juga Julian ada benarnya. Dan pasti itu masalah kamu sama Nabila hanya saah satu di antara masalah kamu di kantorkan?” Tanya Pak Ardani.
“Iyaa sih.” Jawab Zara.
“Hah? Masih ada lagi masalahnya?” Tanya Bu Nadine
“Iya Maa.. huufttt semua yang suka sama Raka udah buat kehebohan di kantor. Nggak semua sih, baru dua orang.” Kata Zara.
“Kehebohan apa lagi yang dia buat? Orang lain lagi?” Tanya Ibu Nadine.
“Iyaa Maa.. namanya Alia, dia customer service. Pernah tante Fara datang ke kantor, dan karena Alia customer service jadi dia yang di suruh sama Raka untuk mengantar tante Fara Naik ke ruangan Raka. Pas dia dan tante Fara sudah sampai di atas, aku kaget karena tante Fara di antara naik sama Alia, karena sebelumnya Raka bilang sama aku kalau dia nggak mau ketemu sama mamanya, dia nyuruh aku bohong kalau dia nggak ada di kantor—“
“Terus Lo ikutin maunya Raka? Bohong sama tante Fara? Ih dosa banget Lo.” Kata Julian.
“Yahh nggak lahh.. makanya gue bingung kenapa Tante Fara bisa naik, karena aku marah sama Raka, aku nyuruh dia aja yang ngomong ke customer service. Dan pas di atas Alia mungkin kaget karena aku dan tante Fara terlihat sangat akrab. Dan setelah tante Fara masuk ke ruangan Raka, Alia sudah mau turun, tapi ternyata dia nggak turun, dia menguping pembicaraan aku sama Ardya. Dia mencari tahu apa hubungan aku sama Raka.” Kata Zara yang sudah mulai mengantuk.
“Kamu tau dari mana kalau Si Alia ini mencari tahu hubungan kamu sama Tante Fara?” Tanya Pak Ardani.
“Karena aku nggak sengaja liat di ponselnya, yang dia mau mengirim pesan ntah ke siapa, dia ngomong kalau ternyata aku cuma tetanggaan sama Raka. Saat itu aku mendapati Alia masih berdiri di belakang lemari menguping pembicaraanku dengan Ardya. Sampai dia kaget dan menjatuhkan ponselnya, nah itulah kenapa aku bisa tau kalau dia mencari tahu hubungan aku sama tante Fara.” Kata Zara.
“Ya ampun banyak banget yah sayang yang kamu alami di kantor, apa kamu bisa bertahan di kantor seperti itu?" Tanya Ibu Nadine.
" Ya ampun Mama kayak nggak tau Zara aja, tenang aja mama Zara bisa kok. Baru masalah seperti itu kok. Kan kantor itu juga punya pacarnya Zara, jadi aku pasti bisa bertahan. Benerkan Maa? hehehe." Kata Zara.
"Hmm.. iya sih. Tapi kalau kamu nggak sanggup tolong ngomong ke Raka yahh, bilang kalau kamu nggak mau kerja lagi, kamu maunya nikah aja hahaha." Seru Ibu Nadine.
"Ihh Mamaaaa !!!! hahaah.. nggak mau ah, malu tau. Zara juga belum mau menikah mama. Kak Julian dulu tuh yang menikah. Masa adiknya duluan sih. Dimana - mana tuh kebanyakan kakaknya dulu yang menikah baru adiknya. Iya kan Pah?" Tanya Zara lalu melirik mengejek Julian.
"Nggak juga sih, yang mana - mana aja yang jodohnya duluan datang." Jawab Pak Ardani.
"AAHAHAHAH !!!! Sotoy siihhh ... makanya jangan sok tau, jodoh tuh udah di atur sama Tuhan yang mana - mana yang duluan dan mana yang terbaik. Dan kalau Lo mau nikah duluan sih, gue nggak apa - apa. Gue ikhlas hahahaha." Ujar Julian sambil tertawa terbahak - bahak.
"Bener yahh ??? Awas aja kalau sampai gue nikah duluan dan Lo minta yang aneh - aneh karena gue ngelangkahin Lo." Ucap Zara.
"Lahh itumah beda lagi ceritanya, itu harus nurutin kemauan gue sih. hahaha." seru Julian.
"Ih apaan Lo curang banget. Dasar !!!" Seru Zara lalu melemparkan bantalan kursi tepat di depan wajah Julian.
"sudah - sudah.. Perdebatan kalian berdua itu nggak ada habisnya tau nggak. ehmm apa cerita kamu masih ada sambungannya yang tadi Zara?" Tanya Ibu Nadine.
"Masih Maa , masih banyak yang mau aku ceritain sebenarnya, malah tadi juga aku ketemu sama Nabila pas singgah makan sama Raka. Tapi besok aja deh aku lanjut ceritanya, aku mau istirahat dulu." ucap Zara lalu berdiri dari sofa.
"oh .. iyaa sayang kamu istirahat aja dulu. Nihh Julian bantuin bawa barang bawaan adik kamu nih." Kata Ibu Nadine lalu menarik koper Zara.
"Iyaa sini - sini gue bawain ke atas, karena Lo udah beliin oleh - oleh yang banyak makanya gue baik nih sama Lo." Ucap Julian lalu mengambil koper Zara dari tangan Ibu Nadine.
"Dasar emang harus selalu ada bayarannya yah kalau sama Lo. Dasar cowok bayaran !!! hahahha ." Seru Zara sambil tertawa terbahak - bahak.
- Rumah Raka -
Sementara itu di Rumah Raka, Raka kembali tidur di dalam kamarnya, yang berada tepat di samping kamar Rivka. Di malam yang benar - benar sunyi, kenangan tentang Rivka muncul kembali di ingatan Raka, Bukan kenangan Indah, bukan melainkan kenangan di saat hari - hari terakhir Raka bersama Rivka.
Raka berdiri kembali untuk pergi ke dapur dan mengambil segelas air putih untuk di minumnya, Raka menenangkan fikirannya sejenak, dan mencoba untuk tidur kembali. Ntah sejak kapan Raka mulai di hantui dengan mimpi - mimpi yang terus berulang di saat Rivka adiknya meninggal dunia. Malam itu di malam yang sunyi senyap Raka ketiduran di atas ranjang nya dengan posisi yang masih bersandar di sandaran tempat tidurnya. Raka kembali bermimpi di hari terakhir Rivka, mimpi yang Raka alami benar - benar seperti nyata, seakan Raka bisa kembali pada waktu itu.
Raka terbangun dari mimpinya, badannya sudah sangat basah karena keringat. Rasa sesak di dadanya membuatnya sulit bernafas. Raka menangis kembali saat setelah terbangun dari mimpinya.
"AAAAAAHHHHHHHHHHH.. Kenapa ?? Kenapa harus kembali ke kehidupan nyata? kenapa aku tidak hidup saja di dalam mimpiku. aku tidak ingin bangun seperti ini, Tidak ingin bangun tanpa seorang pun di sampingku. Eyaaaanggggg Rivkaaaaaa !!!!!!! Maafkan Raka kalau Raka tidak bisa menemani kalian di sana. Maafkan Raka !!!!!!!" Raka berteriak sambil menangis mengingat semua kejadian meninggalnya Rivka dan juga Eyangnya.
Kalau bisa memilih, Raka lebih memilih untuk tidak bangun lagi dari mimpinya agar bisa seterusnya melihat Rivka dan juga Eyangnya. Raka berfikir kalau di dalam mimpinya Raka bisa mengubah takdir agar Rivka dan Eyangnya tidak pergi meninggalkannya.
Setelah sedikit menenangkan dirinya, Raka kembali tertidur dalam tangisnya yang mengingat Rivka dan Eyangnya Eyang Lili.
====
Ibu Fara yang kebetulan belum tidur saat itu, dan ingin tidur di kamar Rivka mendengar Raka berteriak pada malam itu.
Tok tok tok tok tok tok ( suara ketukan Pintu ) Ibu Fara mengetuk pintu kamar Raka dengan sangat cepat. Ibu Fara sangat khawatir terjadi sesuatu dengan Raka.
“Rakaaa !!! Raka !!! Kamu kenapa Nak?” Teriak Ibu Fara dari balik pintu.
“Haahh.. gue membangunkan orang - orang yah.” Gumam Raka pada dirinya sendiri yang masih berusaha menenangkan dirinya.
“Aku nggak kenapa - kenapa.. tidak usah khawatir !!!” Teriak Raka.
“Hmm.. bilang sama Mama kalau kamu butuh sesuatu Nak.” Kata Ibu Fara.
“Hmmm.” Raka menjawab seadanya.
Ibu Fara lalu pergi ke kamar Rivka karena Raka tidak membukakan pintu kamarnya.
Tidak lama, setelah ibu Fara pergi dari depan pintu kamar Raka. Raka berdiri hendak ingin keluar dari kamarnya. Raka ingin ke dapur untuk mengambil air mineral dengan membawa ponselnya di tangannya.
“Telepon Zara dulu deh. Semoga dia masih belum tidur.” Ucap Raka sambil membuka kulkas besar yang berukuran dua pintu.
“Loh Raka.. kamu belum tidur nak?” Tiba - tiba Pak Gibran datang lalu mengambil juga segelas air.
“Kebangun.” Jawab Raka.
“Ehmm.. Mama kamu di mana?” Tanya Pak Gibran.
“Di atas mungkin. Aku naik dulu yah, mau tidur.” Kata Raka lalu meninggalkan Pak Gibran begitu saja.
“Hmm dia masih belum juga mau berbicara banyak.” Gumam Pak Gibran sambil melihat Raka menaiki satu persatu anak tangga.
Saat Raka sampai di atas, Raka melihat Ibu Fara keluar dari kamar Rivka.
“Mama ngapain keluar dari kamar Rivka?” Tanya Raka.
“Ohh ah? Mama tadi habis tidur di sini nak. Ehmm Mama juga akan membereskan kamar Rivka, membereskan barang - barangnya.” Kata Ibu Fara sambil menutup pintu kamar Rivka.
“Hah? Maksud mama apa?” Tanya Raka.
“Iyaa.. maksud mama, mama mau membersihkan barang - barangnya. Seperti baju - bajunya, dan barang - barang lainnya, mama mau menyumbangkannya saja.” Jawab Ibu Fara.
“Loh memangnya kenapa kalau di dalam kamarnya saja? Toh nggak ada juga kok yang mengisi kamarnya, kenapa harus di bereskan.” Kata Raka dengan nada bicara yang tidak suka.
“Rakaa.. mama dan papa juga sangat mau untuk menyimpan semua barang - barangnya, tapi itu nggak baik nak. Lebih baik kita menyumbangkan nya saja ke orang - orang yang lebih membutuhkan. Kalau terlalu lama di simpan barang - barangnya juga akan rusak sendiri. Ini sudah kurang lebih lima tahun berlalu Raka, kita tidak bisa menyimpannya terus dan membiarkan kamarnya kosong.” Kata Pak Gibran yang datang karena mendengar omongan Ibu Fara dan juga Raka.
“Terus kalau nggak kosong kalian mau isi dengan apa? Mau hidupin Rivka lagi?” Tanya Raka yang kekesalannya sudah memuncak.
“Raka.. tolong jangan memulai perdebatan yang itu - itu terus nak. Tolong kamu mengerti dengan semua keadaan ini, dan tolong kamu fikirkan tentang kamar adikmu, yang memang harus di kosongkan Nak. Mama sama Papa hanya berniar untuk membongkar kamar Rivka, dan memperluas mushollah rumah kita nak. Tolong kamu fikirkan baik - baik.” Jelas Ibu Fara.
Raka tidak membalas ucapan ibu Fara.
“Silahkan kamu ambil barangnya Rivka adik kamu kalau memang harus ada yang kamu simpan nak.” Ucap Pak Gibran lalu merangkul Ibu Fara.
“Mama sama Papa turun yahh.. Mama sama Papa berharap kamu bisa tinggal di sini lagi, bersama - sama Mama dan Papa.” Kata Ibu Fara lalu berjalan turun meninggalkan Raka yang masih berdiri di ruang tengah lantai dua.
Raka lalu mencoba membuka dan masuk ke dalam kamar Rivka. Rasanya sudah lama sekali Raka tidak pernah menginjakkan kakinya di kamar Rivka. Sebelumnya Raka tidak ingin masuk karena tidak ingin mengingat semua kenangannya bersama Rivka di kamar itu.
Raka melihat satu persatu foto - foto yang di gantung oleh Rivka, Rivka benar - benar menyusunnya dengan sangat rapih.
“Rivkaaa.. apa kabar kamu sayang? Kakak kangen sama kamu, kangen sekali. Kamu ngapain di sana? Pasti kamu senang sekali yah di atas sana bisa sama - sama sama eyang. Bilang ke Eyang kalau Raka sangat kangen sama Eyang juga. Ehmm.. sekarang Kakak sudah punya pacar, namanya Zara. Dia perempuan yang cantik, pintar dan perempuan yang sangat gigih. Dia tidak mudah menyerah, kamu pasti bisa liatkan dari atas sana? Kakak bahagia semenjak dia datang kembali di kebidupan kakak, dulu kakak sudah berbuat jahat sama dia. Kakak nggak tau kenapa kakak bisa begitu kasar saat itu sama dia. Kakak sangat menyesal dengan perbuatan kakak. Kakak akan berusaha membuat dia bahagia, kakak mau menebus kesalahan kakak dulu sama dia. Kakak harap kamu merestui hubungan kakak sama Zara yahh.. Zara juga perempuan yang sangat baik, dia membantu kakak untuk bisa keluar dari kehidupan kakak yang begitu gelap, begitu menyendiri. Zara mampu membuat kakak keluar dari zona nyaman kakak, doain kakak bisa sampai selamanya sama Zara. Beri tahu eyang juga yah sayang, tolong beri tahu eyang kalau kakak sudah bahagia. Maafin kakak juga kalau belum bisa memaafkan Mama sama Papa, kakak tau kalau sikap kakak selama ini terhadap Mama dan Papa sangat salah. Setiap hari kakak berusaha untuk memaafkan Mama dan Papa, tapi kalau mengingat malam itu lagi kakak benar - benar tidak sanggup untuk menatap Mama dan Papa. Rasa sakit di hati kakak terasa sangat sakit, kebencian itu mulai muncul lagi saat melihat Papa dan Mama yang datang di malam itu dengan sangat terlambat membuat kakak sangat marah dan kebencian itu mulai muncul. Maafkan kakak kalau kakak masih seperti ini. Eyang maafkan Raka, Raka belum bisa memaafkan mama dan Papa. Tapi Rivka sama Eyang tidak usah khawatir, Aku akan berusaha untuk memaafkan mama dan Papa setiap harinya. Dan Rivka sama Eyang juga tidak perlu khawatir, aku sayang.. aku sayang sama Mama dan Papa. Aku hanya perlu waktu yang lebih lama lagi untuk bisa memaafkan Mama sama Papa. Aku kangen sama kalian.. sangat sangat merindukan kalian.” Raka terus berbicara sambil menatap foto Rivka dan juga Eyang Lili. Air matanya tidak terbendung lagi, tangisannya pecah saat menatap kembali fotonya bertiga bersama Rivka dan Eyang Lili.
====