bc

Terpikat Istri Tetangga

book_age18+
187
IKUTI
1.0K
BACA
forbidden
love-triangle
friends to lovers
heir/heiress
drama
sweet
kicking
city
affair
like
intro-logo
Uraian

Kai Evander Gunawan (28thn), memilih kabur dari rumahnya dan bersembunyi di sebuah rumah sederhana yang jauh dari kata mewah. Dia tidak ingin dijodohkan, karena tidak mencintai wanita yang ditawarkan orang tuanya.Kai yang awalnya marah karena asistennya memilihkan rumah yang menurutnya tidak layak ditinggali itu, kini malah menyukai tinggal di sana.Di rumah baru itu, Kai bertemu dengan Emma Nathasya (24th), seorang wanita muda yang telah mencuri perhatiannya.Namun sayangnya, ternyata Emma sudah menikah. Tapi secara tidak sengaja, Kai menemukan fakta yang membuat dia kembali bersemangat mendekati Emma.Emma yang selama ini kurang mendapatkan kasih sayang suaminya, merasa diratukan oleh Kai, tetangga di depan rumahnya.Apakah Emma akan mengkhianati suaminya?Apakah rahasia yang diketahui Kai tentang Emma?

chap-preview
Pratinjau gratis
1. Tetangga Baru
“Eh, b*****t! Lu dah gila kali ya. Bisa-bisanya lu kasih gue rumah kayak gini, hah?! Ini rumah apa kandang kambing!” sembur Kai di telepon pada Adam. Kai sangat kaget saat dia mendapati rumah yang akan dia pakai bersembunyi ukurannya sangat minimalis. Rumah sangat sederhana, yang bahkan dia tidak yakin apa rumah ini layak dia tinggali. Kai yang biasa tinggal di rumah mewah yang ukuran kamarnya saja sama seperti rumah ini, merasa terhina oleh pilihan sahabat baiknya. “Lah, bukannya kamu sendiri yang bilang suruh nyariin tempat persembunyian yang gak bisa diendus ama keluargamu ya,” jawab Adam santai. “Ya tapi gak gini juga kali. Bisa apa aku di rumah kecil gini,” keluh Kai kesal. “Kamarnya. Mana bisa aku gerak di kamar sekecil itu, kampret!” Kai terus protes. Dia bahkan menendang pintu kamar yang akan dia pakai karena menghalanginya berjalan. “Tenang aja, Bos. Di dalem lengkap kok. Bahkan kasurnya pun udah aku ganti yang baru. Aman pokoknya.” “Bukan masalah itu. Tapi cari yang normal dong. Ini gak layak ditinggali!” Kai membuka pintu depan, siap meninggalkan rumah itu. “Gak bisa! Aku gak bisa tinggal di sini. Pokoknya car—“ Ucapan Kai terhenti saat dia melihat seorang wanita cantik keluar dari rumah depan. Wanita itu menyiram tanaman di depan rumahnya, sambil sesekali melihat ke arah rumah yang akan Kai tempati. Wanita dengan rambut hitam panjang tergerai bebas di punggungnya. Mengenakan kaos dan celana santai, namun memancarkan keanggunan yang terlihat sangat mewah. Tanpa sadar, Kai yang terpaku pada wanita itu, melangkah perlahan, agar bisa melihat si tetangga dengan lebih jelas. “Buset! Cantik banget ni cewek,” ucap Kai pelan, mengagumi kecantikan tetangga barunya. “Kai. Halo. Bos. Heh, masih di sana gak? Jadi pin—“ “Aku di sini aja. Buruan kirim makanan, aku laper!” titah Kai yang langsung memutus sambungan teleponnya, tidak peduli kalau Adam akan kebingungan. Kai masih terus melihat ke arah wanita muda yang menarik perhatiannya itu. Dia bahkan sampai tersenyum sendiri melihat kecantikan alami dan paras lembut di depannya itu. Emma, wanita yang diam-diam sedang diperhatikan oleh Kai itu sesekali mencuri pandang ke rumah yang berada tepat di depan rumahnya. Rumah yang biasanya kosong itu, sejak dua hari lalu terlihat dibersihkan. Bahkan saat ini sudah ada sebuah mobil mewah parkir di garasi rumah sederhana di kompleks rumah Emma. “Udah ada orangnya kayaknya ya. Lumayanlah, gak serem lagi,” gumam Emma sambil menyiram koleksi tanamannya. Mata Emma terhenti di mobil sport warna hitam yang rasanya tidak tepat jika diparkir di rumah sederhana. “Mobilnya mahal amat. Jual mobil itu, bisa dapet dua rumah di barisan depan kompleks ini. Ada-ada aja orang baru ini,” ucap Emma sambil tersenyum sendiri. Tanpa Emma sadari, ada seorang pria yang hampir terkena serangan jantung saat melihat senyuman Emma. Hati Kai tidak baik-baik saja. Kai yang sudah lama melajang, seketika menjadi lebih agresif, saat dia melihat Emma. Kai yang sudah biasa dikelilingi banyak wanita, malah tertarik dengan wajah cantik alami Emma yang tanpa polesan topeng kepalsuan. Kai keluar dari rumahnya dan berjalan ke arah pagar rumah barunya. Dia membawa bungkusan yang tadi dia beli dan hendak dia buang, sebagai alasan ingin melihat Emma lebih dekat. Emma yang sedang mencabuti rumput liar di pot tanamannya, tidak sengaja melihat Kai keluar. Dia sempat terpana pada pria itu, pria yang ternyata sangat tampan dan cocok mengendarai mobil mahal itu. Kai juga ikut menatap Emma. Dia benar-benar takjub melihat kecantikan Emma, saat dia melihatnya dari dekat. “Hai,” sapa Kai memberanikan diri saat pandangan matanya bertemu dengan Emma. Emma tersenyum lagi, lalu mengangguk pelan. “Tetangga baru ya?” sapa Emma ramah sambil berdiri. “Eh, iya, Mbak. Saya baru pindah,” jawab Kai senang karena mendapat sambutan baik dari Emma tapi keadaan jantung Kai tidak baik-baik saja. “Oh, pantes kok belakangan rumah ini sering dibersihin. Padahal dulu keliatan angker.” “Angker?” ucap Kai kaget. “b******k! Sampe rumah ini serem, bakalan aku pecat tanpa pesangon si kampret itu!” geram Kai dalam hati menyumpahi Adam. “Oh enggak kok. Bukan gitu maksudnya.” Emma merasa tidak enak, takut tetangga barunya akan kabur. “Maksud saya kan rumahnya biasanya kosong, jadi kadang kalo malem pas diliat itu agak takut juga. Jalanan di sini kan sepi juga kalo malem. Tapi gak angker kok. Tiap 2 minggu sekali, pasti di bersihin rumahnya,” terang Emma. “Oh, kirain ada hantunya.” Kai menjadi sedikit lega. Emma tersenyum. “Kamu yang punya rumah?” tanya Emma ingin tahu. “Oh bukan. Aku cuma ... cuma ngontrak. Iya, ngontrak,” jawab Kai. Kai tidak ingin mengakui kalau rumah sederhana ini rumahnya. Malu! “Oh ngontrak. Kalo gitu, selamat datang. Semoga betah tinggal di sini,” sambut Emma sebagai tetangga yang baik. “Makasih, Mbak. Seneng juga punya tetangga can ... baik! Baik, tetangga baik dan ramah,” ucap Kai hampir keceplosan. “Mbak Emma,” panggil tetangga Emma yang rumahnya di samping rumah Kai. Emma menoleh. “Bu Dian,” sapa Emma. “Emma. Ternyata namanya Emma. Pas banget sama wajahnya yang cantik,” gumam Kai dalam hati yang masih mengagumi kecantikan Emma. Dian, wanita paruh baya itu ikut mendekati Emma dan Kai. Dia melihat Kai lalu ke mobil mahal di garasi rumah Kai. “Kamu yang mau nempatin rumah ini?” tanya Dian. “Iya, Bu,” jawab Kai. “Itu mobil kamu?” Kai langsung menoleh ke mobilnya. Dia memejamkan matanya, menyadari kejanggalan mobil mewah yang parkir di depan rumah sederhana. “Bukan, Bu. Itu mobilnya temen,” bohong Kai. “Mobil temen? Trus kenapa kamu bawa?” Dian sudah seperti penyelidik saja. “Saya pinjem, Bu. Mau buat pindahan.” “Pindahan? Muat apa mobil kayak gitu. Buat naroh koper aja pasti gak muat!” nyinyir Dian. “Bu Dian.” Emma merasa malu dengan ucapan wanita paruh baya itu. “Itu kan urusannya Mas ... Mas siapa ya?” Emma teringat mereka belum berkenalan. “Gunawan. Nama saya Gunawan,” ucap Kai memperkenalkan diri. Entah mengapa dia malah memilih berkenalan dengan nama belakangnya pada Emma. “Oh Mas Gunawan. Saya Emma. Kalo ada perlu apa-ala jangan sungkan, Mas,” ucap Emma juga ikut memperkenalkan diri. “Mbak Emma, jangan terlalu dekat sama orang baru. Ntar bis—“ “Bu Dian ini bisa aja. Tuh, Pak Hendra dateng, Bu,” ucap Dian yang mendapat bantuan saat dia melihat mobil suami Dian datang. Dian yang masih menatap penuh curiga pada Kai pun, akhirnya meninggalkan dua tetangganya itu. Emma tersenyum sendiri sambil menunduk, merasa malu pada tindakan Dian tadi. Tapi hal berbeda dirasakan Kai. Dia malah tersenyum, terpesona pada senyuman Emma. “Maaf ya, Bu Dian emang terkenal julid orangnya di sini. Dia juga agak bawel,” ucap Emma memberitahu sifat Dian. “Gak papa. Santai aja,” jawab Kai. “Kalo gitu saya tinggal dulu ya,” pamit Emma. “Eh tunggu bentar, Mbak!” cegah Kai. Emma menoleh ke Kai. “Ada apa?” “Emm ... anu, Mbak. Saya kan orang baru di sini. Kalo saya ada kesulitan, boleh gak minta tolong ke Mbak Emma?” Emma terdiam sejenak. “Boleh. Kalo saya bisa bantu, dengan senang hati saya akan bantu.” Senyum lebar merekah di bibir Kai. “Makasih ya, Mbak.” Emma berpamitan dan segera membereskan peralatannya tadi. Dia menutup gerbang rumahnya sambil meninggalkan senyum manisnya ke Kai. Kai juga ikut tersenyum dan kembali ke rumahnya. Kai berdiri di samping mobil sport mahalnya. Dia menepuk atap mobilnya dengan senyum lebar. “Balik ke rumah sana. Aku mau pake yang lain aja. Ma, Pa ... bentar lagi Kai akan pulang bawa calon istri,” gumam Kai penuh semangat.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

30 Days to Freedom: Abandoned Luna is Secret Shadow King

read
313.6K
bc

Too Late for Regret

read
308.1K
bc

Just One Kiss, before divorcing me

read
1.7M
bc

Alpha's Regret: the Luna is Secret Heiress!

read
1.3M
bc

The Warrior's Broken Mate

read
144.0K
bc

The Lost Pack

read
427.8K
bc

Revenge, served in a black dress

read
151.5K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook