Bersama dengan laki laki gagah di sampingnya, Kezia melangkahkan kakinya dengan ragu ke dalam sebuah gedung megah, yang terakhir kali di kunjungi olehnya sepuluh tahun yang lalu. Laki laki berkulit sawo matang disampingnya tersenyum memberikan semangat pada Kezia. Setelah menarik nafas panjang dan meyakinkan dirinya. Kezia masuk ke dalam Alfone Motors, perusahaan milik mendiang ayahnya.
Bukannya menangis, Kezia tersenyum bangga melihat figura sang ayah tergantung di tengah-tengah lobby perusahaan, laki laki tampan yang sangat mirip dengan dirinya itu sedang duduk di sebuah kursi besar sambil menggendong seorang putri bergaun putih dengan sebuah mahkota khas putri raja yang bertengger di kepalanya.
Kezia ingat sekali, sebelum ayahnya menggantung bingkai foto tersebut di perusahaan ini mereka menulis sebuah pesan kecil disana yang bertuliskan.
Surat perjanjian.
Bersama dengan surat kecil di foto ini, perusahaan Alfone Motors akan menjadi milik princess Kezia, putri kesayangan ayah Alfonso, saat ia sudah dewasa nanti.
Tertanda.
Direktur utama Alfone Motors,
Alfonso.
Karena perjanjian kecil yang mereka buat di dalam foto tersebut lah yang membuat Kezia datang ke Indonesia dengan niat untuk merebut kembali semua harta pemberian Alfonso buat Kezia dari Albert.
"Bawa dia pergi dari sini!" Sahut Albert kepada security saat mengetahui kedatangan Kezia.
"Sepertinya dia tidak menganggap serius perkataanku kemarin James."
"Laki laki bodoh." Balas James.
Sebanyak dua orang security datang menghampiri mereka berdua untuk membawa Kezia keluar.
Hanya dengan tatapan matanya James berhasil menghentikan langkah kaki dua satpam tersebut. "Sentuh dia, maka kalian akan menyesal seumur hidup." Desis James.
"KENAPA DIAM?!" Amuk Albert.
"Sepertinya kau tidak sadar posisi mu ya Albert."
"Bukan kah itu Kezia?" Ucap salah satu karyawan senior di perusahaan ayahnya itu.
"Bukannya kata pak direktur, nona Kezia sudah meninggal."
Bibir Kezia tersenyum miris setelah mendengar perkataan dari karyawan-karyawan di sekitarnya itu. Pantas saja Albert tidak mencarinya, atau bahkan tidak menghubunginya. Ternyata satu-satunya saudara dari Alfonso itu menganggapnya sudah mati hanya demi menguasai harta milik Alfonso.
"Pergilah dari sini, selagi aku masih baik Albert, aku tidak akan ragu untuk menuntutmu kalau kamu masih mempertahankan posisi mu sebagai direktur di perusahaan ini."
"Tuntut saja kalau berani."
"Laki laki ini benar-benar susah di bilangi!" Ucap James mendekati Albert.
"Eh! James, jangan apa-apakan dia!" Sahut Kezia khawatir.
James melepas sepatu pantofel yang ia pakai lalu melemparnya dengan keras ke arah kepala Albert.
Albert yang ketakutan, lekas berlari menuju ruangannya, namun tubuhnya terjatuh ke lantai saat James berhasil menimpuk kepala Albert dengan sepatunya. Hari itu menjadi hari yang paling memalukan bagi Albert, bagaimana tidak? Seorang pria yang tidak ia kenal berani melempari kepalanya dengan sepatu di hadapan para karyawan.
Sesaat setelah keberadaan mereka tidak lagi terlihat oleh Kezia, James menunjukkan sisi menyeramkannya di hadapan Albert. Tangannya dengan kasar menarik kerah kemeja Albert untuk bangkit berdiri.
James adalah orang yang tidak peduli dengan usia maupun gender, jika siapapun berani mengganggu sesuatu yang dianggap James sebagai miliknya, ia pasti akan menghajar orang tersebut sampai kapok.
"Siapa kau?! Beraninya kau memperlakukanku seperti ini. Dasar pengawal kurang ajar!"
"Tutup mulutmu itu!" Ucap James penuh penekanan yang berhasil membuat Albert bergetar ketakutan.
"Orang-orang pembangkang seperti mu ini pasti akan membuat kebun anggurku jadi semakin subur."
"Sudahlah, gendut, bodoh, bau tanah pula." Sambung James.
"Apa maksudmu?!" Bentak Albert. Karena mendengar langkah kaki Kezia, James melepaskan cengkramannya dari kerah baju Albert.
"Mayatmu akan berpengaruh sangat baik untuk tanaman anggurku." Bisiknya dengan seringai yang menyeramkan.
"Kalau kau tidak pergi hari ini, keluargamu tidak akan lagi melihat mu untuk selama-lamanya."
Albert membatu dengan wajah yang begitu ketakutan, Kezia yang baru masuk ke ruang kerja Albert menatap mereka dengan sangat kebingungan, apa yang terjadi disini, kenapa rasanya suasana di ruangan ini benar-benar mencekam?
"Ada yang ingin Albert katakan pada mu." Ucap James lalu menatap mata Albert lekat-lekat dengan senyuman manis di bibirnya.
"Ah! I-iya.."
"Maafkan paman mu ini Key, paman berjanji tidak akan mengganggu kamu ataupun perusahaan ini lagi. Kamu memang pemilik asli perusahaan ini. Terima kasih sudah mempercayai paman untuk mengelola perusahaanmu selama sepuluh tahun terakhir ini." Ujar Albert ketakutan.
Kezia menatap James bingung.
Apa yang kau lakukan padanya? Ucap Kezia hanya menggunakan telepati.
James mengangguk seolah mengerti dengan arti dari tatapan mata Kezia.
Aku membuatnya menurut padamu. Ucap James dari dalam hatinya.
Kezia kembali memusatkan pandangannya pada Albert. Laki laki tua itu bergetar ketakutan sambil sesekali melirik ke arah James.
"OKE!" Teriak James tiba-tiba mengagetkan Albert sampai laki laki itu terjatuh di lantai. Tangan James dengan kuat menyentuh bahu milik Albert, tanpa sepengetahuan Kezia, tatapan mata James pada Albert kembali berubah menjadi sangat menyeramkan.
"Tadi bukannya kau bilang kau akan mengemas barang-barangmu Mr. Albert?" Ucap James.
"A—ah itu, iya, kau benar. Aku akan mengemas barang-barang ku hari ini. Besok kamu sudah bisa menggunakan ruangan ini Key." Ucap Albert.
Kezia mengangguk kan kepalanya dan tersenyum bahagia. Untunglah ada James, entah apa yang dilakukan James pada Albert, Kezia tidak peduli, tapi semua dapat berjalan dengan lancar akibat adanya James di sampingnya.
Perhatian Kezia teralih saat merasakan getaran handphone di saku jasnya.
"Siapa ini?"
"Halo sayang!"
"Devano?"
"Bagaimana bisa kau meninggalkan anak-anakku sendirian di rumah? Mereka bisa gila karena bosan!"
"Apa maksudmu? Kau dimana sekarang?!"
"Aku dimana? Tentu saja rahasia. Saat ini aku sedang bersama anak-anak. Kami akan bersenang-senang hari ini. Tenang saja, tidak akan lama. Nanti sore aku akan mengembalikan mereka ke ibu mereka yang galak. So, have fun with James." Ucap Devano sambil tertawa.
"Tidak. Jangan melakukan hal yang terakhir ku bilang! Sebagai ibu dari anak-anak ku kamu tidak boleh dekat-dekat dengan laki laki lain."
"Boo... membosankan! Kenapa daddy kita sangat receh seperti ini Tay?" Ucap Kenzie yang duduk di kursi belakang bersama Taylor.
"Aku mau bicara dengan anak-anak." Ucap Kezia menahan emosinya.
"Anak-anak daddy yang manis. Ini mommy mau ngomong."
"Hi mom!" Sahut Taylor sambil tertawa.
"Kalian tidak apa-apa nak?"
"Hei! Kezia... aku tidak mungkin menyakiti anakku sendiri."
"Kami akan pergi berenang bersama daddy mom."
"Berenang? Tapi kalian berdua kan tidak bisa—"
"Kamu lupa aku jago dalam berolah raga? Berenang itu hal kecil bagiku Key, anak-anak akan aman bersama ku. kau tenang saja."
"Bagaimana dengan Kenzie? Dia baru saja sembuh kemarin."
"Aku sudah membelikan inhalernya. Sudah lah Key, sifat terlalu khawatirmu itu memang tidak pernah berubah. Percaya padaku okey? Aku akan menjaga mereka dengan nyawaku sendiri."
"Jangan berenang di tempat yang dalam."
"Iya iya, kami hanya akan berenang di kolam anak-anak, kamu tenang aja sayang."
"Hmm... okey, tapi jam 5 sore nanti mereka harus sudah di rumah."
"Aye aye kapten!!" Sahut mereka bertiga bersamaan.
Perasaan hangat mengalir di hati Kezia, tangannya mematikan telepon dari Devano dengan senyuman yang tidak ia sadari sudah menempel di wajahnya sedari tadi.
"Siapa?"
"Devano. Dia membawa anak-anak berenang."
"Tapi kan Kenzie baru sembuh."
"Aku rasa Devano akan menjaga nya dengan baik." Bela Kezia.
"Aku laper James, makan nasi padang yuk."
"Oh no! Tidak nasi padang! Itu terlalu pedas buatku."
"Ayolah! Aku rindu makan rendang. Yuk yuk!" Sahut Kezia semangat lalu menyeret James menuju sebuah restoran padang favorit Kezia dulu.
Devano Julio
(Send a Picture)
Kami sudah di kolam berenang ya by...
Kezia Aprilla
Jaga anak-anakku dengan baik
Devano Julio
*anak-anak kita ❤️
***
"Aku tidak suka berenang." Ujar Kenzie jutek.
"Tapi kan—"
"Ssstt! Jangan bilang ke daddy kalau aku sangat suka berenang." Bisik Kenzie membungkam mulut adik perempuannya dengan jari telunjuk.
"Kenzie." Panggil Devano.
"Ada apa?"
"Kamu tidak perlu berakting di depan daddy, disini tidak ada mommy. Daddy membawa kalian kesini hanya untuk bersenang-senang. Hanya itu."
"Okay daddy!" Ujar Kenzie semangat lalu membuka kausnya.
"Kenzie! Pakai baju renang mu!" Omel Taylor sama persis seperti Kezia.
"Tidak mau! Huuh airnya dingin sekali! Ayo sini Taylor."
"Tidak! Aku akan mengganti pakaianku dulu."
"Mau daddy temani?"
"Ew, NO! Daddy itu laki laki tidak boleh ke toilet perempuan!" Ucap Taylor dan Kenzie bersamaan.
"KENZIE!!!" Jerit Taylor emosi karena Kenzie selalu saja menganggunya.
Air mata Taylor sudah mulai berlinang memenuhi kantung matanya, dalam beberapa menit lagi Taylor pasti akan menangis karena ulah Kenzie.
"Haa... nangeees~" Goda Kenzie.
Dan benar saja Taylor langsung menangis di tempat.
"Kenzie." Geram Devano pelan namun terdengar sangat menyeramkan, bahkan Taylor pun berhasil berhenti menangis karenanya.
"Jangan membuat adikmu menangis." Ucap Devano serius.
"Hmm, okay. I'm so sorry Tay." Ucap Kenzie
"Sekarang kita sudah tau siapa yang akan menjadi anak kesayangan daddy." Gumam Kenzie kesal.
"Ayo sini!!" Sahut Kenzie lalu menyiram Taylor.
"Huaaaa!! Daddy! Kenzie jahat!!!"
"Hadehh.." Gumam Devano.
Devano jadi merasa prihatin dengan Kezia karena harus menghadapi perang kakk
Setelah Taylor mengganti bajunya mereka menghabiskan waktu dengan berenang di pinggir kolam. Benar-benar membosankan. Kenzie sangat ingin berenang di bagian yang dalam, tapi Taylor memarahinya, dan daddy? Tentu saja ia ada di pihak Taylor. Dasar pilih kasih.
"Kenzie kamu mau kemana?"
"Ke kolam yang dalam."
"Jangan kesana Kenzie." Ujar Taylor.
"Ih tapi disini membosankan!!!" Jerit Kenzie.
Devano terdiam memandang wajah anaknya, ya, menurutnya berada di zona aman terus-menerus adalah hal yang membosankan, sebagai seorang laki laki, mereka harus berani mengambil resiko. Ya bodo amat lah kalau nanti dia di bunuh oleh Kezia, setidaknya ia telah mengajarkan putranya untuk tidak menjadi seorang pengecut.
"Okey! Kita akan membawa Kenzie ke kolam yang dalam. Taylor duduk saja di pinggir ya, jangan kemana mana." Ucap Devano pada anak perempuannya.
"Tapi mommy?"
"Boo!! Taylor membosankan!. Ayo daddy! Ajari Kenzie berenang."
"Let's go!"
"Hadeh~ janji laki laki itu memang tidak bisa di percaya ya." Gumam Taylor dengan sebungkus hotdog ditangannya.
Makan saat berenang itu memang benar-benar terasa nikmat.
"Ayo gerakkan tangan dan kaki mu."
"Seperti ini." Ucap Devano sambil memberikan contoh pada Kenzie.
Anaknya ini memang benar-benar cerdas, sama seperti ibunya, hanya dengan sekali lihat, Kenzie mampu mempraktekkan gerakan Devano dengan baik di dalam air.
"Bagus! Sekarang atur pernafasanmu dengan lebih baik lagi."
"Mungkin mommy mu belum tau, tapi berenang bagus untuk memulihkan kondisi mu nak, daddy yakin sebentar lagi penyakit asma mu itu akan sembuh." Gumam Devano sambil memandang Kenzie yang sedang berenang menjauhinya.
"Dad!" Sahut Kenzie panik saat ia mulai kelelahan di kolam dengan kedalaman tiga meter.
"Alright, here we go." Bagaikan peluru, Devano melompat masuk ke dalam air dan langsung berenang ke arah Kenzie dengan sangat cepat. Taylor yang sedari tadi hanya memperhatikan hotdog di tangannya terpesona dengan kemampuan berenang di atas rata-rata milik ayahnya.
"Are you okay?" Ucap Devano saat berhasil membawa Kenzie naik ke permukaan.
"Wohoo! Thanks daddy." Sahutnya sambil tertawa.
"Walaupun seram, tapi tadi seru juga sih dad."
"Ayo makan dulu." Ucap Devano sambil tertawa,
"Mie goreng?" Tanya Kenzie setelah pelayan restoran kolam renang itu mengantarkan tiga piring mie goreng instan di meja mereka.
"Ya. Kalian belum pernah memakannya?" Taylor dan Kenzie menggeleng.
"Bentuknya mirip seperti spaghetti buatan mommy, tapi, kenapa warnanya seperti ini?"
"Makan lah, mommy mu itu memang payah, bisa-bisanya dia tidak memberitahu kalian bagaimana lezatnya makan mie goreng setelah berenang."
"Mari kita coba!!" Sahut Taylor semangat.
"WAH ENAK SEKALI" Jerit Kenzie lalu dengan lahap menghabiskan mie di piringnya.
"Kenzie boleh nambah gak dad?" Ucap Kenzie.
"Pesan sesukamu, tapi jangan kekenyangan ya, nanti kamu bisa muntah."
"Okey!" Kenzie bergegas pergi menuju restoran untuk memesan dua porsi mie goreng lagi untuknya.
"Tuh kan dad, Kenzie tuh sayang juga sama daddy. Waktu di Paris juga Kenzie sering bilang dia mau ketemu sama daddy."
"HAHAHA. Iya daddy juga sangat ingin bertemu dengan kalian. Tapi mommy mu belum mau menerima daddy, tunggu sebentar lagi ya, daddy akan berusaha mengambil hati mommy kembali." Ucap Devano, Taylor mengangguk sambil tersenyum lembut lalu memakan mie di piringnya.
Semoga saja Kezia masih mau menerimaku.