4 Dipecat di Hari Pertama Kerja

1242 Kata
DI RUMAH KOST Karina tiba di rumah kost dengan senyum menghiasi wajahnya karena masalah ekonominya sudah teratasi. "Ibu, tadi Kakak Juno berkelahi lagi di sekolah," kata Jinny kepada Karina. Karina langsung mengerinyitkan dahinya ke arah Juno. "Lagi-lagi kamu berkelahi! Apalagi yang terjadi sekarang, Juno?" "Anak itu selalu mengejek aku yang tidak punya ayah dan soal itu aku tidak masalah tetapi dia menyebut Jinny bodoh. Karena itulah aku sangat marah. Dia boleh mengata-ngatai aku tapi tidak boleh mengata-ngatai adikku!" kata Juno sambil menggertakkan gigi. Mendengar itu, Karina cuma bisa tersenyum. "Baiklah. Ibu tidak akan memarahimu kalau kamu berkelahi karena membela adikmu karena membela keluarga itu adalah sesuatu yang paling penting dalam keluarga kita." "Iya, bu." Juno mengangguk. Dalam keluarganya dia memang yang paling berangasan. Dan juga yang paling cerdas. "Tapi sekalipun begitu, untuk ke depan, sebaiknya kamu menahan diri, Juno. Jangan lagi berkelahi walaupun mereka mengejek adikmu. Kecuali kalau mereka membully adikmu secara fisik, maka kamu bisa membela adikmu. Tapi kamu usahakan menahan diri kalau mereka cuma mengejek. Mengerti?" "Iya, Bu." Juno langsung mengangguk. Setelah bercengkrama dengan anak-anaknya, Karina memutuskan untuk mandi. Saat Karina mandi, kedua anak-anaknya kembali saling bicara. Juno mengeluarkan handphonenya kemudian dia memperlihatkan sebuah foto kepada Jinny. "Dia siapa? Siapa om itu?" tanya Jinny penuh minat. "Apakah dia ayah kita?" sambung Jinny. Juno mengangguk. "Aku belum pasti. Tapi, aku menggunakan aplikasi pengenal yang sangat akurat buatan Amerika untuk mencari tahu wajah orang dewasa yang paling mendekati wajahku dan aku menemukan ini." "Kenapa kakak mencari yang mirip kakak? Kenapa bukan yang mirip aku?" "Karena kamu sudah jelas-jelas mirip ibu. Sementara wajahku berbeda dengan wajahmu dan wajah ibu kita. Jadi, pasti lah aku mirip ayah kita." "Oh iya. Kamu benar, kakak." "Nah, setelah aku melakukan penyaringan selama 10 hari terakhir ini, maka aku temukan kalau orang ini lah yang paling mirip dengan wajahku." Juno menunjuk ke layar handphonenya. Mendengar kata-kata Juno itu, Jinny langsung memeriksa akan foto wajah itu. "Kamu benar. Wajahnya mirip dengan wajah kakak. Lalu siapa dia? Apakah kakak sudah mendapatkan datanya?" tanya Jinny kepada Juno. Dia tahu kalau Juno adalah seorang anak jenius. Kejeniusan Juno sudah Juno perlihatkan dari sejak berumur tiga tahun, di mana Juno sudah bisa membaca sejak umur 3 tahun dan setahun kemudian Juno sudah bisa menguasai beberapa bahasa yang dia pelajari melalui aplikasi di handphone. Juno juga berhasil mempelajari piano yang dia pelajari lewat aplikasi piano di handphone. Karena kemampuan Juno itu, maka Jinny tahu kalau foto yang diperlihatkan Juno ini pasti sudah melalui beberapa penyelidikan hingga sampai ke tahap ini. "Pria dalam foto ini bernama Evan Tanujaya, seorang pria berumur 27 tahun yang menurut berita adalah pewaris dari Tanujaya Group." "Apa itu Tanujaya grup?" tanya Jinny penasaran. "Tanujaya grup itu adalah grup perusahaan terbesar di negara ini. Perusahaan mereka menggurita dan menguasai banyak sektor industri dan perdagangan di negeri ini. Bahkan perusahaan mereka juga menancapkan bisnis mereka di banyak negara luar. "Mungkinkah kita bermarga Tanujaya?" tanya Jinny polos. "Bisa saja." Juno mengangguk. TIGA HARI KEMUDIAN Karina sudah menyiapkan anak-anaknya untuk pergi ke sekolah baru yang lebih bagus dari sekolah anak-anaknya sebelumnya. Letaknya juga tidak terlalu jauh dari rumah kosnya. Dengan berjalan kaki, dia mengantar anak-anaknya ke sekolah dan meninggalkan mereka di sana dengan janji kalau nanti Bu Rum yang akan menjemput mereka dari sekolah. Setelah itu, Karina segera menuju ke rumah Keluarga Tanujaya, tempat kerjanya yang baru Dengan etos kerjanya yang tinggi dan dengan penuh semangat, maka dia langsung melahap semua pekerjaan yang diberikan kepadanya. Tidak hanya membantu koki memasak untuk semua pekerja di rumah ini, tapi, dia juga ikut meringankan pekerjaan Wina dan beberapa pelayan lainnya yang bertugas dalam soal kebersihan di rumah ini. Kepala rumah tangga hanya bisa geleng-geleng kepala melihat betapa rajinnya Karina dan betapa perubahan besar terjadi di rumah ini sejak Karina mulai bekerja. Ketika waktu menunjukkan hampir jam pulang, Karina sudah menyelesaikan pekerjaannya. Kemudian dia, melihat mobil yang berada di halaman samping dalam keadaan kotor. Ada 6 mobil mewah yang diparkir di rumah ini. Tapi, 5 mobilnya dalam keadaan bersih, hanya satu mobil yang dalam keadaan kotor. Posisi mobil itu berada di dekat selang air, karena itu dia segera mengambil selang air dan mencuci mobil itu. Dengan semangatnya, Karina segera mengambil sabun cuci baju di dapur yang kemudian dia pergunakan untuk mencuci mobil itu. Baru saja Karina selesai mencuci mobil, terdengar suara Koki memanggilnya. Maka dia segera meninggalkan mobil itu dan menuju ke arah dapur. Ternyata koki yang dipanggil Bibi Lastri ini, ingin bantuan Karina untuk memotong sayuran. Saat itulah Evan bersama supirnya masuk ke halaman rumah ini dan dia langsung turun dari mobil. Seperti biasanya, setiap kali masuk ke dalam rumahnya, Evan selalu menyempatkan diri untuk melihat ke arah koleksi mobil sport mewahnya yang terparkir di halaman samping rumah. Saat langkahnya semakin dekat dengan salah satu dari mobil kesayangannya itu, keningnya mulai berkerut karena dia melihat mobil itu baru saja dicuci. Mobil ini terlihat kinclong karena baru dicuci tapi masalahnya di dekat mobil itu terlihat sabun cuci baju dan tentu saja hal itu sangat buruk bagi mobilnya. Cat mobilnya akan gampang pudar kalau memakai sabun cuci baju seperti ini dan tidak memakai shampoo mobil khusus seperti yang seharusnya. Dan ini membuat Evan marah. Evan langsung berteriak kepada sopirnya meminta supaya kepala rumah tangga mendatanginya di halaman samping rumah ini. Kepala rumah tangga langsung mendatangi Evan. "Iya. Ada apa, tuan muda?" Wajah Evan nampak kaku, kemudian dia menunjuk ke arah Mobilnya. "Siapa yang mencuci mobilku dan mengapa dia memakai sabun cuci seperti itu, hah!" Kepala rumah tangga sangat kaget dengan keadaan ini. Dia memang sempat melihat Karina berada di sekitar mobil kesayangan tuan mudanya ini tapi dia tidak tahu kalau Karina sedang mencuci mobil ini dan dia semakin kaget ketika melihat keberadaan sabun cuci baju yang berada di samping mobil kesayangan tuan mudanya ini. "Pembantu baru yang melakukannya, tuan muda. Dia masih belum tahu soal ini dan aku tidak sempat memberitahunya kalau dia tidak boleh mencuci mobil ini dengan sabun cuci baju. Maafkan aku, Tuan Muda. Aku akan mengajarinya." "Dia tidak perlu diajari! Tapi pecat dia segera!" Evan langsung meninggalkan Dono. "Baik, tuan muda. Segera aku lakukan." Dono tahu kalau Tuan mudanya sedang marah, karena itu dia tidak mau membantah kata-kata tuan mudanya. Dia pun segera masuk ke dalam, langsung ke dapur untuk mencari Karina. "Kamu yang mencuci mobil tuan muda di luar itu. Iya kan?" "Kenapa? Apakah Tuan Muda memuji perbuatanku?" tanya Karina polos. "Sebaliknya. Tuan muda sangat marah karena kamu mencuci mobil kesayangannya dengan menggunakan sabun cuci baju dan itu sangat tidak bagus bagi cat mobil itu!" Mata Karina membulat. Dia tidak menyangka kalau perbuatannya yang dia anggap baik itu ternyata adalah sebuah kesalahan besar. "Karena itu tuan muda putuskan untuk memecatmu. Kamu boleh pergi sekarang juga." Karina sangat sedih apalagi saat dia memikirkan kalau uang yang diberikan oleh kepala rumah tangga sudah dia pakai sebagian besarnya untuk membayar tempat sekolah baru anak-anaknya dan itu tidak boleh lagi dikembalikan. "Lalu bagaimana caranya aku mengembalikan uang yang sudah diberikan kepadaku?" "Kamu tidak perlu mengembalikan uang itu. Keluarga ini tidak memerlukan uang recehmu. Bagi mereka itu, yang penting di sini adalah kamu harus segera angkat kaki dari rumah ini. Karena setiap keputusan yang diambil oleh keluarga ini maka harus diikuti oleh segenap karyawan di rumah ini." Sambil menahan tangis Karina pun berpamitan kepada Bibi Lastri, dan juga Wina. Kemudian dia langsung mengambil barang-barangnya dan melangkah gontai untuk menuju ke luar rumah. Saat menuju pintu keluar, dia berpapasan dengan Evan, dan baik dia maupun Evan, jadi sama-sama kaget. "Kamu?" "Kamu!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN