First Impression

2082 Kata
" Makasih ya untuk malam ini" ucap Jeff saat mobilnya telah sampai di depan pekarangan rumah Marissa. Marissa mengangguk pelan sambil membuka sabuk pengamannya. " Saya juga makasih sudah kamu anter pulang. Makasih ya." Marissa baru saja ingin membuka pintunya namun tangannya dicekal oleh Jeff. " Thank you for tonight" Jeff lalu mencium pipi kanan gadis cantik disebelahnya dan berhasil membuat pipi itu nampak merona. Marissa lalu turun dan berjalan memasuki pekarangan rumahnya. Ia kemudian berbalik sekali lagi dan melambaikan tangan pada Jeff yang membunyikan klakson sebelum mulai melajukan mobil sedan mewah berwarna merah itu. Marissa lalu memasuki rumahnya dengan senyum yang terus terukir di sudut bibirnya. " Udah pulang sayang?" tanya Yana. " Iya Ma. Mama kok belum tidur?" " Mama nunggu kamu. Ada yang mama omongin. Sini duduk" ucap Yana menepuk kursi di sisinya. " Ada masalah Ma?" Marissa memegang tangan ibu angkatnya. " Nggak sayang. Masalah laptop kamu, mama akan usahain_____" " Ma, nggak usah dipikirin. Laptop aku masih bagus. Masih bisa kepake. Kalau ada uangnya, aku bisa beli sendiri. Lagian hari ini aku sudah dibuatin digital sama Agency. Itu sebagai bahan promosi buat aku ke user. Mereka akan coba masukin aku kalau ada event lagi. Dan oh iya, ini uang yang mereka kasih untuk acara yang kemarin malam. Nggak banyak, tapi bisa buat mama pegang." ucap Marissa sambil menyodorkan amplop kepada Yana. " Nggak sayang. Ini uang kamu. Kamu pakai dulu buat jajan. Mama masih ada pegangan." Marissa mengerucutkan bibirnya. " Ya udah. Besok aku kasih ke oma aja. Biar oma bisa buatin aku baklava yang kayak dulu. Oma udah janji mau buatin" Marissa menyimpan kembali amplop itu kedalam tas kecilnya. " Ya udah. Kalau gitu aku istirahat dulu ya Ma. Besok aku ada kuliah pagi" Marissa lalu beranjak dan mencium pipi ibu angkatnya, sahabat ibunya. Yana hanya diam memandangi Marissa yang menaiki tangga meninggalkannya. "Mama harap kamu bisa maafin mama Ris" ucapnya pada diri sendiri. ** " Pak Christian, maaf ada ibu Angela dari Solemio ingin bertemu bapak" " Baik. Suruh masuk" jawab Christian melalui interkom kepada sekertarisnya. TOK TOK Pintu ruangan Christian terbuka dan menampilkan sosok Angela dengan setelan berwarna marun yang membuatnya nampak elegan dan berwibawa. " Selamat pagi Christian, apa kabar?" tanya Angel sambil mengecup pipi Chritian sebagai bentuk kesopanan. " Baik Angela. Hanya sedikit kesepian karena akhir-akhir ini sangat sibuk" " Ah, dan Anna belum kembali" Angela mengangguk. " Well, apa yang membawa kamu kemari" " Oke. Aku dengar kamu akan launching Hannah bulan depan". Christian mengangguk. " Kamu punya produk baru?" lanjut Angel. " Masih dalam proses. Semua masih dalam seleksi. Saya sudah serahkan semua sama Randy. Saya----" ponsel Christian berdering dan nampaknya putrinya sedang meneleponnya. " Sorry, anak saya menelpon".Angel lalu memberi isyarat agar Christian menerima panggilannya. " Halo. Ya ada apa?" " Papa dimana?" " Di kantor. Dimana lagi?" " Pa, papa harus ngomong sama mama. Mama keterlaluan. Mama bikin aku malu. Mama____" Christian memijat pelipisnya. " Papa akan datang nanti siang. Papa lagi ada tamu. Nanti saja" ia lalu mematikan panggilan putrinya. “ Teenanger. Entah apa lagi yang sudah dia perbuat. Gloria pasti menghukum dia lagi. Oh ya, bagaimana tadi?" " Saya mau meminta kamu untuk ngasih project Hannah ke Solemio. Kalau tidak bisa semuanya, mungkin beberapa" " Sayangnya saya sudah janji sama anak saya. Kalau tidak, saya akan mengajak kamu makan siang sambil membicarakan ini. Saya tahu kamu punya banyak model remaja, dan mungkin cocok untuk image Hannah. Tapi Agency lain juga punya banyak model yang cocok. So, give me better offer Angel and i'll give you Hannah" " Saya punya model baru. Dia sedang butuh uang. Saya pikir kamu bisa memasukkan dia dalam runway Hannah nanti." " Baru? " " Iya, model baru. 20 tahun. Wanna see her profile?" " Well, seperti yang aku bilang. Aku sibuk sekarang. Gimana kalau kamu tunjukkan profilnya sambil temani saya makan malam nanti malam. Akan saya kirim alamatnya. Dan mungkin saya akan tertarik sama tawaran kamu" Angel tersenyum sumringah. " Oke. Kalau begitu sampai ketemu nanti malam. Saya yakin, kamu nggak akan bisa menolak dia" " We'll see then...Mari, saya antar kamu kebawah" ** " Dimana Zara?" tanya Christian pada Gloria mantan istrinya yang tengah berpelukan dengan kekasih barunya. " Chris...Maaf aku nggak dengar kamu datang. Zara ada dikamarnya. Please, kamu jangan terlalu memanjakan anak itu. Dia semakin menjadi. Dia bikin pesta semalam. Menghancurkan isi rumah. Tanpa ijin. Bahkan saya nemuin kondom di kamarnya. This is too much, okay" " Sudahlah sayang, mereka anak muda. Biarkan saja" ucap Ivan, kekasih Gloria. " Kamu siapa?" tanya Chris dengan satu alis terangkat. " Saya Ivan. Pacarnya Gloria" Ivan mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan Christian namun tidak mendapat sambutan. " Saya ngasih kamu rumah supaya kamu bisa merawat anak-anak saya dengan baik. Bukan untuk menampung pacar kamu" ucap Christian sambil berjalan menuju kamar Zara. " Sorry... Dia memang semenyebalkan itu" ucap Gloria pada Ivan. Christian berjalan melewati ruang makan yang sudah tidak jelas bentuknya. Beberapa barang pecah dan berhamburan kini sedang dibereskan oleh beberapa pelayan sewaan. " Zara...Zara..." Christian memanggil putrinya dengan nada sedikit tinggi. Zara adalah anak Gloria bersama pria lain. Namun ia sangat menyayanginya dan tidak pernah membedakannya dengan Aidan, putranya. Malah Gloria merasa jika Christian terlalu memanjakan Zara selama ini karena tidak pernah tegas akan segala kelakuan anaknya. " Papa.? Kenapa teriak-teriak sih?" protes Zara. " Apa yang sudah kamu lakukan?" kedua tangannya ia lipat di depan d**a. " Nggak ada pa. Aku cuma bikin party kecil. Apa salahnya? Aku nggak ganggu siapapun kok" Gloria kini berdiri di sisi mantan suaminya itu. " Mama udah bilang apa ke papa? Mama pasti nambah-nambahin" " Zara!" bentak Christian " Abis mama selalu begitu. Selalu saja aku yang salah" " Lalu kamu pikir ini salah siapa? Kamu sudah ijin untuk buat party di rumah? Sudah tanya Aidan dia setuju? Papa nggak pernah mencampuri kehidupan pribadi kalian. Bahkan percintaan kalian. Tapi papa lasih kalian rumah ini bukan untuk kalian ubah menjadi rumah bordil. Kalian paham?" ujar Christian tegas sambil menatap Zara dan Gloria bergantian. " Jangan salahin aku pa. Aku punya guru ya g terbaik di rumah ini" " Zara!!" bentak Gloria. " Cukup. Papa nggak mau lagi dengar alasan kamu. Mulai sekarang, kamu punya jam malam. Kamu____" Belum selesai ia berbicara, Zara sudah memotongnya. " Tapi Pa. Aku bukan anak kecil. Aku bukan Aidan" " Zara! Papa belum selesai bicara. Jaga sedikit sopan santun kamu" " Mungkin lebih baik skalian dia nggak usah kuliah. Papa belum tahu aja predikat dia di kampusnya" ujar Aidan yang sedang berlalu melewati mereka. " Diam kamu anak kecil" " Aidan, jangan ikut campur." sergah Gloria. " Gimana nggak ikut campur Ma. Temannya hampir telanjang di kamar aku. Berkat dia aku bahkan nggak sekolah hari ini karena ngantuk. Bravo Zara" Aidan bertepuk tangan sendiri. Christian memijat keningnya. " Sudah. Ingat Zara, kamu punya jam malam sekarang. Dan teman kamu hanya boleh main ke sini, kamu tidak boleh kemanapun setelah jam malam kamu." " Tapi pa..." Christian menaikkan jari telunjuknya " Tidak ada tapi" Ia lalu berjalan menuju mini bar dimana Aidan tengah duduk. " Apa kabar Aidan?" Christian mengambil sebotol air minum kemasan dari dalam kulkas. " Baik pa. Semuanya baik-baik aja" " Bagus. Nilai kamu?" " Masih seperti dulu. Not bad" " Bagus. Girlfriend?" " Paaa...c'mon..." Aidan merasa risih tiap kali Christian menanyakan soal pacar padanya. " Oke oke..Cari secepatnya." Aidan hanya mengangguk berkali-kali menanggapi permintaan sang ayah. " Papa balik ke kantor dulu. Call me when you need to talk. Okay?" Christian menepuk pundak sang putra. " Tentu Pa. I will" Aidan lalu memeluk Christian. ** " Maaf Chris, saya bikin kamu menunggu." ucap Angel sambil duduk di hadapan Christian. " It's okay. Saya juga baru sampai. Kita pesan makanan dulu,okay?" tanya Christan sambil membuka buku menu. " Terserah kamu saja." Mereka lalu nampak membolak balik buku menu yang disodorkan untuk mereka. " Well, kalau begitu bagaimana kalau ini saja?" dan Angel hanya mengangguk setuju karena kedatangannya sebenarnya hanya ingin mendapatkan project brand baru yang dikeluarkan oleh perusahaan Christian. Jika ia berhasil mengambil hati Christian, maka semua akan mudah untuk Solemio, agency miliknya. Christian lalu mengangkat tangannya untuk memanggil pelayan. " Saya mau 2 Spring Chicken&Foie Roulade dan 2 gelas wine. Itu saja dulu. Terima kasih" ucapnya singkat karena kini Angela nampak mengeluarkan sebuah folder yang kini sedang ia ulurkan pada Christian. " Ini dia. Namanya Mia. Umurnya 20 tahun. Dia baru melanjutkan kuliahnya. Dia pintar, sedikit pemalu, dan sedang membutuhkan uang" Christian baru akan membuka folder yang diberikan Angel namun harus terhenti ketika Rian meneleponnya. Membuatnya harus meletakkan kembali folder yang sedang dipegangnya. " Ada apa Rian ?" " Maaf pak, saya cuma mau menginformasikan kalau nona Zara baru saja memasuki club bersama teman-temannya" lapor Rian, asisten sekaligus orang kepercayaan Christian. " Oke, kamu pulang saja. Berarti dia tidak mengikuti perintah saya. Biar saya yang akan selesaikan." Christian lalu mematikan panggilannya. Menghela napas panjang bertepatan saat seorang pelayan meletakkan makanan di hadapannya. " Anak kamu?" tanya Angel sambil bersiap menyantap makanannya. Christian mengangguk dan sibuk dengan peralatan makannya. " Dia seperti salah pergaulan. Dan Gloria sepertinya terlalu sibuk dengan pacar barunya sampai melupakan jika anaknya bukan lagi anak kecil" " Mungkin dia butuh sosok ibu. Apa kamu tidak berencana menikah lagi? Kamu bisa mengajak anak-anak kamu tinggal dan bisa mengontrol mereka" Christian menggeleng sambil tersenyum. " Menikah? I dont think so. Saya nggak berniat menikah lagi" " Lalu Anna?" " Well, Anna juga tahu hal itu. Dan kami memang tidak membicarakan hal seperti itu." Angela mengangguk mengerti. " Mungkin kamu hanya belum ketemu orang yang bisa buat kamu jatuh cinta" Christian kini tertawa kecil. " Jatuh cinta? Entahlah. Saya seperti kehilangan rasa semacam itu. Kamu tahu sendiri" ucap Christian mengangkat kedua bahunya. Angela dan Christian adalah kawan lama. Mendiang adik Angela adalah sahabat Christian yang meninggal akibat kecelakaan. Meninggal bersama kekasihnya, wanita yang juga dulu membuat Christian jatuh hati. Itulah sebabnya mengapa Angela sangat mengenal Christian, bahkan Angela-lah yang terkadang menyediakan wanita untuk menemani Christian saat kesepian. Ya, Christian adalah VVIP untuk Diary. Mereka lalu melanjutkan obrolan ringan sambil menghabiskan makan malam mereka. " Oke, mari kita lihat apa yang kamu tawarkan sekarang." Christian kembali mengambil folder yang tadi ia letakkan di sisinya. Christian memandang foto seorang gadis berambut panjang itu dengan sudut bibir yang terangkat. " Cantik... Sangat cantik." gumamnya namun bisa didengar oleh Angela. Angela yakin kalau Christian akan tertarik pada Mia bahkan saat pertama kali melihatnya. Ia merasa pernah melihat sosok gadis ini hanya saja ia lupa dimana. Kemudian ia membalikkan halaman selanjutnya yang terdiri dari foto-foto gadis itu dari berbagai sisi dan tanpa polesan apapun. Ia bahkan tidak dapat menyembunyikan lagi senyumannya saat ia melihat foto gadis itu dengan kemben berwarna hitam dengan tali setipis benang dan celana pendek putih yang memamerkan kaki jenjangnya. Ia melihat sesuatu yang menarik di bagian pinggul depan wanita itu. Tiga buah tahi lalat yang berjajar miring rapih. Entah itu tatto atau memang tanda lahir, namun ia yakin gadis itu adalah gadis yang dilihatnya di rest area waktu itu. Gadis berambut panjang yang nampak terburu-buru dengan tiga tahi lalat di pinggulnya " Gimana menurut kamu?" tanya Angel memecah lamunan Christian. " Wow. She is amazing. Saya mau dia. Dan oke, project Hannah milik kamu." ujar Christian tanpa melihat kepada Angela. Angela yang yakin bahwa pria dihadapannya memang telah tertarik oleh Mia, kini tersenyum sumringah. " Oke. Saya nggak akan membuang waktu. Saya akan siapkan tim mulai sekarang" " Tentu. Dan saya harap kamu tidak mengecewakan saya" ucap Christian sambil melirik jam di pergelangan tangan kirinya. " Saya harus menjemput anak saya. Maaf kita sambung lain kali. Persiapkan Mia dengan baik" lanjut pria tampan itu. " Tentu saja Chris. Dan, jangan terlalu keras sama anak kamu. Dia hanya butuh perhatian" Christian terkekeh. " Wow, saran dari seorang Angela?" " Terserah kamu" Angel memutar bola matanya. ** " Mia..!!!!" pekik Sonya begitu Mia mengangkat panggilannya. Mia sampai harus menjauhkan ponselnya dari telinga jika tidak ingin gendang telinganya rusak saat itu juga. " Aduh mbak, aku bisa tuli" " Mia, kamu nggak akan percaya dengan apa yang akan kamu dengar" " Oh ya? apa itu?" tanya Mia sambil membereskan buku-bukunya. " Mia, kamu akan ikut Runway!!!!" sorak Sonya. " Runway? Serius? Saya?" " Iya Mia. User milih kamu. Gini saja, kamu kesini. Ibu Angel mau menjelaskan sama kamu. Satu lagi. Kamu akan jadi model utama. Permintaan klien. Oke oke. Kamu kesini saja dulu. Oke. Bye" Mia bahkan belum sempat mengatakan tidak karena masih mempunyai mata kuliah namun Sonya sudah mematikan panggilannya. " Ris... Belum masuk?" tanya Jeff saat berjalan menuju kelasnya namun mendapati Mia tengah berjalan menjauhi kelas tersebut. " Ada telepon dari Agency. Penting." " Mau saya antar?" " Nggak usah. Saya bisa naik taksi online. Makasih." " Marissa, ada yang mau saya omongin" " Jeff, maaf saya lagi buru-buru banget. Nanti saja bisa?" Jeff memandangi Marissa yang nampak tergesa-gesa, ia sedikit tersenyum karena wanita di hadapannya ini kadang terlihat angkuh dan tegas, namun kenyataannya ia mudah gugup dan sedikit ceroboh. " Tentu saja. I'll call you" Marissa melambaikan tangannya sesaat lalu berjalan membelakangi Jeff.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN