First Job

2606 Kata
Marissa tengah merapikan tas beserta buku catatan kuliahnya. Hari ini ia akan ke agency untuk mulai beradaptasi dengan kegiatan-kegiatan yang nanti akan digelutinya. Marissa sangat senang. Ia telah meminta ijin kepada Yana dan juga Rosa, omanya. Setelah semua barangnya telah ia bereskan, Marissa lalu beranjak meninggalkan ruangan itu. Mengabaikan beberapa pasang mata yang sejak tadi memperhatikannya. " Dia itu kenapa sih? Emang dia hidup di planet mana?" tanya Tania. " Emang kenapa?" Lani ikut bertanya. " Ya liat deh. Dia tuh kayak nggak nganggep ada orang disekitarnya. Dan begonya cowok-cowok disini tuh penasaran sama dia. Bahkan gue tadi di tanyain sama anak fakultas sebelah" jelas Tania. " Termasuk Willy" ujar Zara. " Are you jealous baby?" tanya Willy dengan memicingkan matanya. " You know i'm the best" jawab Zara dengan senyumnya. " Mirror mirror on the wall. Who's the fairest om them all? You Zara" canda Kevin. Membuat Zara langsung memukul kepala Kevin dengan buku panduan mata kuliahnya. " Zar, gimana kalau kita ngundang si Rapunzel untuk ke pesta loe?" tanya Willy. " Untuk?" Zara memasang wajah datar. " Well, jadi kita bisa kenalan gitu. Kamu nggak mungkin insecure kan?" selidik Willy. " Oke. I will Willy. Puas?" jawab Zara. " You know i always do baby" Willy mencium pipi Zara. " And i wanna do it now" Zara membalas ciuman Willy, namun tepat di cuping telinganya. Membuat Willy langsung menarik tangan Zara untuk menuju parkiran dimana mobilnya berada. ** " Marissa?" tanya Sonya. " Iya. Mbak Sonya? " tanya Rissa kembali. Dan wanita berambut ikal sebahu itu memeluk Marissa. " Wow, kamu bahkan jauh lebih cantik dari portofolio kamu" " Mbak bisa aja. Mmm, mbak nyuruh saya kesini kan?" " Iya sayang. Ibu Angel mau ketemu kamu dulu. Langsung aja ya" Mereka lalu beriringan berjalan menaiki tangga sambil sesekali saling tersenyum. TOK TOK Sonya membuka pintu itu dan mempersilahkan Marissa untuk masuk lebih dulu. Nampak seorang wanita paruh baya dengan rambut pendek berwarna kemerahan sedang nampak membuka sebuah album. " Bu Angel. Ini Marissa." Wanita itu menaikkan pandangannya kepada Marissa dan tersenyum. " Kamu Marissa?" Marissa hanya mengangguk malu. Lalu Angel berdiri mendekatinya. " Kamu cantik. Sangat cantik. Fresh. Postur kamu bagus.Kamu punya pacar?" Marissa hanya menggeleng meski ia tidak tahu apa hubungan antara peryataan Ibu Angel barusan dan punya tidaknya Marissa akan seorang pacar. " Tidak ada bu. Saya baru sampai 3 hari lalu. Saya juga nggak berniat punya pacar" Sonya tersenyum mendengar jawaban Marissa. " Baik. Kamu siap bekerja? Sudah membaca kontrak kamu?" tanya Angel kembali duduk di kursinya sambil membuka sebuah map. " Sudah bu. Dan saya siap" jawab Marissa antusias dengan senyum yang merekah. Angel melihat kedua lesung pipi itu menghiasi wajah polos milik wanita muda dihadapannya. Wajahnya terlihat sangat menggemaskan membuatnya ikut tersenyum. " Baik. Kalau kamu sudah baca. Kamu boleh tanda tangan kontrak sekarang. Dan kamu boleh ikut untuk acara malam ini" Sonya pun tak kalah antusias. Menggenggam tangan Marissa. " Bener bu? Saya bisa langsung ikut kerja?" " Iya tentu saja. Tapi acara malam ini bukanlah runway atau pemotretan. Setiap model baru, akan saya ikutkan dulu untuk mengikuti event kecil. Seperti nanti malam. Kamu hanya cukup menyambut tamu. Nanti biar Sonya yang menjelaskan" jelas Angel. " Terima kasih bu Angel. Saya sangat senang" " Sama-sama sayang. Eh tunggu, kamu butuh nama panggung. Nama kamu terlalu panjang. Apa kamu punya nama panggilan?" " Iya. Keluarga saya memanggil saya Rissa". jawab Marissa Angel menaikkan sebelah alisnya. " Nggak. Rissa kurang pas buat saya.Mmm...Mia. Nama kamu Mia. Oke Mia sayang kamu boleh tanda tangan" Marissa mengangguk setuju. Dia setuju saja. Lagi pula Mia adalah nama boneka miliknya sewaktu kecil. Marissa telah membubuhkan tanda tangannya di atas kertas putih berisikan kontrak kerjanya. Pekerjaan pertamanya. Lalu setelah berjabat tangan, Marissa dan Sonya meninggalkan ruangan Angel yang kini sedang menerima panggilan dari seseorang. " Jadi Mia, kamu nanti malam akan bekerja sebagai Greeter. Semacam penjemput tamu. Kamu akan memeriksa undangan mereka di pintu masuk untuk mengantarkan ke meja sesuai kode di undangan mereka. Ingat, mereka orang-orang kelas atas. Kita harus hati-hati. Mereka kadang suka rewel dengan hal berbau tata krama,etika, kelas sosial dan sebagainya. Kamu sebaiknya datang lebih cepat agar bisa menguasai ruangan itu. Karena biasanya akan ada yang bertanya soal toilet, dan beberapa pertanyaan nggak penting lainnya." jelas Sonya dan Marissa menyimaknya dengan baik. " Baik mbak. Saya akan datang lebih cepat". " Kalau begitu. Kita ambil pakaian buat kamu dulu". Mereka berjalan ke sebuah ruangan yang bertuliskan " Make Up Room". Saat memasuki ruangan tersebut, sudah ada beberapa orang gadis didalamnya. Beberapa nampak tersenyum menyambutnya, sementara sebagian sibuk sedang mengepas pakaian seragam mereka untuk malam ini. " Oke, semuanya kita punya anggota keluarga baru. Namanya Mia. Dan dia akan ikut bergabung bersama kalian malam ini. Semoga kalian bisa kerja sama. Mia, kamu bisa coba ini. Ruang gantinya di sebelah sana" Mia mengambil pakaian yang disodorkan oleh Sonya dengan antusias. Dan menuju ruangan yang tadi dimaksud oleh Sonya. " Wow...Barang baru? Fresh, innocent, apa masih sekolah?" tanya Selin, salah seorang model yang nampak lebih dewasa dari model lainnya. Sonya mengangguk sambil tersenyum " Ehem... kuliah. Kamu baik-baik aja?" tanya Sonya karena melihat Selin yang terlihat sedikit pucat. " Tentu saja. Sampai ketemu nanti malam" jawab Selin dengan cepat dan mengambil kacamata dan pakaian yang sudah dimasukkannya ke dalam paper bag. ** ( Mulai sekarang author akan memakai nama Mia saja untuk menggambarkan Marissa ya...) ** Mia membuka pintu rumah milik neneknya. Baru saja akan berteriak memberi salam dan memanggil nama Rosa, namun ia mendengar sang nenek sedang berbicara diponsel miliknya. " Pak, kasih saya waktu 1 bulan. Akan saya lunasi. Jangan di sita dulu. Saya janji akan melunasi sisanya." " Baik pak. Baik. Terima kasih. Selamat sore" Dan iapun memutuskan panggilan teleponnya. " Ada apa oma?" tanya Mia saat melihat Rosa duduk dengan mata yang berkaca. " Nggak sayang. Oma nggak apa-apa" jawab Rosa sambil membalas genggaman tangan Mia. " Tadi aku dengar oma ngomongin soal rumah. Ada masalah sama rumah oma?" " Sebenarnya iya. Rumah ini dulunya pernah oma jaminkan ke bank untuk pengobatan opa dulu. Dan oma bayar dengan uang pensiun oma setiap bulannya. Hanya saja, biaya hidup sepertinya makin meningkat dan oma makin susah mengatur pengeluaran. Tapi oma juga nggak tega melepas rumah ini. Rumah ini mengingatkan oma tentang opa dan tentang ibu kamu." Mavi memeluk Rosa dan mengusap punggungnya dengan lembut. " Tenang aja. Rissa akan bantu oma. Tadi Rissa sudah tanda tangan kontrak dengan pihak agency dan malam ini Rissa akan ikut untuk kerjaan pertama Rissa. Oma nggak perlu khawatir. Oke?Kita akan lunasi pelan-pelan. Oma tenang saja" Rosa mengangguk dan tersenyum melihat semangat cucunya. " Iya sayang. Oma percaya. Kerjaan kamu jadi apa? " " Mmm....model oma. Oma tau kan aku pengen seperti mama. Berjalan percaya diri dan selalu terlihat cantik." " Kamu selalu cantik sayang" " Tesekkur ederim" Mereka berdua tertawa dan kembali berpelukan. Mia lalu masuk ke kamarnya yang terletak di lantai dua. Kamar milik ibunya sewaktu remaja. Ia lalu duduk di sudut tempat tidurnya sambil berpikir bagaimana cara mendapatkan uang untuk menebus kembali rumah milik omanya ini. " Aku pasti bisa temuin caranya. Pasti bisa. Aku akan kerja dengan keras. Aku akan bantuin oma" Ia lalu beranjak masuk ke kamar mandi dan bersiap untuk menghadiri acarabyang Sonya jelaskan padanya. Dan tentu saja Sonya akan menjemputnya karena ia belum tahu jalanan di ibukota " Mia, gimana? Udah siap? Saya bentar lagi sampai daerah rumah kamu" Sonya meneleponnya. " Iya sudah mbak." " Oke. Bye" Mia langsung turun menuju ruang tamu dan ternyata Yana sudah sedang berbincang dengan Rosa. " Mama? udah pulang? " " Iya sayang. Mama tadi ke kamar kamu tapi kamu mungkin lagi mandi. Oma bilang kamu sudah dapat kerjaan pertama kamu malam ini. Bener?" Mia menjingkrak kegirangan. " Iya ma. Aku akan di jemput sama mbak Sonya. Asisten ibu Angel pemilik agency. Dan kalian tahu, dia ngasih aku nama panggung. Ya karena nama aku terlalu panjang dan Rissa seperti kurang cocok." Yana dan Rosa saling memandang keheranan. " Trus nama kamu siapa?" " Mia Mama... Ibu Angel ngasih aku nama Mia. Ngingetin aku sama boneka aku dulu. Jadi aku setuju aja." " Terserah kamu sayang. Mama tahu kalau kamu tahu mana yang terbaik. Kami percaya sama kamu" " Trima kasih mama. " Mia memeluk ibu angkatnya itu. TOK TOK " Sepertinya itu mbak Sonya" Mia lalu beranjak untuk membukakan pintu. Dan beberapa menit kemudian ia masuk bersama Sonya yang langsung mendapat uluran tangan dari Rosa dan Yana. " Saya Sonya. Asisten pribadi ibu Angel. Saya mau menjemput Marissa karena kami memutuskan mulai memperkenalkan dia dengan pekerjaan barunya." " Tentu saja. Saya Yana, mamanya. Dan ini Rosa, omanya Marissa" Sonya mengangguk dan tersenyum ramah. " Mbak, mau jalan sekarang aja?" Sonya mengangguk dan pamit untuk segera menuju hotel dimana acara tersebut diselenggarakan. Beberapa modelnya sudah tengah bersiap di dalam kamar hotel yang disediakan untuk mereka berganti pakaian. Sesampinya disana, Sonya mulai memoles wajah Mia yang nampak kesulitan merias wajahnya sendiri. " Kamu nggak pernah dandan?" tanya Sonya saat mulai memoles eyeshadow pada kelopak mata indah milik Mia. " Pernah. Cuma aku masih belum bisa dandan sendiri. Dan aku pasti akan belajar caranya." " Tentu saja. Kamu harus bisa merias wajah kamu sendiri. Nanti aku akan ngasih kamu alat make up biar kamu bisa belajar sendiri di rumah." Mia mengangguk setuju dan akhirnya kini sisa memoles bibir kecilnya dengan lipstik berwarna merah terang. Mia terkejut melihat wajahnya. " Mbak, ini nggak kemerahan?" Sonya tersenyum mendengar Mia. " Kamu cantik sekali. Meski lipstik merah kelihatan berlebihan buat kamu, tapi kamu cantik sekali sayang. Sangat cantik." Ponsel milik Sonya berdering dan ternyata ibu Angel yang meneleponnya. " Aku angkat telpon dulu. Kamu rapikan sedikit. Nanti aku bantu kamu pakai baju" " Halo bu Angel" " Kamu dimana? Mia bagaimana?" " Saya sudah ada di hotel bu. Anak-anak lain sudah sedang ganti pakaian. Dan Mia baru selesai saya dandani sedikit." " Sonya dengar, ajari Mia tentang after party. Jelaskan apa yang harus dia lakukan nanti. Dia akan kita masukkan dalam daftar Diary. Saya juga baru saja sampai di hotel" jelas Angel. " Baik bu. Akan saya jelaskan sama dia. " lalu Angel memutuskan panggilannya. Sonya lalu memanggil Mia untuk berbicara empat mata. Mia memegang pakaian yang akan dipakainya nanti sambil menatap serius kepada Sonya yang berdiri di hadapannya. " Kenapa mbak?" Tepat " Mmm...Mia, saya harus menjelaskan tentang beberapa tugas tambahan buat kamu. Begini, setelah acara ini, akan ada yang namanya after party. Dan yang bisa mengikuti itu hanyalah kalangan VIP dan beberapa model yang masuk kedalam Diary. Itu istilah kami. Dan ibu Angel memutuskan kamu untuk ikut dan masuk dalam daftar Diary." " Oke. Tapi saya harus ngapain disana?" " Mmmm....Gimana ya saya menjelaskan sama kamu" Sonya nampak memilah kata yang tepat untuk ia sampaikan pada Mia. "Nggak banyak. Kamu hanya duduk menemani mereka bercerita. Tertawa meski nggak lucu. Membiarkan mereka sedikit memeluk kamu. Mencium pipi kamu. Dan..Ah,pokoknya kamu hanya perlu menyenangkan mereka." Angel kini berdiri di sisi Sonya. " Bu Angel... Maksudnya saya disuruh menghibur tamu VIP? Laki-laki?" " Hahaha... Tentu saja Mia. Dan tenang saja, mereka nggak akan macam-macam. Ini hanya after party. Kecuali kalau kalian memutuskan sendiri untuk lebih jauh. Dan tenang saja, mereka akan membayar kamu. Mereka membayar saya juga. Dan kami pun membayar kamu. Mengerti?" Mia menggeleng dengan pelan. " Nggak perlu pusing. Belum tentu juga mereka milih kamu" celetuk Selin yang berlalu di samping mereka. " Ya sudah. Semuanya dalam 15 menit sudah ada di venue. Selin rambut kamu kurang rapih" Lalu Angel beranjak meninggalkan kamar hotel tersebut. Meninggalkan Mia yang memikirkan perkataannya tadi. Sungguh ini diluar dugaannya. Ia tidak pernah menyangka akan berhadapan dengan hal semacam ini. Dulu saat di sekolah menengah atas, ada beberapa temannya yang pernah ia dapati tengah bermanja-manja dengan pria yang jauh lebih tua. Yang kemudian bertemu kembali lalu dengan pria yang berbeda. Dan sekarang ia akan berhadapan dengan hal seperti itu pula. " Mia, udah selesai? Kita sudah mau turun." Sonya datang dan membuyarkan lamunannya. " Iya sudah mbak. Saya beresin tas saya dulu" " Mia, saya tahu kamu pasti keberatan. Tapi ini hal biasa di dunia seperti ini. Kamu hanya menemani mereka berbincang dan minum. Mereka akan memeluk kamu pastinya. Kalaupun ingin lebih, itu terserah kamu. Lagipula, ini hanya pengenalan untuk kamu dulu. Mereka biasanya lebih memilih Selin yang sangat berpengalaman ataupun Vivi. Tapi di depan kamu, akan banyak hal mengejutkan lainnya. Kalau beruntung, mereka akan sangat memanjakan kamu sayang" " Tapi mbak, saya belum pernah dekat sama laki-laki. Saya bahkan..." " Mia, are you a virgin?" Mia mengangguk pelan dan mengaitkan rambutnya ke telinga. " Wow... You are a amazing. Gini, aku akan coba ngomong sama bu Angel. Well, aku yakin kamu nggak mau melakukan hal itu pertama kali dengan orang yang tidak kamu kenal dan tidak kamu sukai kan?" Mia kembali mengangguk. " Ya sudah, kita turun dulu" ** Mia nampak mulai menyambut beberapa tamu undangan. Ia pun tersenyum dan berbincang dengan beberapa tamu dan juga temannya. " Maaf, boleh saya lihat undangannya?" tanya Mia pada seorang pria paruh baya berwajah oriental yang hendak memasuki venue. " Sorry?" Selin lalu berlari dan mengambil alih tamu tersebut dengan sedikit terlihat panik. " Mr. Chen...maaf dia baru bekerja hari ini. Anak baru. Mari saya tunjukkan mejanya." Ucap Selin sambil menuntun pria yang kini menatap Mia dari ujung kaki hingga ujung rambutnya. " Dia pemilik hotel dan sponsor utama acara ini" bisik Selin pada Mia. Mia menutup mata akan kebodohannya. Acara pun berlangsung dan kini Mia dan beberapa model lainnya hanya ikut menikmati acara dengan saling berbincang. " Hai Mia. Aku Alena. Kamu bisa panggil aku Lena. Aku juga masih terbilang baru. Baru sekitar 5 bulan" ucap Lena dengan senyum manisnya. Gadis dengan rambut sebahu berwarna hitam pekat dengan kulit yang sangat pucat. Mia yakin umurnya tidak terpaut jauh dari Lena. " Hai Lena." ucap Mia dengan senyum yang tak kalah manisnya. Beberapa meter dari tempatnya berdiri, Mr. Chen nampak memperhatikan Mia dan kini memanggil asistennya. " Mia, please kamu jangan langsung menoleh. Tapi kayaknya Mr. Chen suka sama kamu" Mia memutar bola matanya. " Mungkin ingat sama cucunya" jawab Mia yang membuat Lena tertawa. " Hahahaha...sepertinya." " Ini kapan selesainya? Cowok aku sudah ada di parkiran" lanjut Lena " Kamu nggak ikut acara after party?" Lena tersenyum. " Nggak. Aku punya pacar. Dan kami berencana untuk serius. Aku nggak masuk Diary. Lagian aku nggak memenuhi syarat " Mia mengangguk. " Mia, ikut saya" tiba-tiba Angel sudah berada di belakang Mia. ** Angel mengajak Mia berbicara di luar venue agar lebih leluasa. " Mia, asisten Mr. Chen tadi meminta kamu untuk menemani Mr. Chen. Kamu, Selin , Anya dan Vivi" " Saya? Tapi saya.." " Dengar, Sonya sudah ngasih tahu tentang kamu. Dan saya menghargainya. Kamu hanya ikut dan menemani Mr. Chen. Kemungkinan dia hanya akan meminta Selin untuk menemaninya sampai pagi. Dia tidak begitu suka dengan gadis pemalu. Jadi kamu bisa sedikit tenang. Gini, kebanyakan pria-pria tua selalu mengira mereka sangat hebat. Sangat bisa bertahan lama. Tapi kenyataannya, mereka bahkan sudah tertidur sebelum memulai. Mengerti maksudnya? Tapi jangan khawatir, mereka akan membayar kamu cukup banyak. Kalau mereka sangat menyukai kamu, mereka bahkan bisa jadi sponsor buat kamu." Mia mengangguk. " Ya sudah. Saya tinggal. Kamu bisa pergi sama Selin dan lainnya." Mia hanya bisa ikut melambaikan tangan saat Lena juga Sonya beranjak meninggalkan tempat itu. Selin mendekatinya dan merangkul pundaknya " Ready baby?". Mia hanya terdiam Mia tetap terdiam saat kini ia sudah duduk diantara Selin dan Mr. Chen. Ada pula Vivi dan Anya yang juga menemani rekan dari Mr. Chen. Bergelanyut manja dan tanpa segan membalas ciuman di pipi pasangan mereka. Nampaknya hanya Mia sendiri yang merasa risih. Ia lalu pamit untuk ke toilet saat iaa merasa tangan Mr. Chen meraba betisnya. Di toilet Mia membasuh wajahnya. Tak terasa air matanya mengalir. Ia tidak pernah membayangkan hal seperti ini. Ia ketakutan dan ia merasa seperti menjual dirinya. " Nggak. Aku nggak bisa seperti ini. Lena bisa tidak melakukan ini. Aku pun bisa. Aku nggak mau masuk dalam Diary" Mia lalu beranjak keluar dan menuju kamar hotelnya tadi untuk ia berganti pakaian. Mia lalu meninggalkan hotel itu. Berjalan entah kemana. Ia menangis karena semua ternyata tidak semudah yang diinginkannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN