Awal Sebuah Harapan Part 2

1124 Kata
Di pagi hari, kembali ku lanjutkan pencarianku akan kerjaan, Aku mendatangi kembali Rumah Makan Padang yang kemarin, berniat menanyakan apakah pemilik Rumah makan tersebut datang dan berniat meminta pekerjaan dari-nya. Tapi sayang, ternyata rumah makan itu masih tutup, Aku pun menunggunya sampai 1jam, tapi tetap belum buka juga, Akhirnya ku putuskan untuk pergi dari situ, berniat mencari kerjaan ke rumah makan yang lain, Aku pun bertanya ke beberapa rumah makan, tapi semua menolak ku! Sudah empat rumah makan hari ini yang ku datangi, tapi tak satu pun yang bersedia mempekerjakan ku, bahkan Aku sendiri sudah bilang dan memohon tak masalah tak di gaji, yang penting ada tempat ku tinggal dan juga bisa makan. Dalam hati ku berkata, kok susah bangat cari kerjaan, tibalah Aku di depan sebuah sekolah SMP, waktu itu mereka lagi jam istirahat, ku tatap mereka dari pagar sekolah. Aku sangat antusias melihat mereka bermain bersama di lapangan, seolah berharap Aku lah salah satu dari mereka, Memakai seragam Putih dan biru, sambil melihat mereka, Aku pun tersenyum sendiri, seolah hayalan ku nyata! bahwa Aku ada diantara mereka semua yang sedang asik bermain. Aku akhirnya disadarkan oleh bunyi bel sekolah, anak anak smp yang se usia ku itu lalu masuk ke ruangan mereka, Aku lalu melangkah-kan kaki ku meninggalkan sekolah tersebut, sekarang perut ku benar benar keroncongan, karna semalam dan tadi pagi, Aku hanya memakan roti dua ribuan untuk mengisi perut ku, akhirnya kuputuskan mencari rumah makan, dan menemukannya. "Bang, boleh beli Nasi sama kuah doang ga? "Boleh, berapa bungkus? "Satu bungkus aja bang, Pake kuah aja ya Bang" "Iya, Sebentar ya" "Berapa? "Tujuh ribu dek" Aku kemudian membayarnya, tidak lupa Aku meminta air teh di plastik, untuk menghemat air minum ku. Aku kemudian mencari tempat yang nyaman buat ku makan, lalu melahap Nasi Kuah itu sampai habis, tak tersisa sebutir nasi pun, bahkan jari ku sendiri ikut bersih dari sisa nasi. hah... perut ku pun kenyang. Kembali Aku melangkahkan kaki mencari dan bertanya tanya kerjaan ke beberapa rumah makan, ke beberapa toko, tapi tetap tidak ada yang menerima ku, dan sekarang sudah hari ke empat Aku mencari pekerjaan, tapi tetap tidak dapat. Sekarang sudah sore, Aku pun berjalan di dekat sebuah lapangan, tiba tiba Aku dihampiri dua orang dewasa yang menurut ku seram! Rambutnya ber warna warna, lalu mereka meng kompas ku, meminta uang ku. "Tolang Bang, Aku ga ada uang Bang" "Diam lu! ku habisi kau kalau sampai teriak! "Coba lihat isi kantongnya celananya! ucap salah seorang dari mereka, lalu dompet ku pun di ambil dan uang ku di ambil. Aku kemudian memohon ke mereka, sambil memegang kakinya yang akan meninggalkan ku setelah uang ku diambil. Tolong Bang kembalikan uang ku Bang, ucap ku sambil menangis, tapi yang ada perut ku malah di tendang! mereka pun meninggal kan ku yang merintih kesakitan karna perut ku ditendang sangat kuat! sambil meringkuk di lapangan kupegangi perut ku yang kesakitan, air mata ku membasahi semua wajah ku. Tiba tiba hujan pun turun, dan membasahi semua tubuh ku, dan bercampur dengan air mata ku, yang masih meringkuk kesakitan, seolah Bumi menangis untuk penderitaan hidup ku. Tiba tiba seorang Nenek nenek menghampiri ku yang masih meringkuk kesakitan. "Kamu kenapa Nak? kok tiduran di situ dan kehujanan" Dia pun semakin memperdekat dirinya, lalu melihat ku menangis ter sedu sedu sambil tangan ku memegang perut ku, kemudian membantu ku bangun dan berdiri "Kenapa Nak? "Aku habis di kompas Bu, uang ku diambil semua, trus perut ku di tendang kuat sama mereka" "Oh.... Kasihan kamu Nak, Ayo kesana berteduh dulu di emperan toko" Aku dan si Ibu pun akhirnya berteduh di emperan sebuah toko yang sudah tutup, walau pakaian kami berdua sudah basah, Aku lalu teringat akan photo keluarga ku, kuraba kantong ku, lalu kukeluarkan photo itu, sekarang sudah sedikit basah, si Ibu lalu menanyakan siapa di photo itu, Aku lalu mengatakan itu alm Ibu ku dan Ayah ku, dan Photo Aku waktu bayi. Lalu si ibu kemudian bertanya "Nama kamu siapa Nak? "Bramastio Bu" "Oh.. Nak Farhan mau kemana? "Aku dari kampung bu, aku pengen nyari kerja di sini, tapi belum dapat dapat" "Nak farhan kan masih kecil, ya pasti susah nak dapat kerja" "Iya Bu, ga ada yang mau nerima Farhan kerja, kalau ibu sendiri? "panggil aku nenek aja ya Farhan, soalnya sudah tua, kalau nenek cuman pemulung Farhan" "Pemulung itu seperti apa Nek? "Ya... Ngambil ngambil botol plastik Nak Farhan, seperti ini" (sambil menunjuk-kan isi dalam karung -nya) "Trus Nek? "Kalu sudah banyak Nenek jual ke pengumpul, uangnya buat bertahan hidup Nak Bram" "Oh... Boleh Farhan ikut nenek jadi pemulung? "Boleh Nak Bram, sambil kamu nanti bisa cari kerja" Hari pun mulai gelap, dan hujan juga sudah mulai reda. Aku pun memutuskan utuk mengikuti Nenek, sebelum sampai di tempatnya, Nenek membelikan 2 bungkus nasi pake telor bulat, lalu kami melangkah menyusuri jalan, sekarang Aku lah yang membawa karung Nenek, dan akhirnya kata nenek, kita sudah sampai. Kulihat tempat nenek hanya berupa bangunan seperti gubuk, nenek pun menyuruh ku masuk ke dalam, lalu dia memberikan ku sebuah sarung yang sudah kusam untuk kupakai menggantikan pakaian ku yang basah, dan nenek menyuruh ku mandi di belakang, karna dibelakang ada drum air, dan sekarang pasti sudah penuh air karna hujan kata Nenek. Dan ini lah untuk pertama Aku mandi sejak merantau dari kampung, sebelumnya hanya cuci muka di tempat wudhu masjid. Setelah itu, kami pun makan bersama diterangi lampu teplok, lalu nenek menyuruh ku tidur diatas tikar yang sudah di siapkan. Pagi hari nenek sudah bangun duluan, dan Aku juga akhirnya bangun, lalu Nenek mengatakan agar aku di rumah saja hari ini, tidak usah ikut memulung, sampai perut ku sudah baikan, tapi kukatakan ke Nenek kalau perut ku sudah baikan sekarang, sudah tidak sakit lagi. Tetap saja nenek tidak mengijinkan ku ikut dengannya memulung "Kamu di rumah saja, nanti sebelum nenek pergi, nenek beliin kamu makanan" "Emang kenapa Nek? kok Bram ga boleh ikut? "Ya kamu gak malu emang Farhan, memulung hanya pakai sarung itu? Pakaian mu kan masih basah, Nenek baru cuci semua tadi subuh" "Oh... Hehehehe... Iya Nek, lupa kalau pakaian Farhan basah semua" "Ya udah ya, Nenek beli makan dulu buat mu, Nenek pun pergi sebentar meninggalkan ku" Tak lama berselang, nenek memberi ku sebungkus nasi uduk, lalu nenek pun pergi meninggalkan ku sediri di rumah sederhana ini, kalau di kampung ku, ini mungkin namanya Gubuk. Aku lalu memakan yang dibelikan oleh Nenek, pas aku menyuapkan nasi ke mulut ku, tiba tiba terlintas di benak ku akan alm Nenek Ku yang baik, Aku jadi teringat padanya, seolah sekarang Tuhan mengirimkan ku seorang Nenek yang baik seperti alm Nenek ku. Sambil makan, tak terasa air mata ku pun menetes membasahi wajah ku. Dan hari ini ku habiskan waktu ku di rumah si Nenek Ijah sambil menunggu-nya pulang.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN