Apartemen Bara

1208 Kata
Hujan turun dengan derasnya saat Bara akan kembali ke apartemen, membuat laki-laki itu sedikit basah terkena guyuran air. Setelah berhasil memarkirkan mobilnya di basement ia segera naik ke lantai tiga. Namun, betapa terkejutnya laki-laki berdada bidang itu saat melihat seorang wanita tengah terduduk di depan pintu apartemennya. Rambut panjang itu bahkan menutupi wajah yang sedang tertunduk itu. "Astaghfirullah," ucap Bara beristighfar, padahal biasanya ia sudah lupa dengan kalimat indah itu. Bara menggerak-gerakkan kakinya untuk menyentuh kaki perempuan itu. Hanya untuk memastikan apakah sosok di hadapannya saat ini nyata atau justru penunggu apartemen. Gadis berdress putih itu langsung mendongak dan membenarkan rambutnya saat merasakan sentuhan di kakinya. "Kamu?" Bara seketika terkejut. "Ya, ini aku. Kenapa? Apa kamu pikir aku hantu?" Aluna menatap Bara. Gadis berdress putih selutut itu berusaha untuk berdiri, tetapi ia justru hampir terjatuh jika bukan Bara dengan sigap menahan pinggang anak bosnya itu. Bara mencium bau alkohol dari mulut Aluna. "Gadis ini benar-benar keterlaluan, apakah ia tak bisa membuatku tenang dalam satu hari saja," gerutunya. "Cepat, bawa aku masuk, aku mau tidur!" celoteh Aluna tak jelas. Gadis berusia 22 tahun itu benar-benar tengah mabuk dan Bara tak tahu mengapa Aluna bisa sampai di apartemennya saat ini. Laki-laki pemilik alis tebal itu tak punya pilihan lain selain membawa Aluna masuk ke apartemen mengingat Pak Haris pun tengah pergi dinas. Bara segera membuka pintu sembari menahan tubuh Aluna, ia segera masuk dan merebahkan tubuh gadis itu di atas sofa begitu saja. Bara tak habis pikir mengapa gadis ini selalu saja melakukan hal-hal yang merugikan dirinya sendiri. "Aku benci kalian semua, aku benci hidup ini. Ayah, kenapa kamu melahirkan aku ke dunia!" teriak Aluna. Seketika Bara menutup mulut gadis menyebalkan itu dengan tanganya agar tetangga apartemen sebelah tak terganggu dengan kebisingan yang Aluna ciptakan. "Diamlah," pinta Bara sambil meletakkan jari telunjuk di bibirnya. Aluna menatap Bara lalu tertawa kecil, ia meletakkan jari telunjuknya di bibir persis seperti yang saat ini Bara lakukan. "Apakah seperti ini?" tanyanya sambil terkekeh. Bara menggaruk kepalanya yang tak gatal, niatnya pulang ke apartemen untuk beristirahat kini justru harus menghadapi tingkah mabuk Aluna. "Seharusnya kamu tak menjadi anak buah ayahku, dia itu tak akan peduli dengan perasaan orang lain, dia itu egois," ucap Aluna sembari menekan-nekan d**a bidang Bara dengan telunjuknya. "Berhentilah berbicara dan tidurlah," perintah laki-laki yang kini melepaskan jas hitamnya itu. "Aku tidak akan berhenti sampai wanita rubah itu keluar dari rumah!" seru Aluna. Bara kehabisan akal untuk menghadapi anak tunggal bosnya itu ditambah kondisi Aluna yang setengah sadar akibat minuman beralkohol. "Uweek." Aluna merasakan mual dan ingin muntah membuat Bara kebingungan dan menarik pergelangan gadis itu untuk ke kamar mandi. Namun, belum sampai di dalam kamar mandi Aluna justru terpeleset dan jatuh menimpa tubuh Bara, seketika gadis berambut panjang itu muntah di atas kemeja pegawai ayahnya itu. "Sial. Apa yang kamu lakukan?" Bara terlihat kesal dan mendorong pelan tubuh Luna dari tubuhnya. Gadis cantik dengan wajah oriental itu justru tertidur setelah memuntahkan isi perutnya. Bara yang berbaring di lantai berusaha untuk mengontrol emosinya saat ini, walau napasnya naik turun tak terkendali. "Kenapa kamu harus muntah di sini?" gerutu Bara kesal. Laki-laki berdada bidang itu kini telah berhasil melepaskan kemeja kotor yang ia kenakan akibat ulah Aluna, ia lalu segera mengambil alat untuk membersihkan lantai dan mengepelnya hingga bersih. Bara kini justru menatap Luna yang masih tidur di lantai dengan dress terkena muntahnya sendiri. Bara memutar otak untuk mengatasi anak semata wayang pemilik perusahaan QN itu, bagaimana mungkin ia akan melepaskan dress itu dan melihat tubuh Aluna, bisa-bisa hal itu membangunkan miliknya yang telah tertidur nyenyak. Kamar dengan satu tempat tidur besar itu kini menjadi milik Aluna seorang diri, setelah Bara meminta tetangga apartemen sebelahnya untuk mengganti pakaian Aluna dengan kemeja putih dan celana pendek miliknya. Tentu saja ibu yang menggantikan baju Aluna itu diberitahu bahwa gadis cantik yang tengah mabuk adalah adiknya yang baru datang ke kota. Akan tetapi, entahlah wanita paruh baya itu percaya atau tidak dengan ucapan Bara. Bara kini bisa bernapas dengan lega, akhirnya gadis menyebalkan itu telah tidur nyenyak di tempat tidur sehingga ia bisa beristirahat dengan tenang setelah mandi air hangat. Jam kini telah menunjukkan pukul 07:00 WITA saat Aluna merasa terganggu dengan silau cahaya matahari yang masuk. Gadis itu berusaha meraih bantal untuk menutupi wajahnya. "Bik, ambilkan sarapan dan obat!" seru Aluna tanpa membuka mata. "Kepalaku pusing banget, nih," keluhnya. Bara yang telah selesai mandi dan tengah mengenakan kemeja hanya bisa menggeleng melihat kelakuan gadis yang sialnya ia cintai secara diam-diam itu. Karena tak mendapatkan respon, Aluna membuka matanya perlahan. Ia melihat ke sekeliling kamar, dinding, meja, kursi yang ada di ruangan itu tak ada yang ia kenali sehingga pandangannya berhenti pada sosok pria yang tengah mengancingkan kemeja di depan cermin. "Mampus aku!" lirih Aluna. "Bagaimana bisa aku ada di sini?" Aluna menenggelamkan diri dalam selimut. Bara yang berbalik dan mengira gadis itu masih tertidur. "Benar-benar tak tahu malu, apakah ia akan terus-terusan ada di sini?" gerutu Bara. Aluna yang menyadari bajunya telah berganti, segera membuka selimut dan duduk di atas tempat tidur. "Tidak!" jeritnya tiba-tiba sambil menyilangkan tangan di d**a. Bara yang terkejut menoleh dan menatap heran saat melihat tingkah Aluna. "Apakah kamu harus berteriak?" "Kamu, apa yang kamu lakukan padaku?" tanya Aluna dengan lantang. "Aku tak melakukan apa-apa," jawab Bara enteng lalu mengabaikan gadis manis itu. "Di mana bajuku? Kenapa aku memakai ini?" Aluna terlihat bingung. "Aku sudah mengirimkannya ke binatu," jawab Bara. "Apakah kamu lupa kejadian semalam?" lanjutnya. Aluna mengangguk-angguk, ia gadis itu memang benar-benar lupa akan kejadian malam tadi. "Kamu memuntahi aku dan kemejaku, bahkan lantaiku juga," ujar Bara sambil memicingkan mata. Seketika Aluna tersenyum tak enak hati, ia menggigit bibir bawahnya sendiri dan memasang wajah memelas pada Bara. "Maaf," ucapnya lirih. "Apakah kamu tak bisa dalam sehari tak membuat ulah?" Bara menatap kesal sambil melipat tangan di d**a. Aluna menghela napas lalu memasang senyum kuda yang memamerkan deretan giginya yang rapih. "Aku juga tak ingat kenapa aku bisa di sini, yang aku tahu semalam aku pergi ke bar." "Lalu siapa yang mengantar kamu ke apartemen?" Aluna terdiam, ia memajukan bibirnya dan memutar bola matanya mencoba mengingat apa yang sebenarnya terjadi semalam. Karena yang gadis itu ingat hanya meminum beberapa gelas minuman memabukkan bersama sahabatnya, Citra. "Jika kamu sudah sadar lebih baik cepat bersiap-siap, akan aku antar pulang," ujar Bara. Namun, kini Aluna tengah mengingat adegan semalam. "Lun, aku antar kamu ke rumah, ya," ujar Citra yang juga setengah sadar. "Ah, aku gak mau pulang antar aku ke apartemen Bara," pinta Aluna pada Citra. Setelah memberitahu alamat apartemen itu pada sopir pribadi Citra, maka sampailah Aluna di depan pintu tempat tinggal Bara. "Apakah kamu tak ingin pulang?" tanya Bara menyadarkan Aluna dari ingatannya semalam. "Iya, iya, aku akan bersiap-siap, bawel amat!" Aluna memasang wajah sewot dan segera menuju ke kamar mandi sambil memegangi kepalanya yang masih terasa sakit. Lebih baik gadis itu tak memberitahu Bara jika ia datang karena meminta diantar ke sini oleh Citra, jika anak buah ayahnya tahu, maka habislah harga diri Aluna. Ponsel Aluna terus berdering membuat Bara tak tahan lagi untuk tidak mengangkat panggilan itu sementara gadis itu masih berada di kamar mandi. "Hallo," ucap Bara. "Ada perlu apa? Lunanya sedang mandi." "Mandi? Wah, apa yang semalam telah kalian lakukan?" tanya si penelepon yang penasaran akan jawaban Bara.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN