Chapter 80

2183 Kata
Zara sangat risih dengan kedatangan Nabila yang terlalu mencari perhatian Raka. Di sisi lain Zara juga tidak bisa berbuat apa - apa karena Zara tidak ingin hubungannya di ketahui oleh Nabila.  “Maaf Mba Nabila.. apa mba Nabila tau sopan santun? Mba Nabila taukan siapa di samping Mba Nabila? Pak Raka belum memperbolehkan Mba Nabila untuk duduk di kursi itu. Mba Nabila jangan seperti itu, jangan berfikiran kalau Pak Raka yang seumuran sama kita, Mba Nabila bisa berbuat seenaknya. Pak Raka itu bos kita.” Kata Zara.  “Aduhh Mba Zara kok tegang amat. Ini tuh di luar kantor Mba Zara.. toh sikap saya dari tadi sopan kok. Iya kan Pak Raka? Pak Raka aja nggak ngomong apa - apa, berarti pak Raka nggak keberatan sama sekali. Jangan tegang seperti itu loh mba Zara.. jangan serius - serius amat, nanti cepat tua loh mba Zara kalau seperti itu.” Kata Nabila dengan santainya.  Sembari Nabila berbicara Raka menatap Zara dan bertanya kalau dirinya harus bagaimana, tapi tidak mengeluarkan suara. Zara memberi kode ke Raka, kalau dirinya tidak suka dengan keberadaan Nabila, Tapi Raka tidak mengerti dengan apa yang di maksud Zara. Sementara itu Nabila memanggil pelayan, dan ternyata pelayan yang melayani Nabila juga pelayan yang melayani Raka dan Zara tadi.  “Silahkan Mbaa.” Kata Pelayan itu sambil memberi buku menu.  Nabila mengambil buku menu itu dan melihat - lihat apa yang akan di pesannya.  “Lohh.. ternyata Mba yahh yang pacarnya Mas ini? Aduh maaf yah Mba.. Mas tadi saya jodoh - jodohin kalian , dan saya kira mba sama Masnya Pacaran, habis serasi banget kalian berdua.” Kata pelayan restoran.  “Hah? Maksudnya Mba?” Tanya Nabila ke pelayan restoran.  “Ehhmm.. tadi—“ “Mbaaa.. mba selesaikan aja yah pesanan teman saya, nggak usah ngomong hal - hal yang perlu lagi. Dan dia juga bukan pacaranya mas ini. Mba sudah paham?” Kata Zara dengn sangat tegas.  “Ohh iyaa.. maaf mba.. maaf kalau saya terlalu lancang. Ehmm.. Mba sudah selesai? Mau pesan yang mana Mba? Saya catat pesanannya yah.” Kata Pelayan restoran, wajahnya sangat merasa bersalah atas semua ucapan dan kelancangannya.  “Maksudnya gimana sih? Apa sih Mbaa? Saya cocok yah sama Pak Raka? Aduhh Mbaa makasih udah ngomong kayak gitu, mba ini tau aja mana pasangan yang serasi. Yang satu ganteng dan yang satunya cantik poll, mba mau bilang kayak gitu kan Mbaa.. ya Ampun senangnya saya di puji seperti itu.” Seru Nabila yang tidak berhenti berbicara.  Pelayan restoran itu sampai kebingungan mendengar ucapan - ucapan yang di lontarkan Nabila dengan sangat cepat. Pelayan restoran terus - terusan berbalik melihat zara dan Raka berganti - gantian.  “Ehh nggak mbaa.. ehmm saya permisi aja deh mba. Maaf yah Mbaa.. Mas kalau saya mengganggu kenyamanan kalian. Tunggu pesanannya yah Mba. Permisi..” kata Pelayan itu hendak pergi dari meja Raka dan Zara.  “Ya Ampun nih orang bener - bener nggak tau malu yahh. Bener - bener ngeselin. dasar.” Kata Zara dalam batinnya.  “Ehh tunggu Mbaa.. ini ini saya kasih kamu duit nih. Saya suka deh kalau makan di sini dan puji - puji kayak gini.” Kata Nabila lalu mengambilkan uang seratus ribu dari dalam tasnya.  “Ehh nggak usah mbaa.. aduh jangan yah mba.” Kata Pelayan restoran sambil menghindar dari tangan Cindy.  “Udah ambil aja nggak apa - apa kok. Yahh udah sana - sana bawa pesanan saya secepatnya. Okeyy.” Kata Nabila.  “Ah iya makasih Mba. Saya permisi yah mba.” Kata perlayan restoran.  Pelayan itu terpaksa mengambil uang yang di berikan oleh Nabila dan pergi dari meja Raka dan Zara.  Zara sudah terlihat semakin kesal, Raka terus - terusan memperhatikan wajah Zara yang penuh rasa jengkel di wajahnya.  “Mba Nabila.. bisa mba Nabila pindah tempat? Saya sangat tidak nyaman ada Mba Nabila di sini.” Kata Raka dengan tegas.  “Ah? Kenapa pak Raka?” Tanya Nabila.  “Saya di sini mau makan.. bukan mau mendengar Mba Nabila berbicara. Jadi tolong yahh, Mba Nabila pergi dari meja ini dan silahkan cari meja yang kosong kok Mba. Jangan ganggu saya di sini.” Kata Raka.  Zara tersenyum tipis ketika Raka menyuruh Nabila untuk pergi. Tapi di sisi lain, Zara juga merasa bersalah karena Raka menyuruh Nabila pergi dari mejanya, meskipun Zara memang tidak menyukai Nabila, tapi Zara tidak ingin berbuat jahat ataupun berprasangka buruk dengan Nabila.  “Tapi pak Raka. Saya nggak ada teman untuk makan, masa saya tidak bisa bergabung dengan kalian di sini.” Kata Nabila. Nabila tidak ingin melewatkan kesempatan untuk makan di sampinh Raka.  “Saya sangat tidak suka makan kalau ada orang yang sangat berisik di sebelah saya. Dan berbicara yang tidak - tidak. Kamu sadar dari tadi kamu ngomong terus - terusan membawa - bawa nama saya . Apa yang di katakan Zara tadi sudah benar, dimana sopan santun kamu? Saya ini atasan kamu, bukan teman kamu. Dan sampai kapan pun saya tidak ingin kamu merasa berteman dengan saya. Tolong jaga sikap kamu.” Kata Raka.  “Mba Nabila lebih baik pergi aja sekarang, daripada Mba Nabila membuat Pak Raka lebih marah dan tidak ingin menghabiskan makanannya. Lebih baik Mba Nabila pergi  sekarang yah. Maaf kalau ada kata - kata saya yang menyinggung Mba Nabila.” Kata Zara.  “Maaf Pak Raka.. maaf kalau saya membuat Pak Raka merasa tidak nyaman. Saya hanya ingin makan ada yang temani pak. Saya tidak mau makan sendirian, apa Pak Raka dan Mba Zara nggak kasihan sama saya? Di sini saya nggak punya siapa - siapa Pak. Keluarga saya semuanya ada di luar negeri. Saya di sini tinggal sendiri, karena saya tidak mau tinggal di luar negeri. Aneh rasanya kalau saya tinggal di luar negeri Pak.. Mba Zara.. tolong yahh Pak Raka dan Mba Zara mengizinkan saya untuk makan bersama Pak Raka dan Mba Zara. Saya tadi senang sekali loh bisa ketemu sama Pak Raka dan Mba Zara. Makanya saya sampai duduk di sini. Boleh yah Pak Raka.. Mba Zara.. saya janji saya nggak kana berisik, nggak akan ribut lagi. Tapi tolong biarkan saya makan bersama Pak Raka dan Mba Zara di sini. Atau kalau perlu saya saja yang bayarkan makanan kalian.” Nabila berbicara panjang kali lebar tanpa membiarkan Raka dan Zara membalas ucapannya. Dan akhirnya karena Raka sudah sangat kesal, Raka berdiri dari kursinya.  “Sudah ngomongnya?” Tanya Raka sambil bertolak pinggang di depan Nabila.  “Ah iya Pak sudah.” “Ya ampun nih orang pakai di jawab lagi. Nggak liat apa kalau Raka udah mulai marah.” Batin Zara.  “Boleh kan Pak?” Sambung Nabila dengan senyuman di wajahnya tanpa merasa kalau yang dia ucapkan itu menyebalkan bagi orang yang mendengarkan.  “Silahkan pergi dari meja ini atau saya menyuruh kamu pergi sampai orang - orang melihat kamu karena keributan yang saya buat? Tanya Raka.  “Hmm.. Pak Raka kok seperti itu? Mba Zara.. mba  Zara nggak keberatan kan kalau saya makan satu meja sama kalian? Pleaeesseee bujuk Pak Raka biar aku bisa makan di sini sama kalian yah yah.” Kata Nabila lagi yang terus mencari cara agar bisa makan bersama Raka.  “Mba Nabila !!! Mba Nabila ini emang benar - benar nggak ngerti bahasa Indonesia yah? Sepertinya saya sudah mengulang kata - kata ini yah Mba Nabila? Apa Mba Nabila mau di permalukan di sini? Pak Raka sudah sangat sabar loh meladeni Mba Nabila dari tadi. Baiklah kalau Mba Nabila masih tetap ingin di sini. Biar saya dan Pak Raka yang pergi dari meja ini. Silahkan Mba Nabila makan di sini.” Kata Zara.  “Bisa Mba Nabila mendengar semuanya dengan baik? Bisa Mba Nabila pergi dari sini? Atau kami yang pergi dari meja ini?” Tanya Raka dengan sekali lagi sangat tegas.  Tidak lama kemudian Seorang pelayan yang tadi datang membawa pesanan Nabila ke meja Raka dan Zara.  “Permisiii.. Mba ini pesanannya..” kata Pelayan itu sambil menyuguhkan pesanan Nabila.  “Iyaa makasih Mba.” Kata Nabila sambil tersenyum.  “Mba.. bisa tolong bawa makanan kami ke meja yang di sana?” Kata Raka.  “Ohh? Ah semuanya Mas?” Tanya pelayan restoran sambil menunjuk ke semua makanan dan minuman yang ada di meja.  “Nggak.. punya saya dan Mba ini saja.” Kata Raka menunjuk Zara.  “Lohh kenapa Mas? mba? Ehh aduh maaf yahh lagi - lagi saya bersikap lancang Mas Mbaa.. baik saya pindahkan yah Mas.. Mbaa..” kata pelayan restoran sambil mengangkat satu persatu makanan dan minuman milik Zara dan juga Raka.  Nabila tidak bisa berkata apa - apa lagi saat Raka menyuruh pelayan restoran tersebut untuk memindahkan makanannya dan juga makanan Zara. Nabila terlihat sangat kesal akan hal itu.  Pelayan restoran yang menbantu memindahkan makanan dan minuman Raka sampai bertanya - tanya apa yang terjadi sebenarnya, antara Raka, Zara dan juga Nabila.  “Ayo Zara.. lebih baik kita saja yang pindah dari sini. daripada harus makan bersama orang yang tidak mengerti bahasa Indonesia.” Kata Raka.  “Huuhffttt ada aja gangguannya kalau mau makan dengan tenang.” Gumam Zara. Tapi suaranya sangat kecil hampir tidak terdengar. Nabila yang mendengar ucapan Zara dengan samar - samar, emosinya langsung naik.  “MBA ZARA BILANG APAAA ?? Saya pengganggu? Iyaa?” Teriak Nabila dari kursinya sebelum Zara sampai di meja lainnya bersama Raka.  “Hah? Astaghfirullah.. bukan itu maksud saya Mba Nabila.” jawab Zara.  “Udah Zara.. nggak usah kamu ladeni.. kamu habiskan saja makanan kamu, biarkan saja.” Kata Raka.  “Terus Maksud Mba Zara apa kalau bukan seperti itu?” Tanya Nabila lagi. Nabila sudah sangat kesal karena lagi - lagi Nabila merasa kalau posisinya selalu tergantikan dengan Zara.  Zara tidak membalas ucapan Nabila lagi. Zara dan Raka melanjutkan sisa makanannya.  “Ahhh.. sialaaannnn !!!!” Gumam Nabila.  “Liat aja apa yang akan gue lakukan. Kenapa sih si Zara itu selalu aja dengan gampangnya makan bersama Raka. Padahal dia hanya orang baru yang masuk di kantor Raka. Gue ini udah bertahun - tahun di sana nggak pernah bisa seakrab itu sama Raka, tapi kenapa dia bisa dengan gampangnya seperti itu sih.” Nabila sangat kesal , Nabila sama sekali belum menyentuh makanan dan minuman yang telah di pesannya.  Tapi Nabila tidak kehabisan akal untuk tetap ingin duduk di samping Raka dan makan bersama Raka. Nabila kambali memanggil pelayan untuk meminta buku menu, dan melihat menu dessert yang akan ia pesankan untuk Raka.  “Tolong kalau pesanannya sudah jadi, tolong antarkan kesana yah Mbaa.. bilang kalau ini sebagai permintaan maaf saya . Kasih ke Masnya yang itu yah.” Kata Nabila sambil menunjuk Raka.  “Ohh iya Mbaa.. baik. Saya permisi dulu.” Kata pelayan restoran lalu pergi dari meja Nabila.  Tidak lama kemudian dessert yang di pesan Nabila sudah di antarkan ke Raka.  “Permisi Mass.. ini ada pesanan dari Mba yang itu, katanya sebagai permintaan maaf.” Kata Pelayan restoran.  “Hah? Aduuhh mba  jangan yahh.. saya nggak mau, balikkin aja ke mejanya atau kalau nggak,  mbanya saja yang makan, oke?” Kata Raka.  “Raka nggak usah.. nggak apa - apa.. terima aja.. kasian kalau mbanya bawa kembali, dia juga punya pekerjaan yang lain. Udah Mbaa simpan di sini aja, makasih yah Mba.” Ucap Zara.  “Ohh iyaa baik Mba.” Kata Pelayan restoran Pelayan itu lalu meletakkan dessert tersebut tepat di depan Raka.  “Loh kenapa kamu ambil sih Zara.. nanti Nabila salah sangka lagi, dan membuat masalah lagi.”  Tanya Raka.  “Nggak apa - apa Rakaa.. kasian kan Mba kalau sampai dia bawa kembali makanannya, dia bolak - balik lagi, belum lagi harus meladeni Nabila. Haduh jangan deh, aku kasihan aja sama Mbanya.” Jawab Zara. “Hmm ya sudah.. terus ini siapa yang makan kalau gitu?” Tanya Raka lagi.  “Kamulah Raka.. pacarkuuu.” Kata Zara menghibur Raka.  “Loh kok aku sih? Kamu juga makan deh yahh.. inj banyak banget nih.” kata Raka sambil memotongkan dessert tersebut untuk Zara.  “Iyaa - iyaa.. sini aku bantu makan.” Kata Zara lalu menyuapi satu potongan cake ke mulutnya.  Nabila yang melihat dessert pesanannya sudah di makan oleh Raka, ia tersenyum dan merasa kalau caranya berhasil untuk membujuk Raka. Nabila berdiri dari mejanya sambil membawa sisa minumannya ke meja Raka dan Zara lagi. Saat Raka dan Zara lagi asyik menikmati dessert tersebut, Nabila datang dsn kembali duduk di samping Raka.  “Eehemm.. gimana dessertnya suka nggak? Saya pilihkan langsung itu untuk pak Raka loh, karena setau saya Pak Raka sangat suka sama cake yang seperti itu yang mempunyai rasa green tea. Iya kan Pak?” Ujar Nabila tanpa merasa bersalah sama sekali. Nabila dengan santainya duduk kembali di samping Raka.  “Kenapa kamu datang lagi ke sini? Kenapa lagi sih?” Tanya Raka ketus “Pak Raka jangan kayak gitu dong.. jangan marah - marah terus. Saya kan sudah kirimkan bapak cake ini, sebagai permintaan maaf saya. Saya nggak mau kalau besok di kantor terjadi kesalahpahaman karena yang terjadi hari ini. Saya minta maaf yah Pak Raka.” Kata Nabila.  Zara sangat bingung dengan sikap yang di tunjukkan oleh Nabila. Nabila terus - terusan berusaha untuk mencari perhatian Raka.  ====
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN