DI RUMAH KOST
Karina keluar kamar dan menyapa seorang wanita berumur 70 tahunan yang sedang nonton TV. "Aku titip 2 malaikat kecilku, Bu Rum."
"Iya. Serahkan mereka padaku."
Bu Rum adalah wanita baik hati yang menerimanya saat dia tidak memiliki tempat tinggal, setelah dia keluar dari rumahnya Priska.
DI RESTORAN.
Karina mendapatkan tugas untuk membawa menu kepada seorang tamu.
Tamu itu sedang menunduk sambil menatap layar HP. Di depannya ada sebuah gelas yang berisi minuman soda.
"Ehem. Selamat malam. Ini menunya, pak."
Pria itu mengangkat kepalanya. Empat bola mata bertemu sambil mengangkat minuman di tangannya.
Untuk sedetik keduanya terdiam, terpana, saling tatap.
Karina sangat kaget saat melihat wajah ini. Dia mengangkat menu di tangannya ke atas hingga mengenai tangan pria itu yang sedang memegang gelas minumannya.
PLASSS.
Es soda itu, sukses menyiram ke wajah pria itu.
"Gawat! CEO Evan pasti marah." Manager restoran mendekat dan memarahi Karina.
Karina tidak mempedulikan omelan atasannya. Dia terus menatap dengan penuh kemarahan ke arah pria yang sedang sibuk dengan wajahnya yang basah itu.
Untung saja itu adalah minuman dingin, dan bukan minuman panas.
Pria itu adalah pria gigolo yang pernah memperkosanya dulu. Karina menatapnya penuh dengan dendam.
"CEO Evan, Anda bisa membersihkan wajah di sana," Manager restoran mengajak Evan ke depan wastafel.
Evan sempat melirik sekilas ke arah Karina. Kemudian dia ikuti anjuran manager itu.
Saat itu, seorang gadis nampak mendatangi Karina. "Berani kamu membuat pacarku basah, hah!"
Gadis itu mendorong tubuh Karina yang tidak siap sehingga dia hampir jatuh, untung dia sempat menaruh tangannya di meja makan.
Manager datang untuk melerai. "Nona Lisa, maafkan Karina. Dia pegawai baru di sini."
"Aku tidak mau tahu! Pokoknya dia harus dipecat! Kalau aku lihat lagi dia masih kerja di sini, aku akan menyuruh pemilik restoran ini untuk memecatmu!" Lisa menunjuk hidung si manager.
Manager itu mengangguk. "Aku pasti memecatnya."
Setelah Lisa pergi, manager itu berbisik kepada Karina," CEO Evan selalu menolak dia. Semua orang tahu soal itu. Dia sendiri yang ngaku-ngaku kalau CEO Evan adalah pacarnya. Huh! Tidak tahu malu!"
Saat sang manager nampak kesal pada Lisa, sebaliknya, Karina nampak kesal pada Evan.
"Anyway, pekerjaanmu bagus di sini, Karina. Tapi ... maafkan aku. Aku harus memecatmu."
"Gak apa-apa, pak. Aku sudah biasa." Karina langsung menuju ruang ganti untuk melepas pakaian pelayannya.
Dia tidak marah pada Lisa. Dia cuma marah pada Evan yang pernah memperkosanya dulu.
"Tapi, Priska bilang, pria itu adalah seorang gigolo, kenapa sekarang jadi CEO? Huh! Aku tidak peduli mau dia jadi apapun, yang jelas, dia sudah memperkosaku!" Karina langsung melangkah keluar dari restoran.
Besok dia harus mencari pekerjaan baru.
**
Evan keluar dari toilet. Dia celingukan mencari sesuatu.
Dimana gadis pelayan itu? Aku seperti pernah melihatnya. Tapi dimana?
Dia ingin bertanya pada manager. Tapi Lisa dengan senyumnya yang memuakkan sudah mendatanginya. Dia putuskan untuk meninggalkan restoran.
Kenapa Lisa selalu bisa menemukanku? Huh! Dia seperti tidak ada pekerjaan saja!
**
DI PINGGIR JALAN RAYA
Karena baru saja dipecat, kekesalan Karina lebih banyak dia tujukan kepada Evan dan bukan kepada Lisa.
"Terakhir aku bertemu dengan lelaki itu, dia menodai aku. Uh sekarang saat aku bertemu dia lagi, aku dipecat dari pekerjaanku. Mudah-mudahan untuk seterusnya aku tidak perlu lagi bertemu dengannya!"
Setelah Karina teringat akan dua bocah kecil yang berada di rumah, maka dia jadi sangat sedih. "Tapi kalau tidak punya pekerjaan, bagaimana aku bisa memberi makan anak-anakku?"
Tengah Karina bersedih, sambil membuka media sosialnya, tiba-tiba dia melihat iklan besar, mengenai lowongan kerja dengan gaji yang sangat besar.
Karina hampir tidak percaya akan penglihatannya karena dia melihat lowongan kerja dengan gaji 20 juta per bulan untuk posisi seorang juru masak di rumah Keluarga Tanujaya.
"Keluarga itu pasti sangat kaya sehingga mereka bisa menggaji orang setinggi itu. Kalau begitu aku harus masuk di sana. Karena aku tidak bisa lagi jadi pelayan restoran. Kalau menjadi model SPG mobil, harus menunggu event. Lebih baik aku jadi pembantu di rumah orang."
Karina yakin kalau dia akan bisa lulus dalam tes menjadi juru masak karena walau bagaimanapun hampir selama hidupnya dia banyak melakukan pekerjaan rumah.
Sejak kecil Karina tinggal di Panti Asuhan yang menuntut dia untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga dari mulai menyapu, ngepel, mencuci baju, mencuci piring, memasak dan yang lainnya.
Pekerjaan itu pun berlanjut saat selama 2 tahun dia tinggal di rumahnya Priska, di mana di rumah orang tua angkatnya itu dia juga diperlakukan sebagai pembantu.
Karena itu, pekerjaan menjadi pembantu itu tidak menakutkan bagi Karina. Dia bertekad untuk mengikuti test, untuk mengambil pekerjaan itu.
**
VILA KELUARGA TANUJAYA
Besoknya, dengan penuh semangat Karina langsung menuju ke rumah Keluarga Tanujaya sesuai alamat yang tertera di media sosial itu.
Dengan menggunakan ojek online, dalam waktu cepat dia sudah berhasil sampai di rumah keluarga Tanujaya.
Dia melihat sudah ada banyak orang yang antri di halaman rumah untuk mengikuti tes.
Dia langsung mengikuti antrian dan melihat ada banyak sekali orang yang gagal bahkan ada cewek-cewek yang gagal baru ditahap membersihkan bawang.
Karina cuma bisa tertawa melihat tingkah mereka yang terlihat sangat terpukul setelah kegagalan menjadi juru masak.
"Kenapa sih orang-orang pada aneh? Gagal jadi pembantu saja bisa histeris seperti itu. Apakah karena gajinya yang tinggi?"
"Kamu jangan salah. Bukan hanya gaji tinggi yang menggiurkan orang-orang yang mengikuti test ini, tapi ada alasan lainnya," kata seorang wanita berumur 30 tahun yang berada di sampingnya.
"Alasan lain? Alasan lain apa?"
"Lihat para wanita yang mengikuti tes itu. Mereka terlihat bukan orang-orang yang membutuhkan pekerjaan seperti kita, tetapi banyak juga yang datang dengan memakai pakaian branded, mobil mewah dan berasal dari keluarga kaya. Tapi mereka mau mengikuti tes menjadi pembantu itu karena alasan lain. Dan karena tidak biasa masak dan membabu, maka tentu saja mereka itulah yang langsung kalah di tes pertama."
"Lalu mengapa mereka ingin mengikuti tes itu kalau mereka ternyata anak orang kaya?"
"Alasannya karena tuan muda yang tinggal di rumah ini adalah pujaan hati banyak wanita muda di kota ini. Jadi, ini adalah kesempatan bagi mereka untuk mendekati tuan muda yang terkenal sangat cool dan terkenal agak anti wanita itu."
Karina mengangguk-angguk. "Oh jadi mereka mengincar tuan muda di tempat ini, ya? tapi kalau mereka mengincarnya kan mereka bisa mendekatinya lewat media sosial atau pesta, atau kek gitu-gitu."
"Sudah ada banyak yang melakukannya dan gagal. Tuan muda itu sangat terkenal, tampan dan juga menjadi pewaris kekayaan yang luar biasa besar yang boleh dibilang pewaris dari keluarga terkaya di negeri ini sehingga semuanya menginginkan dia. Karena itu mereka rela menjadi pembantu asal bisa berada di dekat tuan muda itu."
Karina tersenyum mendengarnya.
"Kenapa kamu tersenyum? By the way, Namaku Wina."
"Halo, Wina. Namaku Karina. Aku tersenyum mendengar ceritamu itu, karena kalau memang remaja-remaja ini rela menjadi pembantu di rumah ini supaya bisa mendekati tuan muda di rumah ini, berarti mereka mungkin berencana untuk membuka baju di hadapan tuan muda itu supaya menarik perhatian tuan muda itu. Iya kan?"
Wina tertawa. "Ya. Kamu mungkin benar. Mungkin di otak mereka sudah memiliki rencana itu. Karena aku dengar tuan muda di tempat ini memang amat sangat cool dan tidak bisa dijangkau. Oh iya, kamu masuk untuk lowongan menjadi pembantu atau lowongan menjadi koki?"
Karina mengangkat bahunya. "Walaupun aku bisa juga bersih-bersih tapi aku mencoba untuk menjadi koki. Pembantu koki juga tidak apa-apa."
"Kamu punya pengalaman jadi koki?"
"Aku suka masak di rumah. Pernah sih kerja di restoran. Tapi, karena tidak pernah sekolah masak, aku tidak pernah diijinkan jadi koki."
Siska tersenyum. "Mudah-mudahan kita berdua lolos. Aku menjadi pembantu di rumah itu dan kamu menjadi koki."
Karina mengangguk. "Ya. Aku senang bisa bekerja sama denganmu nanti. Mudah-mudahan kita lolos bersama."
Setelah itu antrian keduanya itu menjadi semakin dekat dan mereka pun mulai mengikuti tahap-tahap seleksi.
Karina yang memang sangat terampil dalam memasak itu berhasil melewati berbagai seleksi.
Demikian juga dengan Wina.
Hingga akhirnya keduanya pun dinyatakan lulus meninggalkan saingan mereka hingga membuat patah hati banyak wanita yang ingin masuk bekerja di rumah Keluarga Tanujaya untuk mendekati tuan muda idaman mereka itu.
"Apakah kamu juga ingin mendekati Tuan muda Tanujaya itu?" tanya Karina.
Wina langsung menggeleng-gelengkan kepalanya. "Lihat wajahku dan juga lihat umurku. Aku tidak cantik dan sudah tua. Walaupun aku belum menikah tapi aku tidak memiliki peluang sama sekali untuk bisa memiliki tuan muda itu. Tetapi kamu memiliki peluang itu."
"Aku?"
"Iya, Karina. Kamu sangat cantik dan masih sangat muda. Usiamu pasti masih belasan tahun. Iya kan? Jadi kamu lebih pas untuk mendekati tuan muda itu."
Karina tersenyum. "Kamu salah tebak. Aku bukan lagi gadis remaja. Aku sudah 24 tahun. Aku tidak lagi muda."
Karina ingin bicara terus terang kepada teman barunya ini kalau dia sudah memiliki dua orang anak.
Tetapi saat dia mengingat akan salah satu persyaratan untuk lowongan kerja di Keluarga Tanujaya ini kalau pembantu ataupun koki, harus belum memiliki keluarga dan belum memiliki anak, maka dia mengurungkan niatnya untuk bercerita tentang anak-anaknya kepada Wina.
"Aku tidak percaya ini. Kamu terlihat masih belasan tahun loh. Kalau begitu, wajahmu benar-benar imut.
"Aku tidak merasa seperti itu, kok."
Padahal semua orang yang melihatnya, mendapatkan kesan kalau Karina adalah anak remaja belasan tahun yang cantik dan baru mekar.
Setelah itu, baik Karina maupun Wina menghadap kepala rumah tangga Keluarga Tanujaya yang bernama Dono.
Dono memberikan beberapa wejangan dan juga memberikan hal-hal yang harus diperhatikan oleh Karina dan Wina.
Setelah itu dia memberikan uang muka berupa gaji mingguan pertama untuk Karina dan Wina.
Karina sangat senang saat mendapatkan gaji pertamanya Di saat dia belum bekerja ini, karena itu berarti masalah ekonominya menemui jalan keluar.
Dia bisa memasukkan Anak-anaknya di sekolah yang cukup bagus.