First Heartbreak

1532 Kata
" Ingat Mia, ini kesempatan terakhir kamu. Dia menyukai kamu, makanya project ini jadi milik kita. Jadi jangan coba-coba menghancurkan kami semua. Sudah, kamu jangan pikirkan hal lain dulu. Sonya, mulai sekarang persiapkan Mia dengan semua urusannya. Latih dia sebaik mungkin. Saya percaya sama kamu." jelas Angel Mia dan Sonya mengangguk setuju. Mereka lalu meninggalakan ruangan Angel untuk melakukan beberapa pelatihan untuk Mia. Mia terlihat nampak antusias dan percaya diri. Meski nampak malu-malu namun kini Mia sudah bisa membiasakan diri dengan pakaian terbuka, hal yang tidak mungkin dihindarinya jika bergelut di bidang ini. Tak terasa waktu latihan mereka telah berjalan cukup lama dan kini Mia baru bisa memegang ponselnya. Ada beberapa panggilan tak terjawab dari Yana, omanya, Raffa dan juga Jeff. Namun Mia hanya sempat membalas pesan Raffa dengan mengatakan bahwa ia sedang mengikuti pelatihan tadi. Sonya lalu memutuskan untuk mengantarkan Mia pulang karena hari sudah cukup malam. Mia juga membutuhkannya untuk sedikit menjelaskan tentang jam kerjanya di agency agar keluarganya tidak terlalu khawatir. Dan disinilah Sonya sekarang, duduk diantara Yana ,Rosa, Widya dan Salam, sahabat Rosa yang tinggal satu beberapa rumah dari mereka. " Maaf kalau Mia akhir-akhir ini harus pulang lebih lambat dari biasanya. Kami akan ada peragaan busana dalam beberapa minggu lagi. Dan Mia___, maksud saya Marissa kami masukkan dalam daftar. Karena dia baru masuk, jadi kami sangat fokus untuk membimbing dia mengejar ketinggalan." Mereka semua nampak paham dengan penjelasan Sonya. " Dan nanti akan ada beberapa acara yang bisa memungkinkan Mia untuk menginap. Jika acaranya di luar kota, ataupun biasanya klient akan membuat pesta semacam ramah tamah dan semacamnya." tambah Sonya sekedar mewanti-wanti siapa tahu suatu saat Mia harus menemani klient maka Mia tidak akan terlalu panik dengan anggota keluarga yang mencarinya. " Tapi apa akan mengganggu kuliahnya?" tanya Rosa. Rosa adalah orang yang paling giat menyemangati Marissa untuk urusan pendidikan dan cita-citanya. Ia menginginkan Marissa menjadi seorang arsitek. Karena itulah ia sangat bersusah payah untuk memasukkan Marissa di perguruan tinggi terbaik meski dengan bantuan beasiswa. " Tentu saja tidak. Kami sebisanya melatih Marissa di jam setelah kuliahnya selesai" jawab Sonya. " Ya sudah. Kami percaya sama kalian. Tolong jaga Marissa ya. " ucap Yana. " Kalau gitu, sekarang kita makan kue buatan oma dulu. Rissa, ini baklava kesukaan kamu" ucap Rosa sambil memberikan sebuah piring kecil berisikan sepotong kue yang disukai oleh cucu kesayangannya. " Oma, ini enak banget. Aku jadi kangen sama baba. Dulu aku sama baba akan duduk depan TV sampai kue ini habis semuanya." Ucap Marissa sambil memasukkan kue kedalam mulutnya dengan mata yang terpejam. Seolah dengan begitu ia bisa berada di suasana yang sama sewaktu bersama kakeknya. ** Marissa sedang berjalan hendak menaiki tangga menuju dimana ruang kelas mata kuliahnya berada. Namun dari bawah ia dapat melihat Jeff sedang berciuman dengan seorang wanita. Namun bukan Marissa namanya jika ia tidak bisa mengontrol ekspresi wajahnya. Ia berjalan seperti biasa tanpa menoleh sedikitpun. Namun ia tahu jika Zara yang tak jauh dari tempatnya berdiri kini nampak tersenyum licik. " Bel, bisa tolong ambilin hape aku di mobil? aku harus ketemu asisten dosen dulu" tanya Jeff pada Bella dan langsung dilakukan oleh wanita itu. Jeff lalu berjalan mendekati Mia yang kini sudah berada tak jauh darinya. " Ada apa Jeff? Apa yang mau kamu omongin?" " Ris, ini nggak seperti yang kamu pikirkan" Marissa memasang wajah dingin. " Oke. Apa kamu tahu yang saya pikirkan? Dan soal kejadian kemarin malam?" " Maksud kamu? Ris, jangan bilang kamu menganggap itu serius. Dengar, aku punya pacar. Kami sudah lama. Kemarin kami memang bertengkar dan Bella pergi untuk menenangkan diri. Trus kamu muncul dan bikin aku bingung. Tapi aku benar-benar nggak berniat mempermainkan kamu. Hanya saja-----" " Sudah? Saya nggak butuh penjelasan kamu. Saya mengerti. Saya yang salah. Saya yang terlalu naif. Saya mengira kamu bukan b******n. Dan selamat, kalau kalian bisa balikan. Tapi tolong, berhenti nebut diri kamu dengan sebutan A-K-U. Kita tidak seakrab itu." Marissa mencoba menahan air matanya. Berjalan dengan dagu terangkat tanpa menoleh pada siapapun. Raffa yang melihat hal itu lalu berdiri di hadapan Jeff " Wow. What a man!" dengan senyum mengejek. " Apa? Apa maksud kamu?" Namun langkah Jeff yang ingin mendatangi Raffa harus terhenti saat Will langsung memeluknya agar tidak membuat keributan. Kini dosen mereka telah memasuki ruangan dan nampak para mahasiswa telah mengikutinya. Seperti biasa Marissa duduk di barisan kedua dari depan. Namun tetap saja ia menjadi yang terdepan, bersama Raffa tentunya jika mata kuliah mereka memang sama. Jeff menatap Marissa dari kejauhan. Entah mengapa ia merasa sakit ketika melihat wanita itu nampak biasa saja. Ia bahkan tidak marah ataupun menangis. Namun entah mengapa hal itu justru lebih menyakiti hatinya. Ia berharap jika saja Marissa murka padanya, mungkin itu akan lebih baik. Mengingat kejadian malam itu dimana mereka bisa saja kehilangan kendali. Namun reaksi Marissa malah jauh diluar ekspektasinya. " Kenapa? Apa dia sehebat itu di rumah gue?" selidik Zara sedikit berbisik. " Sssttt...Nothing happen okay." Zara membelalak mendengar Jeff. " Wow. Berarti kamu bukan tipe dia" ucap Zara sambil terkekeh. " Ada yang mau kalian berdua bagi dengan yang lainnya?" tanya dosen mereka sambil mengarahkan pointer ke arah mereka berdua. Seketika semua mahasiswa menoleh ke arah Jeff dan Zara. Bukan, tidak semuanya, kecuali Marissa. Jeff dan Zara lalu menggeleng dan menunduk karena malu. Namun Jeff kini menatap Marissa yang tetap asik mencatat di buku catatannya, seolah tidak ada hal yang penting selain pelajarannya. ** Mia berjalan di sebuah taman seorang diri. Taman yang letaknya tidak jauh dari Agency milik Angela. Ia menangis. Melepaskan apa yang sejak tadi ditahannya. Sungguh akhir-akhir ini ia merasa bebannya sangat berat. Ia lalu duduk di sebuah bangku taman. Menangis seorang diri sambil sesekali menatap langit yang kini telah berwarna hitam dengan beberapa bintang yang berkedip. " Sole mio, terangi aku. Bantu aku " ucapnya pada diri sendiri dengan menarik napas dengan keras. Setelah meminum minumannya, ia lalu beranjak untuk pergi menuju agency dimana ia akan melatih kembali cara berjalannya. Marissa tidak menyadari jika tak jauh dari tempatnya tadi, Jeff mengamati setiap gerak-gerik wanita itu. Dan ia semakin yakin bahwa Marissa yang biasa ditemuinya, tidaklah setegar kelihatannya. Ia rapuh. Marissa kini tengah nampak sibuk bersama Sonya dan beberapa model lainnya. Meski nampak membaur namun sebenarnya Marissa terlihat tidak nyaman. " Mia, bu Angel memanggil kamu" ucap Sonya begitu Mia telah selesai. " Baik mbak. Saya ganti baju dulu" Setelah mengganti pakaiannya dengan pakaian yang tadi dipakainya dari rumah, Mia lalu berjalan menuju ruangan Angel yang terletak di lantai dua itu. Ia sempat berpapasan dengan Selin yang baru saja keluar dari ruangan Angel dengan pandangan meremehkan yang tentu saja ditujukan untuk Mia. Setelah mengetuk pintu dan terdengar jawaban yang mengizinkannya masuk. Mia lalu membuka pintu tersebut. " Malam Bu Angel, kata mbak Sonya ibu manggil saya?" Angel berdiri dari kursinya kerjanya dan berpindah duduk di sofa yang berada di ruangan tersebut. " Iya. Ada yang mau saya bicarakan sama kamu" " Ada masalah bu?" " Seperti yang kami tahu, saya punya client buat kamu" Mia mengangguk pelan dengan wajahnya yang tanpa ekspresi. " Saya belum kasih tahu dia soal kamu yang belum pernah tersentuh" " Meski dia VVIP saya, tapi dia orang yang gentle. Dia tidak akan mau memerawani seseorang. Kamu tahu kan, biasanya perempuan akan sedikit berlebihan soal siapa yang pertama menyentuh mereka. Seolah butuh pertanggung jawaban" lanjut Angel sambil memutar bola matanya. Mia menunduk memikirkan kata-kata Angel. " Saya mau kamu jangan lagi ada alasan-alasan klise seperti kemarin. Ingat, ini kamu sendiri yang meminta untuk kesempatan kedua." Mia mengangguk setuju. " Selin, kamu lihat dia tadi? Dia kemari hanya ingin minta client untuk secepatnya. Dia butuh uang. Dan asal kamu tahu, client kamu ini, tidak seperti yang lainnya. Dia tidak sembarangan menerima s**********n. Dia punya tipe sendiri. Dan untungnya dia menyukai kamu. Jadi jangan buat saya kecewa." " Masih ada lagi bu?" tanya Mia dengan tatapan lurusnya. " Tidak ada. Saya hanya mau mengingatkan kamu. Dan tenang saja, dia akan membayar kamu tinggi. Bahkan jika kalian tidak melakukan apapun, dia akan tetap membayar kamu jumlah yang cukup." " Baik bu. Saya permisi" Angel hanya mengangguk dan Mia langsung keluar dari sana. Berjalan lebih cepat untuk mengambil tas kanvas miliknya. Ia hanya ingin pulang. Sendiri. Mencari jalan keluar. Tapi ia tahu jika ia tidak mungkin lagi untuk mundur. ** Marissa berjalan sambil berbicara lewat earphone kepada Sonya yang sedang menggodanya. " User suka banget sama kamu Mia. Kamu nggak akan lama untuk bisa ada di puncak." " Mbak bisa aja. Tapi nanti aku akan datang agak telat mbak. Aku harus ketemu dosen aku dulu. Mereka mau ngadain program magang untuk 2 bulan lagi. Dan aku pengen daftar. Soalnya kuotanya terbatas. Boleh kan?" " Tentu saja boleh. Kamu kan sekarang kesayangan Solemio" " Mbak jangan gitu dong. Nggak enak kalau di dengar orang lain" " Biarin" Dan mereka berdua tertawa sambil membahas hal-hal ringan lainnya. Mia bahkan tidak memperhatikan jika ia sedang berjalan di hadapan Jeff dan Bella yang sedang berciuman. Jeff melirik Mia yang sedang tersenyum seolah tidak memiliki beban dalam hati dan pikirannya. Sangat jauh berbeda dengan gadis yang dilihatnya menangis tadi malam. " Kenapa sayang?" tanya Bella saat merasakan ciuman Jeff yang tiba-tiba terhenti. " Ng...Nggak ada. Aku cuma lupa kalau hari ini ada tugas yang belum aku kerjain. Ayo sayang, kita masuk kelas aja yuk" Entah mengapa kini Jeff merasa ciuman yang ia rasakan kini sangat berbeda dengan ciumannya bersama Mia malam itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN