bc

Aku Wanita Malam

book_age16+
25
IKUTI
1K
BACA
sweet
roommates
like
intro-logo
Uraian

Kisah menceritakan tentang perjalanan kisah seorang wanita malam bernama Meta. Gadis berusia 19 tahun, yang terpaksa harus menjadi seorang wanita malam untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Cacian, makian, hinaan, menjadi hal yang selalu diterima oleh Meta setiap harinya. Air mata, tangis, kesedihan, menjadi hal yang biasa dirasakan oleh Meta. Sampai Meta bertemu dengan seorang pelanggan barunya. Seorang laki-laki tampan, muda yang baru pertama kali bersentuhan dengan seorang wanita. Pria itu begitu tertarik dengan hal yang ada pada diri Meta, namanya Randy. Pria tampan pemilik salah satu hotel ternama di kota itu. Dimana dia dikelilingi oleh banyak wanita cantik yang selalu menggodanya. Namun Randy yang tampan, malah memilih mencintai Meta, seorang wanita malam. Apa yang terjadi pada kisah mereka?

chap-preview
Pratinjau gratis
Aku Dijual Ayah Tiriku
Hari itu hujan deras, membasahi kuburan pemakaman Ibuku tercinta. Satu-satunya Ibu yang kumiliki, setelah Ayah kandungku meninggal dunia. Ibuku bernama Vely, setelah kepergian Ayahku, Ibu Vely menikah dengan seorang duda bernama Alfin. Alfin kini berstatus sebagai Ayah tiriku. Dia bukan laki-laki baik, dia suka berjudi dan main perempuan. Itu sebabnya aku tidak terlalu menyukai kehadirannya sebagai Ayah tiriku. Ibuku meninggal dunia karena penyakit jantung yang dia alami. Terlebih melihat sikap suaminya yang selalu membawa wanita kedalam rumah. Tentu hati Ibuku hancur, dan kondisi jantungnya semakin parah. Tak mampu bertahan hidup dengan laki-laki macam Alfin, akhirnya Ibu meninggal dunia, sebulan setelah pernikahannya dengan Ayah tiriku itu. "Meta! Ikut aku!" teriaknya sambil menarik tanganku kasar. "Ada apa Ayah!" tanyaku panik. "Aku mau menjual mu pada seorang mucikari, agar aku bisa mendapatkan uang banyak darinya nanti!" ucap Ayah tiriku itu. "Tidak Ayah! Aku tidak mau!" teriakku sambil menangis. "Kau pikir aku perduli! Kau itu bukan anakku, kau hanya anak tiri. Aku akan menjadikanmu wanita malam, wanita penghibur, w************n!" tawanya keras,begitu menakutkan. "Ayah, ampun! Aku tidak mau dijual, Ayah! Hiks... Hiks..." Namun Ayah tiriku yang tidak punya hati itu, memaksaku naik ke mobilnya, tanpa menghiraukan air mataku yang sudah mengalir begitu deras. Semua kata-kata ku tidak merubah keputusannya, dia benar-benar membawaku kesebuah tempat, dimana aku dipertemukan dengan seorang laki-laki bernama Hans. Seorang mucikari yang sangat terkenal. Sudah lebih dari puluhan wanita, yang dia jadikan wanita malam. "Ayah, aku tidak mau!" teriakku kesal, namun tangan Ayah tiriku terus menarik ku tanpa ampun. Dia terlihat bahagia dengan keinginannya untuk menjual ku yang tentunya bisa membuat Alfin mendapatkan uang banyak. "Hans, saya mau jual anak tiri saya! Berani bayar berapa kau?" tanya Ayah tiriku pada mucikari itu. "Masih perawan tidak?" tanya mucikari bernama Hans itu. "Masih perawan! Kalau tidak percaya, kau bisa mencobanya!" tawa Hans menyeringai. "Ayah, jangan! Jangan jual aku! Ayah aku mohon!" teriakku. Aku terus menjerit memohon pada Ayah tiriku itu, berharap ada rasa iba dihatinya. Namun pada kenyataannya, dia tetap menjual ku pada mucikari itu dan menukarku dengan sejumlah uang. Aku menangis dengan hidupku yang begitu malang ini. Disaat aku harus kehilangan Ibuku, aku juga harus merelakan diriku dijual oleh Ayah tiriku sendiri. Rasanya aku ingin mati saja! Setidaknya ual Ayah Tiriku Aku Dijual Ayah Tiriku Hari itu hujan deras, membasahi kuburan pemakaman Ibuku tercinta. Satu-satunya Ibu yang kumiliki, setelah Ayah kandungku meninggal dunia. Ibuku bernama Vely, setelah kepergian Ayahku, Ibu Vely menikah dengan seorang duda bernama Alfin. Alfin kini berstatus sebagai Ayah tiriku. Dia bukan laki-laki baik, dia suka berjudi dan main perempuan. Itu sebabnya aku tidak terlalu menyukai kehadirannya sebagai Ayah tiriku. Ibuku meninggal dunia karena penyakit jantung yang dia alami. Terlebih melihat sikap suaminya yang selalu membawa wanita kedalam rumah. Tentu hati Ibuku hancur, dan kondisi jantungnya semakin parah. Tak mampu bertahan hidup dengan laki-laki macam Alfin, akhirnya Ibu meninggal dunia, sebulan setelah pernikahannya dengan Ayah tiriku itu. "Meta! Ikut aku!" teriaknya sambil menarik tanganku kasar. "Ada apa Ayah!" tanyaku panik. "Aku mau menjual mu pada seorang mucikari, agar aku bisa mendapatkan uang banyak darinya nanti!" ucap Ayah tiriku itu. "Tidak Ayah! Aku tidak mau!" teriakku sambil menangis. "Kau pikir aku perduli! Kau itu bukan anakku, kau hanya anak tiri. Aku akan menjadikanmu wanita malam, wanita penghibur, w************n!" tawanya keras,begitu menakutkan. "Ayah, ampun! Aku tidak mau dijual, Ayah! Hiks... Hiks..." Namun Ayah tiriku yang tidak punya hati itu, memaksaku naik ke mobilnya, tanpa menghiraukan air mataku yang sudah mengalir begitu deras. Semua kata-kata ku tidak merubah keputusannya, dia benar-benar membawaku kesebuah tempat, dimana aku dipertemukan dengan seorang laki-laki bernama Hans. Seorang mucikari yang sangat terkenal. Sudah lebih dari puluhan wanita, yang dia jadikan wanita malam. "Ayah, aku tidak mau!" teriakku kesal, namun tangan Ayah tiriku terus menarik ku tanpa ampun. Dia terlihat bahagia dengan keinginannya untuk menjual ku yang tentunya bisa membuat Alfin mendapatkan uang banyak. "Hans, saya mau jual anak tiri saya! Berani bayar berapa kau?" tanya Ayah tiriku pada mucikari itu. "Masih perawan tidak?" tanya mucikari bernama Hans itu. "Masih perawan! Kalau tidak percaya, kau bisa mencobanya!" tawa Hans menyeringai. "Ayah, jangan! Jangan jual aku! Ayah aku mohon!" teriakku. Aku terus menjerit memohon pada Ayah tiriku itu, berharap ada rasa iba dihatinya. Namun pada kenyataannya, dia tetap menjual ku pada mucikari itu dan menukarku dengan sejumlah uang. Aku menangis dengan hidupku yang begitu malang ini. Disaat aku harus kehilangan Ibuku, aku juga harus merelakan diriku dijual oleh Ayah tiriku sendiri. Rasanya aku ingin mati saja! Setidaknya aku bisa menyusul Ibuku, tanpa harus menjalani hidupku yang berat. Pak Hans tersenyum menyeringai, menarik ku masuk kedalam sebuah ruangan kosong yang hanya ada sebuah tempat tidur. Hans menutup pintu kamar itu, lalu mulai melepaskan satu persatu pakaiannya. Aku hanya bisa menangis, saat laki-laki itu merenggut kesucian ku. Hanya ada air mata yang keluar mewakili rasa sedihku. Setelah puas dengan aksinya, Hans kembali mengenakan pakaiannya, lalu pergi meninggalkan aku. Aku menutupi tubuhku dengan selimut, air mataku masih terus mengalir. Apakah ini awal kisah ku sebagai seorang wanita penghibur, wanita malam, wanita bayaran yang memberikan tubuhnya hanya untuk menukarnya dengan sejumlah uang. Aku merasa kasihan pada diriku sendiri, kenapa aku harus mengalami cobaan dan ujian hidup seberat ini? Rasanya aku tidak sanggup berjalan, melewati semua ini. Aku mengusap air mataku, lalu kembali mengenakan bajuku. Aku mengikat tali untuk mengakhiri hidupku saja. Aku mau gantung diri, agar aku bisa terhindar dari dosa yang lebih besar. Aku tidak mau jadi wanita malam, aku tidak mau! Tapi saat aku naik keatas kursi, dan bersiap dengan aksi bunuh diriku. Tiba-tiba seorang wanita menarik tanganku. Matanya menatap tajam kearah ku, dia menuntunku duduk ditepi tempat tidur. "Apa yang ingin kau lakukan? Kau mau bunuh diri? Kau ingin mengakhiri hidupmu karena keadaan yang memaksamu untuk menjadi seorang wanita penghibur?" ucapnya terlihat kesal. "Iya. Aku ingin bunuh diri! Aku tidak mau hidup seperti ini. Tidak mau!" teriakku. "Dengarkan aku. Aku juga pernah mengalami hal yang sama sepertimu, diawal pertama aku menjadi wanita penghibur. Aku ingin mengakhiri hidupku waktu itu, tapi setelah aku memikirkannya lagi, mungkin ini memang jalan hidup yang harus aku jalani," ucapnya sambil tersenyum. "Tidak ada wanita yang ingin dilahirkan sebagai wanita malam. Begitupun dengan aku ataupun kau. Kita sama-sama dipermainkan oleh takdir, dan kita tidak berdaya untuk melawan kehendak takdir!" ucapnya sambil memeluk tubuhku. "Lalu aku harus apa?" ucapku sambil menangis. "Lakukan saja, apa yang ingin dilakukan takdir pada hidup kita. Aku saja sudah pasrah!" ucapnya. "Lalu kau sudah menyerahkan tubuhmu pada para lelaki hidung belang itu?" "Iya. Aku mencoba menikmati tugasku sebagai wanita malam. Karena sudah terbiasa, aku tidak takut lagi. Bahkan kini, tujuanku hanya satu, yaitu menghabiskan uang para p****************g itu. Lalu memindahkan uang mereka kedalam dompetku," tawanya. "Oh iya, siapa namamu?"tanyanya. "Aku Meta. Namamu?" "Aku Tara. Semoga kita bisa jadi teman ya!" tawanya. "Aku takut!" "Tidak usah takut. Ada aku disini yang akan mengajarkan mu!" ucapnya. "Tapi, aku tidak bisa melakukan itu." "Seiring berjalannya waktu, kau akan terbiasa!" tawa Tara. "Ikut aku, akan aku buat kau tampil cantik malam ini!" ucapnya sambil menuntunku keluar dari kamar itu. Tara mengajakku masuk kedalam kamarnya yang tak jauh dari kamar tadi. Dia memperlihatkan isi lemarinya yang dipenuhi baju-baju mewah dan seksi. "Pilihlah baju yang kau suka!" ucapnya. "Tidak. Aku tidak terbiasa memakai baju seperti ini," ucapku brigidik. "Tidak apa-apa. Nantinya kau akan terbiasa!" ucapnya sambil tersenyum. Aku memilih satu gaun malam yang paling sederhana. Tidak mewah dan tidak terlalu terbuka. Gaun berwarna nevi yang pancangnya diatas paha. "Aku mau yang ini!" ucapku. "Baiklah. Kau bisa memakainya! Ganti bajumu, aku tunggu disini," ucapnya. Aku mengganti bajuku didalam kamar mandi, aku keluar dari kamar mandi dengan tangan yang menutupi bagian tubuhku yang terbuka. Tara menatap kearah ku, matanya menatap takjub seakan terkejut dengan penampilanku. Tara masih mengelilingi aku, menatap diriku dari atas sampai bawah. "Kau benar-benar luar biasa! Kau bisa jadi ratu penghibur di sini. Aku saja yang seorang wanita, bisa melotot menatapmu. Apa lagi para p****************g itu. Mereka pasti akan mangap-mangap melihatmu!" tawanya. "Tapi aku tidak nyaman dengan pakaian yang aku kenakan ini!" ucapku. "Tenang saja. Nanti kau akan terbiasa!" ucap Tara sambil tersenyum. "Kau mau apa?" tanyaku, saat Tara mengeluarkan perlengkapan make up nya. "Mau merias wajahmu. Kau harus tampil cantik untuk menarik hati pada p****************g itu. Setelah kau mendapatkannya, habiskan isi dompetnya!" tawa Tara. Aku hanya mengikuti setiap perintah Tara, walau sebenarnya aku sendiri tidak ingin melakukannya. Tapi jika Tara saja bisa menjalankan kehidupan sebagai seorang wanita malam, kenapa aku tidak mencobanya saja. Aku menatap wajahku dari cermin yang ada dilemari baju Tara. Aku memutar badanku sambil sesekali tersenyum menatap diriku didepan cermin. "Bagaimana? Apa kau suka dengan hasil riasan ku ini?" tanya Tara. "Iya." ucapku singkat. Tara mengajakku keluar dari kamar, dia memintaku menunggu para p****************g itu sambil minum disebuah bar. "Jangan minum itu!" ucap Tara. "Kenapa?" "Kau akan kehilangan kesadaran mu, jika kau minum itu! Itu alkohol yang memabukkan!" ucap Tara. "Lalu, kita minum apa?" tanyaku polos. "Minum oranye jus saja! Ini lebih aman, jadi kita tetap sadar saat melayani p****************g itu. Setelah mereka kelelahan, ambil isi dompetnya!" tawa Tara. "Baik!" ucapku sambil tersenyum. Aku yang polos dan belum mengerti, hanya mencoba untuk mengerjakan semuanya semampuku. Aku menatap seorang laki-laki bertubuh kekar menghampiri kami. Aku menelan ludahku kelu, rasanya aku benar-benar takut pada pria itu. Ototnya saja begitu besar, apalagi ular miliknya? Pasti aku tidak sanggup untuk melayaninya. Aku menggigit jari jemariku menahan rasa takut. Ya Tuhan, tolong aku!

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.8K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.7K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.8K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.4K
bc

TERNODA

read
198.7K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
59.8K
bc

My Secret Little Wife

read
132.1K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook