Ponsel Mia berdering membuatnya mau tidak mau harus membuka matanya yang masih terasa berat akibat semalam ia harus begadang mengerjakan tugas kuliahnya setelah pulang dari Agency.
" Iya halo mama" jawab Mia masih dengan suara bangun tidurnya..
" Ya ampun Mia. Kamu masih tidur? Emang kamu tidur jam berapa semalam?"
" Jam 3 atau 4 aku nggak ingat. Mama kenapa telepon pagi-pagi?" Mia masih dengan posisi tengkurapnya, mata terpejam dan dalam selimut.
" Pagi-pagi? Marissa -Mia- Yildiza, sekarang sudah jam 11 sayang...bahkan udah mau siang. Mama aja lagi jalan ke kantin ini. Kamu nggak kuliah emang?"
Mia langsung membuka matanya dan mencari jam weker yang sejak tadi ia tutup dengan bantal.
" Mama, gawat. Kenapa mama baru bangunin aku sekarang. Aku telat ma." Mia langsung mematikan ponselnya. Dan langsung berlari ke kamar mandi.
Hari ini adalah hari terakhir latihannya. Dan malam ini mereka akan melakukan beberapa rangkaian persiapan acara karena besok malam, peragaan busana yang telah lama Mia impikan akan dilaksanakan.
Mia telah selesai berpakaian dan langsung menyambar tas kuliahnya. Ia berlari menuruni tangga dengan tergesa-gesa.
" Selamat pagi Marissa, kamu sudah bangun sayang?" tanya Rosa yang melihat cucunya sedang memakai sepatunya.
" Pagi oma. Maaf oma aku telat banget"
" Kamu mau ke kampus?"
" Iya, aku harus ngumpulin tugas dulu dan harus ke agency juga" Mia mengambil s**u dari kulkas.
"Kamu nggak sarapan? Oma siapin ya"
Mia menggeleng sambil meneguk susunya.
" Nggak usah oma. Rissa udah telat. Nanti aja sekalian makan siang. Mia juga harus diet" ia lalu mencium pipi Rosa.
" Oma lebih suka kalau kamu jadi Marissa yang suka makan" protes Rosa.
" Aku jalan ya Oma. Ojek aku sudah nunggu di depan. Dah oma"
Rosa menggelengkan kepalanya. Ia seperti melihat putrinya sendiri. Yang sibuk mengejar cita-citanya. Namun tidak seperti ibunya, Marissa memiliki impian lainnya. Ia juga ingin menjadi seorang pekerja kantoran. Ia tidak sepemimpi ibunya. Marissa terbilang lebih rasional dan lebih dewasa dari umurnya.
Tak terasa air mata Rosa menetes membayangkan mendiang putrinya.
" Andai kamu masih ada, kamu pasti akan bangga sama anak kamu. Dan bahkan anak kamu yang akan jauh lebih dewasa dari kamu sayang."
**
"Acara kamu besok ya Ris?" tanya Raffa begitu kelas mereka telah selesai.
Mia membereskan buku catatan dan mengangguk menjawab pertanyaan yang Raffa ajukan.
" Kamu udah siap?"
" Terus terang aku sangat sangat sangat gugup. But i'm so excited too."
Raffa tertawa melihat tingkah Marissa yang nampak sangat bersemangat.
" Aku ikut seneng buat kamu"
" Makasih loh Raf. Kamu tahu sendiri kalau aku udah mimpiin hal ini sejak lama"
" Jangan lupa traktir aku ya"
" Tentu aja. Yuk"
Mereka lalu berjalan meninggalkan tempat duduk mereka.
Saat sedang asik berbicara tentang mata kuliah mereka, Jeff tiba-tiba muncul dan menghentikan langkah kaki Marissa.
" Mia, aku pengen ngomong"
" Maaf saya lagi buru-buru" jawab Mia dengan malas.
" Sebentar aja."
" Huffftt...ngomong aja"
" Saya mau ngomong berdua" Jeff melirik pada Raffa yang berdiri mematung di sebelah Mia.
" Mau apa lagi kamu?" sela Raffa ketika Jeff kembali ingin mendesak sahabatnya.
" Raff, it's okay. Aku bisa ngadepin dia. Kamu ke kelas kamu aja. Aku juga langsung mau jalan kok"
" Kamu yakin?"
Jeff tersenyum sinis mengejek saat mendengar perkataan Raffa yang merasa bisa melindungi Marissa dari dirinya.
Sedangkan Marissa hanya mengangguk untuk meyakinkan Raffa.
" Ya udah. Aku ke kelas. Kamu hati-hati. Disini banyak orang yang bertindak seolah mereka baik" sindir Raffa.
Mia melambaikan tangannya saat Raffa ingin meninggalkan mereka.
"Mau ngomong apa?" tanya Mia to the point.
" Kita cari tempat lain untuk ngobrol. Disini nggak enak"
" Nggak enak atau nggak mau cewek kamu lihat?"
" Aku sama Bella udah-----"
" Udah. Saya nggak mau tau. Udah nggak ada yang perlu kita omongin. Saya buru-buru" Mia memotong perkataan Jeff dan hendak meninggalkannya namun Jeff kembali menghadang langkahnya.
" Mia please... Aku---"
" Saya nggak mau dengerin kamu. Permisi" Mia berjalan menerobos Jeff dan menabrak pundak kanan pria yang menghalangi langkahnya itu.
Jeff tertunduk namun sudut bibirnya tersenyum. Baru kali ini ia mendapat perlakuan seperti ini dari seorang gadis yang dikejarnya.
" I know you are special"
**
" Kamu udah datang? Kamu ketemu bu Angel dulu. Ada yang mau dia sampaikan.
Mia baru saja datang dan ia langsung disambut oleh Sonya.
" Baik mbak. Aku keatas dulu"
" Mmm...Mia, kamu pasti bisa. Semangat ya"
Mia hanya mengangguk meski bingung dengan maksud perkataan Sonya.
Mia lalu berjalan menuju ruangan dimana Angel berada.
Pintu ruangan itu sedikit terbuka dan Mia dapat mendengar perdebatan antara Selin dan juga atasannya itu.
" Tapi gimana bisa bu? Bukannya sampai kemarin masih aku yang selalu jadi model penutup?"
" Trus saya bisa apa? Ini permintaan mereka. Saya bisa nolak?"
" Tapi kenapa harus dia? Dia baru bu, dia belum pengalaman"
" Justru itu yang mereka mau. Sudah, lebih baik kamu persiapkan diri kamu. Satu jam lagi kita akan berangkat" Angela mengibaskan tangannya agar Selin segera keluar dari ruangannya.
Selin meninggalkan ruangan itu dengan emosi yang berusaha diredamnya. Tepat disaat ia membuka pintu, sosok Mia yang mematung menatapnya.
" Bagus. Belum puas nyuri posisi saya, sekarang kamu juga nguping pembicaraan saya?" tanya Selin dengan sinis.
" Saya nggak tahu"
Jawab Mia dengan melewati Selin dengan acuh lalu membuka pintu ruangan Angela.
" Mia...Duduk sini ada yang mau saya omongin"
Mia menarik kursi yang berada di depan meja kerja Angel dan duduk dengan tenang.
" Ada..ada apa bu?" tanya Mia dengan ragu.
TOK TOK
Pintu terbuka dan Sonya masuk dengan membawa sebuah kotak hitam dengan pita berwarna perak. Kotak itu kemudian ia letakkan di atas meja di hadapan Angel dan Mia.
" Mia, malam ini kamu yang akan menjadi model penutup. Dan itu berarti tanggung jawab kamu lebih besar. Kamu harus memberi kesan mendalam pada acara malam ini juga kepada orang yang ada di ruangan itu. Ini akan jadi babak pembukaan buat kamu. Batu loncatan dan kesempatan kamu untuk dikenal oleh semua orang."
Mia melirik Sonya yang berdiri di sisinya. Sonya tidak menampakkan raut wajah senang meski bibirnya tersenyum.
" Malam ini kamu juga mendapatkan client pertama kamu." lanjut Angel.
Jantung Mia berdetak lebih cepat dari biasanya. Client pertama? Apakah maksudnya orang yang akan menyewanya? Apakah client yang dimaksud adalah client untuk Diary?
Sonya berpindah duduk di kursi yang berada di sebelah Mia. Ia kemudian duduk dan mengusap punggung tangan Marissa.
" Mia, kamu tahu kan mbak suka sama kamu. Mbak mau yang terbaik buat kamu. Bu Angel benar, ini kesempatan besar buat kamu. Client kamu nanti malam bukan orang sembarangan. Dialah yang meminta kamu untuk jadi model penutup malam ini. Ini langkah besar buat karir kamu"
Mia menelan ludahnya dan menatap Angela dan Sonya bergantian. Ia tidak tahu harus berkata apa.
" Kamu hanya harus membuat mereka sangat terpesona sama kamu malam ini. Dan kalau kamu berhasil, maka selanjutnya kamu akan sudah dikenal dalam bisnis ini. Wajah kamu akan sangat menarik perhatian mereka."
" Tapi saya...."
Angel langsung memotong ucapan Mia.
" Mia, jangan coba-coba! Saya nggak mau mendengar teori prinsip hidup kamu saat ini. Kamu yang meminta ini. Kamu yang meminta kesempatan kedua. Jadi lebih baik sekarang kamu persiapkan saja diri kamu"
Sonya melihat Mia sedikit tertekan.
" Nah Mia, coba lihat. Ini adalah hadiah dari client kamu. Dia pengen kamu pakai baju ini nanti. Coba deh kamu buka. Mbak juga mau lihat" Sonya berdiri dan mencoba membantu Mia untuk membuka kotak hitam mewah tersebut.
" Wow...Cantik banget" ujar Sonya sambil mengangkat sebuah gaun dari dalam kotak itu.
Gaun pendek indah berwarna silver dengan bahan renda berlengan panjang dan kerah V hingga mencapai perut bagian atas. Dan dipermanis dengan pita kecil pada bagian pinggangnya.Gaun itu bertabur beberapa permata kecil yang membuatnya nampak sangat elegan, seksi namun manis disaat bersamaan. Kotak itu lengkap dengan high heels berwarna serupa di dalamnya.
Mia menatap gaun itu sesaat dan ia tidak dapat memungkiri bahwa gaun itu sangat indah. Namun Mia tahu bahwa gaun itu adalah gaun yang akan dikenakannya saat akan melayani p****************g yang akna menyewanya.
" Ini alamatnya. Sebenarnya dia juga akan datang malam ini. Tapi karena dia harus menjamu rekan bisnisnya dari luar negeri, jadi setelah acara dia harus langsung menyelesaikan urusan bisnisnya dulu. Seorang supir akan datang menjemput kamu dan mengantar kamu ke tempat yang dimaksud. Ini kamu pegang. Kamu nanti sisa kasih ke resepsionist hotel" jelas Angel pada Mia.
Mia lalu mengulurkan tangan menerima kartu yang diberikan oleh Angela padanya.
Kartu itu tanpa nama. Hanya bertuliskan nama sebuah hotel dan nomor kamar. Dan setahu Mia, dari blog-blog travel yang sering dibacanya, hotel ini adalah hotel yang sangat berkelas juga mewah.
" Karena alasan privasi, dia tidak mau namanya kami beritahu. Tapi kamu tenang saja, saya kenal sama dia. Dia bukan orang sembarangan. Dia bukan mafia ataupun pembunuh. Dia akan memperlakukan kamu dengan baik. Tenang saja"
Lanjut Angel saat melihat kegugupan di wajah Mia.
" Malam ini?" tanya Mia akhirnya.
" Tentu saja malam ini. Persiapkan diri kamu."
Ponsel Angel berdering dan ia langsung menjawabnya.
" Ya halo"
"......."
" Oke. Baik. Mereka akan kesana. Terima kasih"
"...."
Angela lalu menyimpan kembali ponselnya di atas meja.
" Oke. Itu saja. Mobil kalian sudah siap. Kalian silahkan turun ke bawah. Dan kita ketemu disana" ujar Angel dengan merapatkan kedua telapak tangannya.
" Saya udah nggak sabar melihat penampilan kamu Mia. Besok wajah kamu akan ada dimana-mana. Saya yakin kamu mampu"
Mia berdiri dari kursinya dan Sonya membantu untuk membawa kotak hitam tadi.
" Semoga" ucap Mia dengan tatapan datarnya .
**
Christian merapikan jasnya lalu bersiap turun dari mobilnya. Sesampainya di lobby, asisten pribadi setianya dengan sopan membukakan pintu agar pria tampan itu dapat keluar dari mobil mewahnya.
Saat Christian turun, puluhan lampu kamera langsung menyorot wajah tampannya. Mengambil gambar dirinya dengan bebas. Christian memang sangat jarang menghadiri acara-acara yang melibatkan banyak pencari berita. Apalagi jika bukan ada alasan khusus, maka ia biasanya mengutus orang kepercayaannya untuk datang. Namun saat ini, ia memiliki alasan khusus. Ia ingin melihat secara langsung gadis yang telah beberapa hari ini ia pandangi potretnya.
" Pak Christian, selamat datang" sapa pemilik hotel dimana acara ini berlangsung.
Christian tersenyum ramah dan menerima uluran tangan dari pria berambut putih tersebut.
" Pak lihat kamera dong pak" pinta seorang wartawan.
Christian lalu menoleh dan tersenyum padanya. Puluhan kilatan lampu kamera langsung menyerbunya. Semenit sesudah itu ia langsung memasuki hotel tersebut bersama dengan pemilik hotel yang tadi menyambutnya.
" Kenalkan ini putri saya pak. Irina" Ucap pria tadi ketika seorang wanita seksi dan cantik berusia sekitar 30 tahun mendekat dan berdiri di sebelahnya. Wanita itu lalu mengulurkan tangannya kepada Christian.
" Selamat malam pak Christian. Ternyata bapak banyak fans nya ya pak?" Tanya wanita berambut hitam pekat sebahu itu.
Christian menerima uluran tangannya dan ia merasa pernah bertemu wanita tersebut.
" Selamat malam. Saya tidak tahu kalau bapak punya putri yang cantik"
Wanita itu tersenyum dan mengaitkan rambut di telinganya.
" Hahahah... Iya pak, anak saya ini baru kembali dari Inggris. Mari pak, kita masuk saja kalau begitu"
Tanpa Christian sadari wanita tersebut melirik padanya dengan tatapan sinisnya
" Christian Moreno, ternyata kamu sudah lupa pada saya." ucapnya dalam hati
**
Acara telah akan dimulai. Musik dan lampu sorot telah memulai pembukaan bahwa acara akan segera berlangsung. Para tamu sudah duduk di tempatnya masing-masing. Para model telah bersiap di barisannya masing-masing sambil menunggu barisan. Mereka semua nampak luar biasa dengan gaun dan riasan wajah mereka.
Nampak si koreografer masih sibuk mengingatkan dan mengarahkan para model di detik-detik terakhir.
" Lakuin persis seperti gladi resik tadi. Oke? Perhatikan blocking kalian. Jangan sampai jatuh." pria gemulai itu berulang kali mengucapkan hal yang sama.
Mia menarik napasnya dan membuangnya perlahan.
" I can do it. Mama, wish me luck" Mia menutup matanya sambil membayangkan wajah mendiang ibunya.
Queerer kini telah menyuruh model pertama yaitu Selin untuk keluar. Suara musik terdengar di telinga Mia membuatnya ikut berhitung dalam hati. Dan setelah hitungannya sampai, model kedua kini telah ikut untuk menampilkan dirinya di panggung.
Sonya yang melihat kegugupan Mia langsung menggenggam tangannya dan disambut oleh genggaman Mia yang lebih erat dengan telapak tangan yang terasa sangat dingin.
" Kamu bisa sayang. Kamu pasti bisa. Mama kamu pasti bangga banget lihat kamu saat ini" ucap Sonya menguatkan gadis dihadapannya itu.
Mia membuka matanya dan memeluk Sonya.
" Makasih mbak "
Kini model keempat telah meninggalkan backstage dan model pertama dan kedua tadi nampak sibuk berganti pakaian dan dibantu oleh dresser.
Hingga tiba saatnya Mia harus keluar dan mengisi panggung. Jantung Mia berdebar hebat ketika ia berdiri di ujung panggung menunggu gilirannya. Lena nampak luar biasa dengan pose-pose yang dilakukannya di ujung catwalk. Dan saat Lena telah berbalik untuk kembali masuk ke back stage, Mia tahu bahwa kini gilirannya.
Perlahan Mia menarik napasnya lalu membuangnya kembali dengan perlahan. Setelah mendapat isyarat, Mia melangkahkan kakinya tepat disaat lampu sorot langsung mengarah padanya.
Saat Mia telah berjalan ia kembali menjadi dirinya seperti biasa. Mia yang tidak begitu peduli dengan perkataan orang lain tentangnya. Mia yang selalu nampak kokoh dan percaya diri. Jantungnya pun telah bisa diajak kompromi. Ia kembali berdetak dengan normal dan tenang.
Tepat di sisi catwalk, Christian yang mengamati Mia sejak ia keluar dari backstage kini dapat melihat sendiri pesona gadis yang dulu dilihatnya. Gadis yang menurutnya nampak ceroboh saat itu. Gadis yang ia pandangi beberapa malam terakhir. Tanpa sadar, Christian menyunggingkan senyumnya. Hal yang tanpa diketahuinya tengah diperhatikan oleh Angel yang duduk tak jauh darinya dan juga dari Irina yang sejak tadi mengamati gerak gerik pria yang dulu pernah mengamhabiskan malam dengannya.
Setelah melakukan pose dan dipotret oleh puluhan kamera, Mia lalu berjalan menuju back stage untuk mengganti pakaiannya.
Catwalk kini diisi oleh artis yang juga menjadi pengisi acara tersebut.
Sementara di belakang panggung, Sonya memeluk Mia dengan erat.
" Mia kamu bagus banget tadi. Kamu hebat"
" Bener mbak?" tanya Mia dengan antusias dengan sedikit berjingkrak.
" Iya kamu bagus sayang. Tapi siapin diri kamu kembali. Ayo ayo sini, aku kasi kamu gerakan tambahan. Ai yakin ini bikin kamu langsung melejeeeeeet" ucap sang koreografer dengan suara yang dibuatnya sedikit sengau.
Mia berganti pakaian dibantu oleh Sonya, sang designer dan juga seorang dresser.
" Jadi gaun kamu ini, buatan khusus. Di ujung catwalk nanti saat kamu berputar, saya akan menekan tombol ini dan kamu hanya perlu melakukan pose. Apa yang terjadi nanti akan jadi kejutan untuk kamu dan semua audience. Got it?" tanya sang designer.
Mia mengangguk paham.
" Ya sudah, kalau gitu kamu kembali ke barisan. Ingat, kamu harus dua kali berputar di ujung catwalk." ujar sang koreografer.
Mia kembali mengangguk. Ia menatap Sonya yang mengisyaratkan dengan tangannya agar Mia semangat.
Mia lalu berjalan untuk kembali berada dalam barisan untuk menunggu gilirannya. Kini ia sudah tidak segugup seperti di awal pertunjukan. Ia sudah bisa lebih menguasai keadaan.
Dan kini tiba gilirannya. Ia kembali melangkahkan kakinya dengan percaya diri. Dagunya terangkat dengan langkah yang teratur dan matanya lurus kedepan.
Mia mengenakan gaun berwarna biru muda dengan model party mini dress. Bagian atasnya berbentuk korset dan bagian bawahnya seperti kelopak bunga melebar. Sepatunya bermodel gladiator boots dengan heels yang membuat kakinya nampak sangat seksi. Hingga ia tiba di ujung catwalk, seperti yang telah diarahkan, Mia harus berputar dua kali. Dan tepat pada putaran kedua, gaun Mia kini berubah menjadi berwarna merah menyala. Mia yang takjub dan heran, tak kuasa menahan senyum dan kekagumannya. Ia lalu kembali berputar dan membuat ikatan rambutnya tanpa sengaja terlepas. Dan tentu sajan hal itu malah membuat para penonton lebih terkesima akibat visual yang Mia tampilkan.
Angel mengangguk kagum dengan kedua tangan yang saling menempel di depan bibirnya. Ia sangat puas dengan penampilan Mia malam ini. Semuanya nampak alami dan apa adanya.
Mia lalu merapikan rambut dengan tangannya dan sekali lagi melakukan pose sebelum akhirnya berbalik untuk menjemput sang designer.
Kini sang designer telah keluar dan Mia memberinya karangan bunga yang dibawa oleh teman-teman modelnya saat ini. Mereka semua kemudian berjalan bersama-sama sekali lagi sebelum memberikan salam hormat perpisahan.
" Mia, kamu luar biasa banget sayang. Oh Mia ku sayang. Mbak seneng banget" pekik Sonya menghampiri Mia di backstage sambil mencak-mencak kegirangan.
" Aku nggak salah kan mbak? Aku nggak sengaja rambut aku kenapa bisa lepas"
" It's oke sayang. Itu malah membuat kamu lebih alami tadi. Sukak banget deh" ucap sang koreografer pria gemulai tadi.
" Makasih banyak kak"
" You welcome cantik"
Mia lalu dibantu oleh beberapa orang termasuk Sonya untuk melepaskan segala pernak pernik show di tubuhny.
" Mia, kamu hebat. Sepertinya semua orang suka sama kamu" Ucap Angel yang kini datang dengan kotak hitam pakaian Mia ditangannya.
" Saya yakin, ada seseorang yang sudah tidak sabar ingin ketemu kamu".sambung Angel
Mendengar ini Mia langsung mengubah ekspresi wajahnya.
" Saya sudah menelpon mama kamu. Kalau malam ini kamu harus ikut acara semacam bersama pihak sponsor dan lainnya. Hal seperti ini memang ada, hanya saja untuk malam ini kamu tidak perlu ikut. Ini pakaian kamu. Kamu bisa membersihkan diri dulu dan sebentar lagi supir akan menjemput kamu. Sonya kamu ikut saya. Kita tunggu di lobby." ucap Angel lagi lalu meninggalkan ruangan itu.
Sungguh Mia tidak ingin melakukan ini namun ia kembali mengingat kejadian tadi pagi saat Rosa kembali menerima telepon dari pihak bank.
" Aku harus gimana?"