DUA BELAS

1780 Kata
Di pagi yang cerah seorang perempuan cantik dengan setelan berwarna putih berjalan menuruni tangga di rumah mewah kediaman Farah Arsita Dia adalah Isabella Geraldine, seorang artis dan juga model yang sangat terkenal di Indonesia, bahkan para fans Isabella mengatakan bahwa Ica adalah titisan Dewi Aphrodite yang turun ke bumi. "Mah, Ica berangkat dulu ya." Ucapnya pada Farah yang sedang meminum teh di taman. "Kamu mau kemana? Kamu itu lagi hamil Ca, jangan kemana-mana dulu, kasihan anak kamu." Farah adalah satu-satunya perempuan yang sangat di sayangi oleh Ica, selain karena kebaikan dan ketulusannya. Perhatian yang di berikan Farah kepada Ica membuat Ica menganggap ibunda Devano itu sebagai ibu nya sendiri. "Hehehe, Ica gak apa-apa kok mom, Ica ada pemotretan untuk majalah, terus mau ada kegiatan sebentar di panti." "Panti?" Tanya Farah, Ica mengangguk. "Iya ma, mama kan tau dari dulu Ica gak kenal sama orang tua kandung Ica." Ica duduk di hadapan Farah lalu menggenggam tangan perempuan itu dengan lembut. "Karena itu, Ica mau menjadi sosok ibu yang baik bagi anak-anak yatim piatu yang tinggal panti." Ucapnya tulus. Farah tersenyum melihat kebaikan calon menantunya ini, perhatiannya teralih saat perempuan itu melihat memar bekas cekikan Devano pada Ica kemarin malam. "Ah, lehermu masih memar Ca." "Make-up Ica belum nutup memarnya ya ma?" "Sebentar, mama ambil kan syal." "Terima kasih ma, Ica pergi dulu ya" Ucap Ica sambil mengecup pipi Farah. Baru saja Ica sampai ke studio tempat ia akan melakukan pemotretan, puluhan wartawan sudah memenuhi jalan masuk ke studio tersebut. Mereka langsung mengerubungi mobil Ica dengan ribuan pertanyaan dari luar. "Kenapa serangga-serangga ini menghalangi jalan ku?" Ucap Ica pada sang supir. "Mungkin nona belum membaca berita hari ini." Ica lansung menghidupkan telepon genggamnya, dan melihat ada 79 telepon masuk dari managernya dan 57 pesan masuk. Ica membuka berita yang sedang panas hari ini di Internet dan mendapatkan foto Devano yang sedang berciuman dengan seorang perempuan di sebuah restoran. Sebisa mungkin Ica menahan amarahnya, ia tidak bisa mengamuk di hadapan para wartawan saat ini, citranya bisa hancur. Sambil tersenyum manis Ica membuka kaca mobilnya di hadapan wartawan. "Ica apakah benar Devano Julio berselingkuh di hadapan anda?" "Ah apa? selingkuh? Kalian pasti salah, Devano sangat mencintaiku, tentu dia tidak akan mengkhianatiku." "Bagaimana pendapat anda dengan foto Devano yang berciuman dengan seorang perempuan di sebuah restoran mewah kemarin malam." "What? Hahaha, tentu saja itu bukan Devano, semalam ia berada di rumah bersama ku. Itu pasti orang lain." "Maafkan aku, tapi aku hari ini sedang sangat sibuk, boleh kah kalian mengizinkan mobil ku masuk? Terima kasih." Ucap Ica sambil tersenyum ramah. Para wartawan yang terpukau dengan kecantikan Ica langsung mundur dari mobil idolanya dan membiarkan perempuan itu masuk ke dalam studio. "Kenapa ramai sekali?" Ucap Val, produser agency Ica yang kebetulan berada di dalam studio tersebut. "Ini semua karena Devano, kenapa dia sebodoh itu sampai mencium perempuan lain?" Ucap Ica menahan tangis. "Mencium perempuan lain? Dia sudah move-on dari Kezia?" "Entahlah Val! Apa yang kurang dari ku? Kenapa Devano tidak pernah menganggap aku ada? Aku tidak ingin menderita seperti ini terus." Ica menangis tersedu-sedu di hadapan Val. "Kalau kau mau aku akan menceraikan Thania untuk menikah denganmu." Ucap Val santai. "Apa?" "Biar bagaimanapun anak yang kau kandung itu anak ku kan? Aku yang lebih pantas merawatnya dibanding Devano." Ucap pria berusia 53 tahun itu. "DIAM!" "Jangan pernah kau mengatakan kalau janin di dalam perutku ini adalah anakmu! Aku sangat yakin kalau ini adalah anak Devano." "Ya sudah. Terserahmu mau mengatakan apa, aku juga tidak rugi jika kau tidak mau menikah dengan ku. Masih banyak perempuan-perempuan cantik di luar sana yang ingin tidur dengan ku demi ketenaran." "Sama seperti mu" Bisik Val. Ica terdiam di tempatnya dengan wajah merah padam, setelah menyelesaikan semua seluruh kegiatannya hari ini ia akan membuat perhitungan dengan Devano. *** "Hahahaha, fans-fans Ica memang sangat menyeramkan." "Di kasih berlian malah memilih batu : Berikut potret Devano, calon suami Isabella Geraldine yang berciuman dengan seorang perempuan misterius di restoran X" "Bagaimana bisa perempuan murahan seperti Ica di anggap berlian? HAHAHA." "Permisi pak, berikut dokumen perusahaan yang ingin bekerjasama dengan perusahaan bapak." Ucap Fina dengan setumpuk berkas di atas meja Devano. "Oh.. kau merusak kesenangan ku Fin." "Maafkan saya pak, tapi mungkin berkas yang paling atas akan mengembalikan kesenangan bapak." Ucap Fina lalu melenggang pergi. Penasaran, Devano langsung mengambil berkas yang berada di tumpukan paling atas. K&T Corporation "WOHOO!!" Sahut Devano semangat setelah membaca kop surat tersebut. "Kenapa kamu tidak bilang pada ku dulu untuk melakukan kerja sama di DJ Group?" Sahut Kezia memarahi Ariella di seberang telepon. "Maaf Key, aku kira kau akan setuju jika peragaan busana kita di Bali bekerja sama dengan DJ Group." Ucap Ariella penuh rasa bersalah. "Tarik surat itu sekarang!" "Umm.. maafkan aku, bukannya aku tidak mau, tapi aku tidak bisa melakukannya, pihak DJ Group sudah menandatangani perjanjian kerja sama kita." "Bagaimana bisa? Kau bahkan belum bertemu dengan mereka." "Devano lah yang menghandle proyek yang ini, dan dia mengatakan kalau ia sangat percaya dengan K&T Corporation." Kezia langsung mematikan teleponnya karena kesal. Devano sialan! Dia pasti melakukan ini agar Kezia tetap terikat dengannya, setidaknya untuk bulan ini. "AH!!!" "Ada apa?" Ucap James dengan celemek di badannya. "Devano—" Ucap Kezia terpotong. "KAU MEMASAK?!" Kezia langsung berlari menuju dapur, untung saja dapurnya belum meledak seperti dulu. Dari atas meja makan, Taylor dan Kenzie menatap Kezia heran lalu tertawa. "Aku sudah belajar masak Key, lagi pula kejadian itu sudah tiga tahun yang lalu. Ayo sarapan." Ucap James kesal. "Sorry." Ucapnya malu. Hari ini Chef James dadakan memasak Beef Bourguignon kesukaan Kenzie. Ya walaupun belum se-enak restoran-restoran di prancis, setidaknya hari ini James tidak meledakkan apapun. "Kau mau masak James?" "Tentu. Silahkan duduk dan bersantai nyonya" Beberapa menit kemudian... DUAR!!! "APA INI JAMES?! KENZIE CEPAT PANGGIL AMBULANCE!!!" James menutup mukanya malu saat mengingat kejadian itu. "Hmm.. ini lumayan enak." Puji Kenzie. "Benarkah?" Ujar James bersemangat. "Tapi masih lebih enak buatan mommy." Ucap Kenzie dengan dingin sambil mengunyah daging yang memenuhi mulutnya. "Kenzie, tidak boleh seperti itu." "Dengarkan mommy mu Ken." "Iya mommy, terima kasih sudah memasakkan kami sarapan lezat ini uncle James." "Iya Kenzie anak baik. Sama-sama." Ucap James sambil tertawa. "Kau akan pergi hari ini? Aku lihat tadi kau membereskan barang-barang mu ke dalam tas." "Ah iya, aku lupa mengatakannya padamu. Bisakah kau menjaga anak-anak sebentar, sepertinya akan berbahaya jika aku membawa mereka ke tempat Albert." "Tentu. Pergilah, kalau ada apa-apa jangan lupa kabari aku." "Thanks James." Dengan memakai kaus berwarna mustard, dan outer berwarna Navy, Kezia berjalan masuk ke dalam kediaman Albert. Sedari tadi dirinya tidak sadar kalau ada seseorang yang terus menerus mengikuti nya dari belakang. "Maaf nona, anda ingin menjumpai siapa? Apa sudah membuat janji?" "Belum, apa bertemu dengan pamanku sendiri harus membuat janji dulu?" "Paman?" "Kezia? Sedang apa kau disini?" Ujar Sandra terkejut. "Hallo tante Sandra. Lama tidak berjumpa." Ujar Kezia dengan lambaian tangan sambil melepas kaca mata hitam yang ia pakai. "Biarkan dia masuk." Ujar Sandra pada pengawalnya. "Kezia!" Sahut Albert lalu memeluk keponakannya yang sudah pergi dari Indonesia selama sepuluh tahun itu. "Bagaimana kabarmu? Kau terlihat semakin cantik sekarang." "Iya, wajahmu benar-benar glowing, skincare apa yang kakak pakai?" Ucap Hana, satu-satunya anak perempuan Albert. "Aku hanya memakai skincare SF-III" dan sedikit air mata sebelum tidur tentunya. "Ayah! Hana tidak mau tau, pokoknya ayah harus membelikan Hana skincare itu!" "Iya sayang." "Seperti nya ayahmu tidak akan bisa membelikan kamu skincare mahal itu, biar kakak yang membelikannya." "Benarkah? Apakah semahal itu kak? Terima kasih kak." "Sebaiknya kamu masuk ke kamar Hana." Bisik Sandra pada anaknya, Hana mengangguk dan langsung pergi masuk ke dalam kamarnya. "Apa maksudmu Kezia? Kau merendahkan ku?" "Tentu saja? Apa kau segitu miskinnya sampai tidak memberikan ku minum?" "Mayang! Buatkan teh!" Sahut Sandra. "Apa maksudmu datang ke mari. Aku kira kau tidak akan kembali lagi." "Kenapa kau terlalu percaya diri aku akan membiarkanmu mengambil seluruh harta ayah?" "Aku membantumu Key, kau pasti tidak bisa mengelola perusahaan dengan baik karena harus mengurus anakmu—" "Stop. Membantu? Kau bilang kau akan memberikan ku uang setiap bulan untuk kehidupan ku dan anak-anakku. Tapi apa yang terjadi? Kau bahkan tidak pernah menghubungiku sekalipun selama sepuluh tahun." "Ak—Aku" "Aku tidak butuh penjelasan dari mulut busukmu Albert. Mulai besok aku akan kembali mengelola perusahaan ayah." "Alfone Motors, akan ku jalankan sesuai dengan pemintaan terakhir ayah. Kalau kau tidak mau ku buang, lebih baik segera bereskan barang-barangmu di kantor dan letakkan di ruang karyawan biasa." "Apa maksudmu? Kenapa aku diturunkan menjadi karyawan biasa?! Aku ini pamanmu! Seharusnya kau lebih menghormatiku." Kezia tertawa lalu meludahi wajah Albert dihadapannya. "Aku bukan lagi Kezia bodoh yang bisa takut dengan mu. Kalau kau tidak melakukan seperti yang ku bilang. Maka lebih baik kau keluar saja dari perusahaan ayahku--, ah tidak, maksudku. Perusahaan ku." "ANAK SIALAN!!!" Amuk Albert dengan tangan yang terangkat hendak memukul wajah Kezia. Berani-beraninya anak ingusan ini meludahi wajahnya. Ayunan tangan Albert terhenti karena tertahan oleh tangan seseorang. "Laki laki tua seperti mu ternyata tidak tau sopan santun sama sekali ya? Mana boleh seorang laki laki memukul perempuan." Ucap Devano tak sadar diri. "Sedang apa kau disini?" Ujar Kezia tidak suka. "Kau mau aku jujur atau bohong?" "Jujur." Ucap Kezia geram. "Aku membuntutimu dari tadi." "Bagaimana kau bisa masuk ke rumahku?! Dimana para pengawal? GILANG!" "Dia sudah tak sadarkan diri di depan. Pengawalmu lembek semua, bahkan aku sendiri saja bisa mengalahkan mereka." "Lepaskan tanganku!" "Okey." "Seharusnya kau bersyukur aku muncul tepat waktu, kalau saja tanganmu itu berhasil mendarat di wajah cantik kekasihku ini. Sudah pasti kau dan seluruh keluargamu ku kubur hidup-hidup di tengah hutan." "Sebaiknya kau pikirkan belas kasihan Kezia pada kalian, ayo sayang." Ucap Devano sambil menarik tangan Kezia keluar dengan melangkahi tubuh pengawal-pengawal Albert yang tergeletak babak-belur di lantai. Sesampainya di luar rumah Albert, Kezia langsung menepis tangan Devano yang menggenggam nya. "Aku bisa mengatasi ini sendirian!" "Aku juga awalnya ingin membiarkan mu. Tapi melihat laki laki kurang ajar itu ingin memukulmu, tentu aku tidak bisa diam saja Key." Ucap Devano serius. "Sepertinya kau tidak menangkap perkataanku dua hari yang lalu dengan baik." "Tentu saja. Di dalam kamus ku tidak ada kata menyerah. Kau sendiri tau itu kan?" "Pergi lah Dev. Aku tidak ingin melihat mu atau bahkan berurusan denganmu lagi." "Aku lapar, ayo kita makan dulu." Ucap Devano sambil menarik tangan Kezia masuk ke dalam mobilnya. "Devano!" "Apa sayang?" "Kau benar-benar menjijikkan." "Aku tau. Kau mau makan apa?" "Turunkan aku!" "Makanan itu tidak ada dalam menu, sayang." "Berhenti memanggilku sayang!" "Wow, sejak kapan kau berubah menjadi segalak ini?" "Sejak kau membuangku?" Kezia dan Devano terdiam seketika, seolah merasakan hal yang sama. Hati mereka sama-sama merasakan kepedihan akibat masa lalu. "Sekarang turunkan aku." "Tidak. Hari ini kau akan bersama dengan ku." Ucap Devano lalu meningkatkan laju mobilnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN