Chapter 84

2200 Kata
Ibu Fara yang berada di depan kamar Rivka bersama Pak Gibran mendengar semua apa yang di katakan Raka. Ibu Fara tak kuasa membendung air matanya saat mendengar semua isi hati dari Raka. Ibu Fara ingin masuk dan memeluk Raka, tapi Pak Gibran menyarankan untuk tidak masuk mengganggu Raka. “Jangan Maa..” kata Pak Gibran menghalangi Ibu Fara dan melarang ibu Fara masuk ke dalam kamar Rivka. “Tapi Paah.” Kata Ibu Fara yang sudah menangis sesegukan tak kuasa menahan air matanya. “Jangan Maa.. biarkan Raka sendiri dulu, biarkan dia mengeluarkan semua curahan hatinya, pasti banyak kenangan yang ia temukan di dalam kamar Rivka. Kita tidak usah mengganggunya Maa.. yang terpenting kita tau apa yang dia alami selama ini, tidak usah kita masuk dan mengganggu ketenangannya, yang ada dia akan marah lagi.” Kata Pak Gibran. “Mama ingin sekali memeluk Raka Pahh..” kata Ibu Fara dengan suaranya yang begitu pelan karena takut kedengaran oleh Raka. Tangisan Ibu Fara semakin menjadi ketika mendengar Raka mengatakan bahwa Raka menyayangi kedua orang tuanya. “Mama.. Papa tau apa yang mama rasakan. Papa juga sangat ingin memeluk Raka, tapi kita tidak boleh membiarkan dia marah lagi Maa.. kita tidak boleh merusak moodnya. Papa khawatir kalau kita masuk dia akan pergi dari kamar Rivka, dan tidak ingin berbicara dengan kita.” Kata Pak Gibran sambil memeluk Ibu Fara. “Nggak Paa.. nggak.. Mama mau memeluk Raka, Raka pasti butuh Mama saat ini Pahh.” Ujar Ibu Fara. Ibu Fara melepaskan pelukan Pak Gibran dan langsung membuka pintu kamar Rivka, lalu berlari memeluk Raka yang sedang menangis. “Rakaaa.. Rakaaa.. maafkan mamaa.. maafkan Mama nak. Kalau kamu tidak bisa memaafkan ama sekarang, nggak apa - apa. Mama tunggu sampai kamu memaafkan Mama.. mama akan bersikap baik sampai kamu memaafkan mama.. mama sangat sayang sama kamu, sama Rivka.. mama menyayangi kalian berdua.. maafkan mama yang tidak punya waktu untuk kalian.. maaf nak.” Tangisan ibu Fara pecah saat memeluk Raka. Raka juga tidak bisa menahan air matanyabyang terus - terusan mengalir , di tambah lagi saat Ibu Fara memeluknya. Rasa benci yang di rasakan Raka malam itu lenyap, perasaannya begitu hancur mengingat semua yang terjadi. Tapi saat Ibu Fara memeluknya, Raka kembali bisa merasakan kehangatan yang benar - benar tulus dari Ibunya. Rasa bersalah kemudian muncul di benak Raka. “Maafkan Raka Maa.. maaf karena Raka membuat mama seperti ini. Maafkan Raka selama ini tidak memikirkan perasaan mama.. tidak memikirkan perasaan Papa yang juga kehilangan satu - satunya putri kalian, maaf kan Raka Mamaa.. Maafkan Raka Paaa.” Ucap Raka yang menangis di pelukan Ibu Fara. Pak Gibran juga datang untuk memeluk Raka. “Tidak apa - apa Nakk.. Papa sudah sangat senang kamu bisa memaafkan mama dan Papa. Papa sama Mama sangat sayang sama kamu Raka.” Ucap Pak Gibran. “Mama juga senang karena kamu bisa memeluk mama lagi Nak. Terima kasih karena kamu sudah memberi kesempatan lagi untuk Mama dan Papa.” Kata Ibu Fata lalu melepaskan pelukannya dari Raka dan menyeka air mata Raka. Setelah Ibu Fara dan Pak Gibran keluar, Raka menenangkan dirinya. Raka membaringkan dirinya di tempat tidur Rivka yang baru saja sepreinya habis di ganti oleh Ibu Fara. Dddrrrtttt dddrrrttt drrrrttttt (suara ponsel Raka) Di layar ponsel Raka bertuliskan Nama Zara panggilan masuk. Raka menyeka air matanya yang masih membasahi pipinya. “Halo.” Dengan suara yang pelan Raka menjawab telefon dari Zara. Zara meminta panggilan video call dengan Raka. Raka langsung memperbaiki posisinya, agat tidak terlihat habis menangis. “Kamu belum tidur?” Tanya Zara yang berada di dalam selimutnya di atas tempat tidurnya. “Hmm Belum.. kenapa kamu nelfon jam segini? Ini udah jam sepuluh malam loh, nanti jam tidur jamu lewat lagi.” Kata Raka. “Kamu kenapa? Kamu habis nangis yah?” Tanya Zara. “Ahh nggak.” Jawab Raka lalu mengalihkan pandangannya. “Beneran? Kok mata kamu sembab gitu?” Tanya Zara lagi. “Nggak.. aku cuma teringat sama Rivka dan eyang aja.” Kata Raka. “Hmmm.. oh tunggu.. kok banyak boneka? Itu kamarnya Rivka yah?” Tanya Zara. “Iyaa.. ini aku di kamar Rivka.. eh aku nanya kamu loh tadi. Kenapa kamu belum tidur?” Tanya Raka. “Oh iya yahh.. nggak kenapa - kenapa, aku cuma mau telepon kamu aja. Telepon pacar aku, masa nggak boleh.” Jawab Raka. “Yahh bolehh.. tapi kan nanti jam tidur kamu lewat dan kamu nggak tidur lagi.” Kata Raka. “Nggak.. bisa kok.. aku di kamar ku kok, kalau di kamar aku, mau jam berapa pun aku akan tetap bisa tidur.” Jawab Zara. “Hmm.. awas aja kalau kamu begadang seperti kemarin - kemarin.” Kata Raka. “Nggak kok.. ehmm Raka kamu habis nangis kan? Mata kamu sembab sekali? Kamu nggak apa - apa?” Tanya Zara. “Nggak apa - apa kok sayangg.. aku udah liat kamu jadi nggak kenapa - kenapa. Tadi kebetulan banget aku mau nelvon kamu. Mau nanyain, besok gimana? Mau di barengan ke kantornya atau gimana?” Tanya Raka. “Hmm.. itu juga yang mau aku tanyain ke kamu. Menurut kamu gimana?” Tanya balik Zara. “Loh kok, malah nanya balik.. kalau aku sih maunya barengan aja. Kamu tuh yang terlau banyak memikirkan pandangan orang - orang kantor.” Jawab Raka. “Hmmm.. iyaa - iyaa.. tadi ku ceritain semuanya ke mama, kak Julian, dan juga Papa tentang kamu, mereka senang kamu bisa jadi pacar aku, dan mereka juga berterima kasih karena sudah membelikan banyak oleh - oleh.” Kata Zara. “Iyaa kembali kasih. Terus apa pendapat keluarga kamu tentang hubungan kita?” Tanya Raka. “Yahh mereka setuju - setuju aja sih,. Mereka juga merestui hubungan kita kok. Cuman yang mereka nanyain juga ke aku, kenapa aku nggak mau ngepublish hubungan kita di kantor, sampai kak Julian ngomong kalau kamu nggak mau akuin aku. Hahah.” Kata Zara sambil tertawa. “Lahh terus kamu bilang apa? Bukan aku kan yang mau?” Tanya Raka. “Aku bilang kamu yang mau, kamu yang nggak mau akuin aku.” Kata Zara menakut - nakuti Raka. “Ih kok gitu ?? Kan kamu yang nggak mau? Masa aku sih? Nanti keluarga kamu bilang apa? Jangan gitu dong. Hubungan kita nanti nggak di restuIn, jangan gitu dong Zaraa.” Ujar Raka. “Hahahah iyaa aku bercanda kok. Aku bilang aku yang nggak mau, dan aku ngejelasin alasan aku kenapa aku nggak mau ngasih tau ke orang - orang di kantor.” Jawab Zara. “Terus mereka bilang tentang alasan kamu itu?” Tanya Raka lalu berjalan keluar dari kamar Rivka. Raka kembali masuk ke kamarnya. ==== Raka menutup pintu kamarnya, lalu masuk ke kamar mandinya untuk membasuh wajahnya. Ponselnya ia letakkan disamping wastafel agar Zara bisa melihatnya membasuh wajahnya. “Tunggu - tunggu.. alasan aku sekarang nggak penting Raka.. itu kamu kenapa? Kamu habis nangis kan? Mata kamu sembab sekali.. ada apa Raka? Apa kamu nggak ingin cerita sama aku?” Tanya Zara. “Ehmm.. ntar yahh Zara.. aku bersihkan wajahku dulu.” Jawab Raka sambil membilas wajahnya. Setelah mengeringkan wajahnya, Raka mengambil ponselnya kembali, lalu berjalan ke tempat tidurnya dan membaringkan badannya di tempat tidurnya. “Ah sudah lama sekali..” seru Raka lalu melihat sekeliling kamarnya. “Kamu baru tidur di kamar kamu lagi yah?” Tanya Zara. “Iyaa.. hmmm.” Jawab Raka. “Sepertinya aku tau kamu kenapa.” Kata Zara . “Kok tau? Sandro yah?” Kata Raka lalu memberikan senyuman tipis di wajahnya. “Ihh Rakaaa.. orang lagi serius juga.” Kata Zara. “Haha.. aku nggak apa - apa Zara.. aku cuman kangen sama Rivka dan juga Eyang.. pulang ke rumah rasanya seperti dejavu, aku di tinggalkan sama kedua orang yang paling aku sayang. Tadi aku di kamarnya Rivka, karena kata mama, mama mau ingin membereskan barang - barangnya Rivka. Dan tadinya aku nggak setuju, aku nggak mau kalau barang - barangnya Rivka di berikan ke orang lain.” Kata Raka. “Hmm.. maaf yah Raka.. berarti setelah meninggalnya Rivka kamarnya masih seperti dulu saat dia masih hidup?” Tanya Zara. “Iyaa.. aku minta bibi untuk setiap hari membersihkannya, mengganti seprei tempat tidurnya, membersihkan lemari - lemarinya. Pokoknya semuanya harus selalu di bersihkan meskipun Rivka udah nggak ada.” Jawab Raka. “Hah? Sampai sekarang?” Tanya Zara. “Iyaa sampai sekarang.” Jawab Raka. “Tapi kan udah nggak ada yang tempatin Raka.” Kta Zara lagi. “Biasanya aku nyuruh bibi kok untuk selalu tidur di kamarnya Rivka, tapi nggak tau deh dia tidur di sana apa nggak.” Kata Raka. “Hmm.. menurut aku sih mama kamu udah bener kalau untuk membereskan barang - barangnya Rivka. Bisa di kasih ke orang yang lebih membutuhkan kan. Pasti banyak orsng di luar sana yang senang kalau dapat barang - barangnya Rivka dan Maaf lagi Raka.. itukan sudah lima tahun berlalu, sudah seharusnya kamarnya emang di bersihkan dari barang - barangnya Rivka.” Ucap Zara. “Iya Zara.. aku udah setuju kok sama mama dan Papa.. aku serahkan sama Mama dan Papa, dan mungkin besok aku nggak ke kantor dulu Zara, tolong kamu handle dulu pekerjaanku di kantor yah.” Kata Raka sambil berjalan ke meja kerjanya untuk mengambil laptopnya. “Ohh memangnya kenapa Raka?” Tanya Zara. “Aku ingin berada di rumah bersama mama dan Papa aku.” Jawab Raka. “Hah? Maksudnya? Raka ini beneran?” Tanya Zara lalu bangun dari tidurnya dan dengn seksama melihat Raka dari balik layar kamera ponselnya. “Ehem.” “Hah? Ya Ampun Alhamdulillah ya Allah.. Raka ya ampun aku ikut bahagia yah. Oh my god aku seneng banget dengernya.” seru Zara sambil memberikan senyuman yang sangat lebar di wajahnya untuk Raka. “Doain yaahh.. supaya aku bisa terbiasa lagi, dan kebencian di dalam diriku perlahan akan hilang.” Kata Raka. “Pasti Raka.. Pastii.. Aku akan selalu mendoakan yang terbaik untuk kamu dan keluarga kamu. Ya Ampun aku senang banget.” Kata Zara. “Jadi… tolong handle kantor dulu yah besok.” Kata Raka sambil tersenyum. “Siap - siap pak Bosss. Tenang aja, ada Zara yg pinter kok. Hehe.” Kata Zara. “Ehh berarti aku nggak liat kamu dong seharian besok. Huhu.” Sambung Zara. “Memanganya kenapa? Ada perlu?” Tanya Raka. “Ihh bukan.. nanti aku kangen gimana dong.” Kata Zara menahan tawanya. Raka tersenyum mendengar ucapan Zara. “Hahaha.. ada - ada aja sih. Ehmmm.. jadi gini yahh rasanya pacaran. Berbunga - bunga hahah.” Kata Raka sambil tertawa terbahak - bahak. Zara sangat senang melihat Raka yang sudah mulai kembali menjadi lebih baik. Raka sudah mulai menunjukkan ekspresinya ketika senang dan juga sedih. Selama ini Raka benar - benar tertutup bahkan tidak ingin tersenyum sedikit pun ke orang lain. “Ya Allah.. terima kasih sudah mengembalikan Raka seperti ini. Meskipun sebelumnya aku belum bertemu Raka dengan keadaan yang lebih baik, tapi aku yakin Raka memang orang yang baik dan sangat ceria.” Gumam Zara dalam batinnya sambil memperhatikan Raka yang sedang tertawa. “Zara..” tiba - tiba Raka memanggil Zara. “Iyaa?” “Aku sayang sama kamu.” Kata Raka pelan. “Hah?” Tanya Zara karena tidak mendengar apa yang di katakan Raka. “Hmm.. nggak.. nggak apa - apa.. nggak jadi kok.” Kata Raka. Raka malu - malu kalau harus mengulang apa yang dia katakan. “Ihh apaan?” Tanya Zara lagi. “Ehmm.. dengerin yahh.. aku sayang sama kamu Zara..” Raka mengulang kembali ucapannya. “Apa - apa? Aku nggak denger.” Zara berpura - pura tidak mendengar apa yang di katakan Raka. “Ah.. nggak deh.. nggak jadi.” Ucap Raka. “Hahahahah.. kok ngambek. Iyaa aku dneger kok. Aku denger kalau Raka bilang Raka sayang sama Zara. Zara juga katanya sayang sama Raka.” Kata Zara sambil tersenyum. “Bener?” Tanya Raka. “Bener. Bener kalau Zara sayang sama Raka jauh lebih sayang dari Raka sayang sama Zara.” Kata Zara. “Ihh kok gitu.. nggak.. Raka katanya jauh lebih sayang sama Zara. Pokoknya Raka sayang banget sama Zara.” Kata Raka. “Masa sih? Emangnya apa yang membuat Raka bisa sampai sesayang itu sama Zara? Raka kan baru kenal baik sama Zara, kok bisa sesayang itu sama Zara?” Tanya Zara. “Karena rasa sayang itu nggak butuh alasan. Aku sayang sama Zara tanpa alasan. Dan aku mau hidup sama Zara lebih lama lagi.” Kata Raka. “Aaaahhhhh.. udah ahhh.. kalau kamu seperti itu, kamu membuat jantungku copot tau nggak. Kamu ngomong sayang aja sama aku, jantungnya udah hampir copot. Hahhah.” Kata Zara lalu membaringkan dirinya kembali ke tempat tidurnya. “Kamu yang mulai duluan sih. Aku kan kalau di pancing jadi terpancing juga.” Kata Raka lalu membuka laptopnya. “Hmm by the way Aku kirimin kamu file pekerjaan yang sama Pak Handoko yah, besok kamu cek lagi. Dan minta tolong juga kasih tau ke Andika, untuk memeriksa email dari Cindy, katanya dia ada ngirimin Andika email.” Kata Raka. Raka melihat Zara yang sudah setengah mengantuk, tidak tega untuk berbicara lebih panjang lagi. Raka perlahan tidak berbicara agar Zara tertidur. Tapi tidak lama kemudian ada yang mengetok pintu kamar Zara. ====
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN