bc

Marriage By Mistake END

book_age16+
654
IKUTI
2.1K
BACA
billionaire
possessive
contract marriage
arrogant
scandal
drama
comedy
mxb
city
office/work place
like
intro-logo
Uraian

Setelah kepergiannya ke Singapura untuk melupakan Lanna, Ramon malah dijebak dan diperas seorang wanita bernama Natalia--dia adalah mantan kekasih seorang kriminal bernama Tristan. Namun, apa jadinya kalau Ramon malah berniat menikahi Natalia?

chap-preview
Pratinjau gratis
BAB 1
SEKUEL CERITA MARRIED BY CONTRACT ^^ BACA MARRIED BY CONTRACT DULU YA GAED ^^ IG @FINISAH HAPPY READING :) Ramon mengetuk-ngetuk pen di atas meja kantornya. Mamah baru memberitahunya kalau Lanna sedang hamil. Empat bulan berlalu sejak kepergiannya ke negeri Singa demi melupakan Lanna. Sampai sekarang dia masih belum bisa melupakan adik iparnya itu. Separuh jiwanya lepas saat dia merelakan Lanna dengan adiknya. Ternyata ikhlas itu tidak semudah yang dikatakan. Sulit sekali! Bahkan sampai saat ini hanya Lanna yang menghiasi mimpi-mimpinya. Dan tentang ciuman terakhirnya dengan Lanna—yang tanpa diketahuinya diketahui Kakek. Sebuah pesan membuyarkan lamunannya tentang Lanna. Kapan kamu mau bayar, aku butuh uang nih! Dahi Ramon mengernyit. Sinting!                         Dia menggeleng-gelengkan kepala tak percaya dengan apa yang dilakukannya kemarin malam. Tapi dia berusaha melupakan itu semua. Malam itu dia pergi ke sebuah klub malam di Singapura dengan salah satu temannya—Alpha. Karena rasa rindu yang mendalam terhadap Lanna, Ramon minum bergelas-gelas wine hingga mabuk. Yang dia ingat ada seorang wanita berwajah oriental. Matanya sipit, kulitnya putih dan rambut bergelombang. Lalu... Ramon terbangun dengan keadaan tanpa busana. Wanita yang di klub malam itu duduk di sampingnya sambil mengenakan krim. “Baru bangun,” ujar wanita itu. Dia mengenakan dress vintage motif bunga-bunga. Ramon terkejut. Saking terkejutnya hingga dia masih membeku. Tak pernah ada didaftar keinginannya untuk b******a dengan seorang w**************n seperti ini. Wanita mana pun. Bahkan wanita antah berantah secantik wanita di sampingnya itu pun. Oke, Ramon memang agak berbeda dengan kebanyakan pria. Dia pria yang menjunjung tinggi moralitas dan kesetiaan. “Semalam—“                                       “Kamu tidur sama aku.” Ujar wanita itu. Matanya mengedip-ngedip cantik. “Nggak mungkin.” Ramon menggeleng tak percaya. “Lho, kok nggak mungkin. Segitu kamu telanjangnya.” “Semalam aku mabuk parah.” Ramon bangkit menutupi tubuhnya dengan selimut dan meraih semua pakaiannya. “Ya, pokoknya aku nggak mau tahu. Tadi malam kita tidur bersama di sini.” Dia menunjuk ranjang yang diduduki Ramon. “Kamu bisa dipa—” tanya Ramon menatap tajam wanita itu tanpa sanggup meneruskan pertanyaannya. “Aku pakai pengaman kan?” ada sedikit ketakutan di matanya. “Kamu tidak tidur gratis sama aku. Pokoknya kamu harus bayar.” “Nggak mungkin kalau bukan pela—kamu tidak akan mau tidur bareng sama pria yang nggak dikenal.” “Hei, kamu maksa aku!” wanita itu bangkit. “Aku pakai pengaman nggak?” Ramon bertanya soal pengaman sekali lagi. “Nggak. Bahkan di dalam.” Wanita itu membuang muka. “Apa maksudnya di dalam?” Ramon bertanya tak mengerti baiklah, sebenarnya dia hanya pura-pura nggak ngerti. Intinya dia mau aman-aman saja. Ya Tuhan, dia benar-benar nggak tahu apakah benar dia tidur bersama wanita asing tanpa pengaman? Sebuah tanda tanya besar. Ramon merasa berdosa. Ramon kembali melirik ponselnya. Wanita itu menelponnya. Ramon tidak berniat menjawabnya. Semua terjadi di luar kendalinya. Dia datang ke klub hanya untuk minum tidak lebih. Alpha memberitahunya bahwa wanita itu adalah salah satu temannya dan memang pada saat mabuk, Ramon meminta—Natalie, nama wanita itu untuk menemaninya semalam. Ramon mengumpati dirinya sendiri. Alasan kenapa Natalie mau itu karena dia pun sedang mabuk parah. Natalie meminta pertanggung jawaban agar Ramon membayarnya sejumlah uang yang tidak terbilang sedikit. Padahal bukannya kemarin malam itu mau sama mau ya? Tapi Nat terus saja mengoceh karena Ramon sudah mengambil kehormatannya. Itu pertama kalinya Nat tidur bersama seorang pria. Sebuah pesan kembali datang. Sebuah poto yang memperlihatkannya telanjang di atas ranjang bersama Natalie. Mau bayar atau aku sebar poto ini? Ramon akhirnya tersadar bahwa ini sebuah pemerasan. ***             Natalie melepas heelsnya yang hanya 7 sentimeter. Dia berlari kencang menabrak orang-orang yang menatapnya sinis dan kesal di sepanjang jalan Orchad. Dia tidak peduli kalau harus menyakiti orang-orang yang ditabraknya. Dua orang berpakaian serba hitam terus mengejarnya tanpa lelah. Pria-pria berotot suruhan mantan kekasihnya itu terus mengawasi Natalie.             Dalam pelariannya, Natalie ingin sekali menangis. Dia ingin menangis sekencang-kencangnya dan menancapkan pisau dapur, linggis, carter atau apa pun itu di wajah mantan kekasihnya itu.             “Berengsek!” umpatnya, mengambil jalan pintas. Dia masuk ke torowongan yang gelap. Bersandar pada dinding gelap dan berusaha tetap menjaga napasnya secara konstan agar tidak berbunyi dan tidak menimbulkan kecurigaan para pengejarnya.             Setelah merasa aman Natalie keluar. Matanya mengawasi takut kalau-kalau bertemu dengan para pengejarnya. Napasnya terengah. Pengejarnya menghilang untuk sementara. Natalie merasa lelah harus hidup seperti ini terus menerus. Dia tidak tahu harus bagaimana lagi untuk membayar hutang ayahnya pada mantan kekasihnya yang b******n itu. Ini semua gara-gara ayahnya. Ayahnya yang mata duitan. Dia berhutang pada mantan kekasih Nat dan menjadikan Nat sebagai jaminan. Nat seorang wanita. Dia bukan barang yang bisa dijadikan jaminan. Nat tidak punya siapa-siapa lagi kecuali ayah dan kakak perempuannya yang tak jauh berbeda dengan ayahnya. Nat mengutuki hidupnya.             “Aku harus bisa mendapatkan pria itu,” ucapnya. “Dia harus membayar apa yang tidak dilakukannya tadi malam. Aku memang jahat. Tapi, mau bagaimana lagi, aku ingin membayar hutang ayah pada Tristan. Alpha bilang dia orang kaya.” Nat menghela napas. Keadaan membuatnya menjadi wanita jahat.             “Semoga Tuhan mema’afkan aku.” Ujarnya seraya melanjutkan langkah.             Dia hendak menemui Ramon—pria yang dituduhnya telah menyentuhnya. Dia bukan p*****r tapi meminta bayaran pada Ramon. Namun, karena pria itu enggan membayar dirinya maka dia memutuskan untuk memerasnya. Hidup memang terkadang harus sekeras itu. Demi tuntutan. Natalie tahu dia salah. Tapi lebih bahaya lagi kalau hidupnya terus-terusan dikejar suruhan mantan kekasihnya itu.             Nat menatap gedung tinggi itu sesaat. Dia tahu kalau Ramon ada di sana, tepatnya di lantai 12. Nat berjalan menuju resepsionis untuk membawa id card bertuliskan visitor lalu menuju lift dan sampai di depan pintu kantor Ramon. Lantai 12. Dia agak sanksi dan malu melihat betapa rendah dirinya. Apa yang pria itu pikirkan tentang dirinya? Pasti buruk. Sesuatu yang buruk. Ya, Nat memang buruk.             “Nggak! Aku nggak ngerasa nyentuh kamu sedikit pun.” Pekik Ramon saat Nat mulai meminta uang yang disebutkan.             “Kamu ini benar-benar ya, apa perlu aku telepon orang tuamu biar mereka tahu kelakuan putranya?” Nada suara Nat tidak kalah dari pekikan Ramon.             “Jangan bawa-bawa orang tua, dong!”                                     “Yaudah, makanya bayar! Apa sih arti uang segitu dibandingkan dengan kekayaan kamu.”             “Uang segede itu lebih baik dikasih ke anak yatim-piatu, seenggaknya lebih bermanfaat dibandingkan diberikan ke wanita—“ Ramon menatap sinis Nat dari ujung kaki ke ujung kepala.             “Murahan?” Nat bangkit dari kursi. Dia melipat kedua tangannya di depan perut. “Dengar ya, aku nggak pernah tidur sama siapa pun. Aku cuma butuh uang. Pokoknya aku nggak mau tahu kamu harus kasih aku uang, kalau enggak aku bakalan sebar poto kamu ke media.” Nat pergi dengan kekesalan yang ingin ditumpahkannya.             Dia ingin sekali menjambak, memukul, menghancurkan sesuatu. Apa pun itu. Dia ingin sekali. Dia ingin meluapkan beban hidupnya. Karena jika dia menyebar poto Ramon bersamanya di atas ranjang sama saja dengan membunuh namanya di seluruh penjuru Singapura.             Resiko yang terlalu mahal diambil Natalie tapi mau bagaimana lagi hidup memaksanya untuk seperti ini. Dia berjanji jika ada uang sisa dia akan memulai hidup baru. Dia akan berjualan apa saja yang bisa dijual selama itu bukan dirinya sendiri. Dia tentu saja memiliki keinginan untuk bisa merubah hidupnya ke arah yang lebih baik. ***

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

My Secret Little Wife

read
98.7K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.2K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.7K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook