Chapter 81

3180 Kata
“Mba Nabila !!!—“ seru Zara.  “Sssttt ssttt ssstt.. saya tau apa yang Mba Zara mau bilang, tenang aja saya nggak akan membuat keributan kok, saya hanya ingin makan dan bercengkrama dengan kalian. Maaf soal yang tadi.. saya benar - benar minta maaf pak Raka.” Kata Nabila.  Nabila tidak kehabisan akal untuk mendapatkan kesempatan untuk duduk di samping Raka seperti itu. “Hmm.. tapi maaf Mba Nabila, saya cuma mau bilang kalau saya dan Pak Raka sudah mau pulang. Permisi yah. Ayo Pak Raka.” Kata Zara lalu berdiri dari kursinya dan mengambil tasnya.  “Ohh yahh? Wah kebetulan sekali, saya juga udah mau pulang. Ehmm.. Pak Raka kan searah yah sama rumah saya, boleh yah Pak kalau saya nebeng sama bapak, soalnya saya nggak bawa mobil, tadi saya ke ke sini naik taksi. Dan untuk menghemat biaya bisa nebeng aja kan pak di mobil Pak Raka?” Tanya Nabila yang juga cepat - cepat berdiri dari tempat duduk nya. “Ah? Oh iyaa.” Raka menatap Zara karena tidak tau harus mengatakan apa lagi sama Nabila. Karena memang jarak rumah Raka memang searah dari rumah Nabila. Lebih tepatnya rumah orang tua Raka yang bersampingan dengan rumah Zara.  Zara hanya bisa menghela nafasnya, karena Zara juga tidak bisa memberi alasan yang tepat untuk menolak permintaan Nabila.  “Aahhh makasih banyak Pak Rakaaa.” Seru Nabila. “Huuffttt.. kenapa sih hari ini pakai ketemu cewek ini, bingung banget sama tingkahnya.” Gumam Zara.  Raka berjalan menuju meja kasir untuk membayar makanan dan minumannya bersama Zara. Nabila juga ikut di belakang Raka untuk membayar semua pesanannya.  “Pak Raka sudah bayar?” Tanya Nabila basa basi.  “Iyaa.” Raka langsung meninggalkan Nabila di meja kasir lalu berjalan keluar karena Zara sudah menunggu di luar.  “Udah?” Tanya Zara ke Raka yang sedang berjalan ke arahnya.  “Iyaa udahh.. kamu tunggu di sini aja yahh.. aku ambil mobil dulu.” Kata Raka.  “Ohh iyaa.. Nabila jadi ikut?” Tanya Zara.  Raka tidak mendengar pertanyaan Zara lagi, karena sudah jalan ke parkiran untuk mengambil mobilnya. Nabila masih berada di dalam restoran untuk menyelesaikan pembayarannya.  “Hmm..” Zara menghela nafasnya. Dan saat Raka tiba di depan restoran, Zara hendak masuk ke dalam mobil di pintu depan tepat di samping Raka, Nabila langsung membuka pintu mobil dan segera masuk ke dalam mobil dan duduk di samping Raka.  “Ehmm.. yuk Zara naik, kita pulang.” Kata Nabila sambil tersenyum. Nabila merampas tempat duduk Zara dengan sangat santainya.  “Ah? Iyaa..” jawab Zara. “Ohh Tuhaannn tolong kuatkan dan sabarkan hatiku dalam menghadapai perempuan ini.” Gumam Zara.  Zara pun naik di kursi penumpang yang di belakang. Betapa kesal dan marahnya Zara melihat tingkah laku Nabila. Benar - benar tidak sopan. Zara sangat ingin marah ke Nabila saat itu, tapi Zara mengingat lagi kalau dia tidak ingin membuat ketibutan yang sampai membuat dirinya dan Nabila tidak berhubungan baik saat di kantor.  Raka juga tidak tau harus berbuat apa karena Raka hanya mengikuti keinginan Zara yang tidak ingin di ketahui kalau dirinya dan Zara sedang berpacaran.  “Wah sepertinya oleh - oleh yang Pak Raka beli banyak sekali yah.” Seru Nabila sambil menoleh kebelakang, di tempat duduk Zara.  “Ehmm.. iya.” Raka hanya menjawab seadanya.  “Apa - apa tuh Pak Raka? Kok banyak sekali? Ada buat saya nggak pak? Ada dong pasti. Iya kan Pak?” Tanya Nabila dengan penuh percaya diri.  “Hah? Kamu siapa sampai harus saya bawakan oleh - oleh?” Tanya Raka kembali Nabila tanpa harus berbasa - basi.  “Puuuffttttf .” Zara tertawa kecil. “Uhuukk uhuukk uhuuukk. Aduh Pak Raka saya minta air mineralnya yah.. tenggorokan saya gatal nih.” Kata Zara menutupi tertawanya.  “Ohh iya Zara.. silahkan, kamu mau minum yang mana saja juga boleh.” Kata Raka yang juga senyum -  senyum melihat Zara. Raka tau kalau Zara sedang menertawan Nabila.  “Sialan.. perempuan itu ngetawain gue? Banyam tingkah juga nih perempuan. Dasar.” Gumam Nabila dalam batinnya.  “Ehmm.. Pak Raka meetingnya gimana di sana? Lancar?” tanya Nabila mengalihkan pembicaraan.  “Maaf Nabila.. bisa kamu jangan mengajak saya bercerita? Saya tidak bisa fokus untuk menyetir.” Kata Raka.  Raka sangat tidak ingin meladeni pertanyaan - pertanyaan yang di lontarkan oleh Nabila. Raka tidak ingin terlalu banyak basa - basi dengan Nabila.  “Ohh iya maaf Pak Raka.” Kata Nabila.  Saat itu Nabila terdiam untuk beberapa menit saja, tapi tidak lama kemudian Nabila berbicara lagi. Tapi tidak dengan Raka, dengan Zara.  “Ehmm.. Mba Zara.. mba Zara katanya tetanggaan yah sama Pak Raka?” Tanya Nabila.  “Ohh iya.. rumah saya dan rumah Pak Raka sangat dekat, samping - sampingan.” Kata Zara menyombongkan hal tersebut ke Nabila.  “Ohh yahh? Berarti Mba Nabila sudah kenal dekat dong sama Pak Raka?” Tanya Nabila lagi.  “Kenapa memangnya? Kenapa kamu tanya - tanya terus tentang saya? Saya tidak suka yah kehidupan saya terus - terusan kamu cari tau.” Kata Raka yang sudah mulai naik darah.  “Ehh.. nggak kok Pak Raka.. saya nggak bermaksud seperti itu. Saya hanya tidak menyangka saja sama Mba Zara karena rumahnya bisa tetanggaan sama bosnya sendiri, enak sekali. Jadi kalau ada kerjaan yang mendadak nggak perlu jauh - jauh pergi lagi. Karena rumah bosnya sendiri ada di samping rumahnya. Saya nggak bermaksud mengusik kehidupan Pak Raka kok. Jangan salah sangka yah Pak. Saya tidak seperti Mba Alia yang katanya mencari tau tentang kehidupan pribadi bapak.” Jelas Nabila. Nabila mengkambing hitamkan Alia untuk membela dirinya yang memang sebelumnya ingin mencari tahu tentang Raka lewat Zara.  “Apa Mba Nabila dan Mba Alia dekat?” Tanya Zara.  “Ohh? Saya? Sama Mba Alia? Ehmm nggak juga kok Mba  Zara.” Jawab Nabila.  “Memangnya kenapa Mba Zara?” Sambung Nabila.  “Nggak.. saya hanya bertanya.” Kata Zara.  “Ohh ehmm oh iyaa kata nya mamanya Pak Raka sempat datang di kantor yah Pak? Dan katanya Mamanya Pak Raka juga ada yah Pak waktu Mba Alia nanya - nanya soal Pak Raka di Mba Nabila?” Tanya Nabila lagi.  Nabila tidak berhenti berbicara sampai membuat Raka sangat geram. Saat Raka melihat tempat persinggahan di jalan, Raka meminggirkan mobilnya dan berhenti di jalan tersebut.  “Silahkan turun Nabila.” Kata Raka masih dengan nada yang pelan.  “Loh kenapa pak? Rumah saya kan masih jauh, belum sampai pak.” Kata Nabila.  “Saya bilang turun.” Ucap Raka lagi yang masih dengan suara yang pelan.  “Ohh kita mau jalan - jalan di sini dulu yah Pak Raka? Ayo Mba Zara kita turun buat jalan - jalan.” Kata Nabila. Nabila masih berpura - pura tidak mengerti bahwa dirinya di usir oleh Raka. Nabila masih berusaha bersikap seolah tidak terjadi apa - apa.  Raka kemudian membuka pintu mobil di bagian Nabila.  “SAYA BILANG KAMU TURUN !!! TURUN SEKARANG JUGA, KELUAR DARI MOBIL SAYA !!!” Teriak Raka. Orang - orang yang sedang berjalan kaki di trotoar sampai berbalik ke arah mobil Raka karena mendengar Raka berteriak.  “Zara kamu maju ke depan sini.” Kata Raka berbalik ke Zara yang duduk di belakang.  Nabila terpaksa turun karena Raka sudah meneriakkinya, Nabila tidak ingin dirinya bertambah malu karena di jalan tersebut cukup ramai. Zara juga keluar dari mobil Raka dan majubke kursi penumpang di depan di samping Raka.  “Hati - hati yah Mba Nabila.. saran saya Mba Nabila harus belajar bahasa Indonesia lebih baik lagi deh, biar Mba Nabila bisa lebih mengerti apa yang katakan orang lain. Kalau di bilang jangan banyak ngomomg yah jangan banyak ngomong, jangan berisik, biar nggak di turunin di tengah jalan.” Bisik Zara tepat di depan Nabila. “Byee Mba Nabilaaa.” Ucap Zara lagi sebelum meninggal Nabila.  Nabila sampai membeku mendengar ucapan Zara yang sangat membuatnya marah. “Ahhh brengseeekkkk !!!!!!” Teriak Nabila. Lagi - lagi orang di sekitar Nabila memperhatikan Nabila. Tidak lama kemudian ada mobil yang datang dan berhenti di depan Nabila. Mobil tersebut adalah mobil saudara sepupu Nabila yang ternyata dari yadi mengikuti Nabila bersama Raka. Sepupu Nabila juga tadi berada di dalam restoran, Nabila hanya berpura - pura datang sendirian karena Nabila sangat ingin dekat dengan Raka. Nabila kemudian masuk ke dalam mobil saudara sepupunya tersebut.  Sementara itu Raka dan Zara melanjutkan perjalanan mereka untuk pulang.  “Rakaa.. kok kamu seperti itu sih tadi? Aku sampai kaget juga loh mendengar kamu marah - marah seperti tadi.” Kata Zara sambil memegang lengan Raka yang sedang menyetir.  “Maaf yahh kalau kamu sampai kaget. Aku benar - banar kesal sama orang itu, kenapa dia kayak orang bego sih, dari tadi mengatakan hal - hal yang tidam perlu, aku sampai pusing mendengar ucapannya, huufffttt kita baru pulang juga, masih capek - capeknya malah ketemu orang seperti itu. Kalau nggak ada kamu dari tadi, dia nggak akan sampai bisa ikut dan duduk di sebelah aku tadi.” Kata Raka. Raut wajahnya sangat kesal.  “Maaf yahh.. aku juga sangat kesal kenapa bisa sampai bertemu Mba Nabila, tadi aku bersikap seperti itu karena aku sangat takut kalau kita ketahuan pacaran.” Kata Zara yang masih mengelus lengan Raka agar rasa kekesalannya berkurang.  “Kenapa sampai harus seperti itu sih Zaraa.. kamu liatkan tadi bagaimana ribetnya kita mengurusi orang yang seperti Nabila. Kalau dia tau kita pacaran pasti dia nggak akan bertindak seperti orang bodoh tadi.” Kata Raka yang masih fokus menyetir.  “Hmm.. anak - anak yang lain juga nyaranin seperti itu, nyaranin untuk memberitahu orang di kantor aja, mereka juga nanya,  kenapa aku nggak mau kasih tau ke orang kantor kalau kita pacaran, memangnya  nggak apa - apa kalau bos dan sekertarisnya pacaran? Aku nggak mau ada rumor yang aneh - aneh di kantor Raka.” Tanya Zara.  “Ya ampun.. Zaraa mereka semua benar loh untuk nyaranin kamu kasih tau orang - orang di kantor kalau kita pacaran. Kenapa kamu sampai takut seperti itu? Memangnya ada yang salah kalau bos dan sekertarisnya pacaran? Yang salah itu kalau si bosnya sudah punya istri atau si sekertarisnya sudah punya suami, tapi mereka malah pacaran. Nah itu yang sangat salah, salah besar malah.” Kata Raka. “Hmm iya juga sih.. tapi gimana yah Rakaa.. apa boleh kita kasih tau ke orang - orang di kantor?” Tanya Zara lagi.  “Kalau dari aku boleh Zara, boleh banget. Aku nggak ada rasa keberatan sama sekali kok.” Jawab Raka.  “Hmm gimana yahh.. aku fikir - fikir dulu aja kalau kayak gitu. Aku cuma takut suasana kantor malah bertambah rusuh karena mereka tau kalau kita pacaran. Dan tambah banyak yang mencari masalah sama aku karena aku pacaran sama kamu.” Kata Zara.  “Kok tambah rusuh sih? Bukannya kalau mereka tau kalau kita pacaran mereka nggak akan mengganggu aku lagi? Nggak akan gangguin kamu lagi untuk mengorek informasi tentang aku.” Kata Raka.  “Huufttt bingung banget aku Raka.” Kata Zara sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.  “Eiisshhh ckckck.. kok malah jadi kamu yang banyak fikiran. Kamu sendiri tadi yang bilang kalau janngan terlalu memaksakan hal yang nggak perlu. Kita baru dua hari pacaran Loh Zara.” Kata Raka lalu memgambil tangan Zara dan menggenggamnya. “Aku takut tau.. soalnya kan aku pacaran sama orang yang ngga biasa, tapi orang yang luar biasa. Kamu orang yang begitu banyak di kagumi banyak wanita. Yahh meskipun aku juga banyak di kagumi banyak pria sih. Hahah.” Kata Zara sambil tertawa.  “Nah gitu dong ketawa.. jangan stress untuk sesuatu yang nggak perlu di fikirin.” Kata Raka.  “Iya iyaa.. tenang aja.. aku bukan tipe orang yang seperti itu kok. Ohh, iya .. by the way ini kan kita udah hampir mau sampai yah, kamu langsung pulang ke apartemen kamu atau masuk dulu ke rumah kamu?” Tanya Zara.  “Maunya kamu gimana?” Tanya Raka.  “Loh kok maunya aku sih? Kan kamu yang mau pulang.” Jawab Zara.  “Yahh aku mau ngikutin kamu untuk hari ini, biar hari ini makin jadi spesial lagi buat kamu yang sudah menjadi pacarku.” Kata Raka yang masih menggenggam tangan Zara.  “Hahah apaan sih.. aku baru tau deh ternyata kamu orang yang sangat gombal yah. Ternyata Raka yang bersifat sangat arogan dan sangat dingin terhadap orang - orang di sekitarnya adalah raja gombal.” Ucap Zara menyenderkan kursinya dan berbalik menatap Raka.  “Astaghfirullah.. aku nggak gombal sama sekali loh.. aku ini berbicara apa adanya dari kemarin, aku nggak ada niatan untuk gombalin kamu, serius deh.” Kata Raka.  “Iya deh iyaa.. percaya aku percayaa. Ya udah kalau kayak gitu, kamu masuk dulu ke rumah kamu, ketemu sama mama dan papa kamu. Istirahat aja di rumah kamu, kamu kan capek. Apartemen kamu masih jauh juga.” Kata Zara.  “Okeyy kalau itu maunya pacarku akan ku turuti.” Ucap Raka sambil mengelus rambut Zara.  “Senangnya punya pacar ganteng kayak gini. Nggak bosan deh di liatnya.” Kata Zara. Zara terus memandangi Raka yang sedang mengendarai mobil.  Setelah satu setengah jam di perjalan. Zara dan Raka akhirnya sampai di rumah masing - masing.  Raka membukakan pintu mobil untuk Zara, dan membantu Zara membawa barang - barangnya masuk ke dalam rumah Zara.  - RUMAH ZARA -  Pembantu rumah tangga Zara membukakan pintu pagar untuk Zara.  “Assalamualaikum. Mamaaaaa.” Teriak Zara dari luar.  “Eh walaikumsalam.. udah sampai sayang.” Balas Ibu Nadine.  “Assalamualaikum tante.” Kata Raka.  “Oh eh Raka? Eh iyaa walaikumsalam..” balas Ibu Nadine keheranan memandang Zara dan bertanya kenapa Raka ada di rumahnya. Ibu Nadine bertanya dengan suara yang begitu pelan, tapi Raka bisa mendengarnya.  “Aku anterin Zara tante.. dan kenalin aku sekali lagi tante.. aku Raka, pacarnya Zara tante. Mohon tante untuk merestuinya.” Kata Raka sambil menjulurkan tangannya ke Ibu Nabie.  “Hah? Kalian pacaran? Beneran?” Tanya Ibu Nadine. Ibu nadine sangat kaget saat di beritahu kalau Raka dan Zara sudah berpacaran.  “Mama kalem dong… iyaa Zara sama Raka Pacaran maa.” Jawab Zara.  “Ohh hah? Iyaa - iyaa.. sini duduk sini Raka.. tante buatkan minuman dulu yah, kalian pasti capek banget kan.” Kata Ibu Nadine.  “Ehh tante nggak usah, saya mau pulang dulu. Sepertinya mama juga sudah menunggu saya pulang. Tuhh.. dia udah nunggu di depan pintu.” Kata Raka sambil menunjuk Ibu Fara yang sedang berdiri di depan pintu rumahnya melihat ke rumah Zara.  “Ehh jenggg. Pinjam anaknya dulu !!!!” teriak Ibu Nadine dari rumahnya sambil melambaikan tangan.  “Hahah.. iyaa silahkan - silahkan.” Teriak Ibu Fara.  “Baiklah tante, kalau begtu saya permisi yah, tolong beri restu di hubungan kami tante.” Kata Raka lagi.  “Ya Ampun.. iya - iyaa.. tante merestui hubungan kalian kok.. yang penting pacarannya, pacaran yang sehat yah. Kalian juga kan udah dewasa, sudah tau mana yang baik dan mana yang nggak baik. Tante sangat merestui kalian, dan tante sangat senang karena cintanya Zara tidak bertepuk sebelah tangan.” Kata Ibu Nadine sambil tertawa meledek Zara.  “Mamaaaa.. ssstttt jangan di kasih tau, nanti dia  besar kepala mama.” Kata Zara menyenderkan kepalanya di bahu ibu Nadine. “Hehe makasih yah tante. Saya permisi dulu.” Kata Raka kembali menjulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Ibu Nadine.  “Ohh iya Nak.. terima kasih banyaknya yah sudah mengantar Zara pulang dengan selamat.” Kata Ibu Nadine berjalan keluar mengantar Raka.  “Makasih yahh Raka. Jangan lupa istirahat.” Kata Zara.  “Iyaa nanti aku kabarin kamu yah.” Kata Raka lalu masuk kembali ke dalam mobilnya lalu memundurkan sedikit mobilnya untuk masuk ke dalam rumahnya.  Zara dan Ibu Nadine pun kembali masuk ke dalam rumahnya.  “Zaraaaaa !!!” Teriak Ibu Nadine.  “Hahaha.. apa sih Mamaa !!! Nggak usah teriak gitu, nggak usah lebay.” Seru Zara sambil tertawa.  “Cerita.. Cerita sama mama sekarang.. kok bisa kalian sampai pacaran hah? Apa yang terjadi di bali? Kok tiba - tiba? Ya Ampun akhirnya selamat yah sayang.” Tanya Ibu Nadine.  “Hahah panjang banget Mahh ceritanya, dan kejadiannya lucu banget. Mama pasti ketawa deh kalau dengar cerita aku.” Kata Zara.  “Aduh makanya cepetan ceritain ke Mama.” Seru Ibu Nadine lalu mengajak Zara untuk duduk di sofa.  Zara menceritakan semua yang terjadi di Bali dengan sangat detail, tanpa ada satupun yang ia lupakan.  “Hah? Masa Zara sampai segitunya? Hahaha Raka Raka ternyata dia sukua sama kamu rupanya. Tampangnya aja seakan - akan nggak suka sama kamu, tapi ternyata dia mabuk dan sampai mengigau tentang kamu. Hahah lucu sekali anak itu.” Kata Ibu Nadine.  “Iya kan Maa.. aku juga nggak nyangka kalau dia akan suka sama aku, aku sampai hampir ketahuan sama Cindy dan juga Bianca kalau kita hanya berpura - pura pacaran.” Kata Zara.  “Tapi nggak jadikan?” Tanya Nadine.  ‘’Gak kok Maa.. aku kan pintar, aku bisa membuat alasan yang masuk untuk membut cindy dan Binca jadi percaya kembali.” Kata Zara.  “Iyaa hahah. Kamu emang pintaar. Terus - terus Taka nembaknya kapan zara? Tanya Ibu Nadine.  “Pas waktu kemarin Maa.. waktu aku nungguin dia sadar Maa.” Jawab Zara.  “Tapi kalian nggak habis ngapa - ngapain kan disana? Tanya Ibu Nadinde. “Ih mama sembarangan. Nggak lah.” Seru Zafa.  “Mamakan cuma ngomong aja, mama khawatir tau sama kamu.” Kata Ibu Nadine.  “Iya Mama.. tenang aja Zara bisa jaga diri kok, lagian kan rumahnya Raka tepat di samping rumah kita. Jadi kalau ada apa - apa, mama bisa langusng kasih tau ke mamanya Raka kalau Raka jahatin aku.” Kata Zara.  “Hahah iya juga sih. Hmm pasti Julian mulai lagi nih sama kamu posesifnya kalau tau kamu punya pacar. Apalagi sama Raka, Raka yang jelas - jelas Julian liat dengan mata kepalanya udah jahatin kamu nak.” Kata Ibu Nadine.  “Kayaknya nggak akan seperti itu deh Ma.. sekarang dia udah punya kesibukan sendiri, Zara ngenalin kak Julian dengan teman kantor aku Maa, dan semoga aja mereka cocok Maa.. biar Kak Julian nggak kambuh sifat posesifnya terhadap adiknya sendiri.” Kata Zara lagi.  “Hah? Yang benar sayang? Kamu kenalin dia dengan siapa? Mama pernah liat?” Tanya Ibu Nadine.  “Pernah kok Maa.. mama ingat temannya Zara yang namanya Bella? Yang itu Maa.. Zara kenalin Kak Julian sama Bella.” Jawab Zara lalu membaringkan badannya di sofa dan kepalanya di atas paha Ibu Nadine.  “Ohh iyaa Bella.. Mama ingat. Apa Bella suka sama Julian?” Tanya Ibu Nadine.  “Nggak tau pasti sih Maa.. sukanya atau nggak.. karena aku baru ngasih kak Julian kontaknya Bella kemarin, dan Bella juga lagi cari pacar Maa.. jadi mereka kan sama - sama kosong haha. Semoga aja mereka cocok deh.” Jawab Zara.  Tidak lama kemudian Julian dan Pak Ardani pulang dari kantor. Dan melihat Zara sudah pulang. Julian sudah tidak sabar menceritakan proses kedekatannya dengan Bella. “Zaraaaaaa !!!! Wahh akhirnya Lo pulang jugaa. Gimana meeting Lo? Lancar? Terus mana oleh - oleh gue? Ada nggak?” Teriak Julian yang masih berdiri di depan pintu ruang tamunya.  ====
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN