bc

Never Call Me, "Ukhty"!

book_age4+
107
IKUTI
1K
BACA
dark
drama
twisted
sweet
lighthearted
serious
kicking
mystery
scary
spiritual
like
intro-logo
Uraian

Roomesa, ibu dengan dua orang anak tidak bisa menerima pernikahan kedua suaminya, hingga pergi dan "menghilang" dari kehidupan lelaki yang sudah menjadi imamnya selama sepuluh tahun, tanpa tahu siapa wanita dibalik cadar yang menjadi istri kedua suaminya.

Sementara Farhan suami Roomesa, tidak mau kehilangan keluarga kecilnya namun di sisi lain dia sangat butuh dukungan finansial dari Lala, istri kedua yang juga sahabat Roomesa.

Farhan kehilangan jejak tiga kesayangannya, saat kebakaran hebat yang melalap rumah kontrakan mereka, entah kemana Roomesa membawa Zidan dan Zakia.

Setelah menghilang dari Farhan, Roomesa merintis usaha dari nol, berbagai cobaan dilalui bersama Kedua anaknya.

Lala, dengan segala tipu muslihatnya berhasil meyakinkan Farhan untuk melanjutkan kuliah di Ankara Turki, hingga Farhan akhirnya benar-benar terpisah dari keluarganya

Bagaimana akhirnya Farhan menemukan tiga kesayangannya setelah kembali dari Turki?

Sementara Roomesa telah dipinang seorang duda tampan akhlak menawan pemilik pondok pesantren, kemana hati Roomesa berlabuh?

Apakah memaafkan Farhan atau menerima pinangan Ustadz Ramdani?

chap-preview
Pratinjau gratis
Orang Miskin dilarang sekolah
"Jangan coba - coba daftar di sekolah itu, MAHAL! " Tegas Bu Fauziah Roomesa cuma tersenyum mendengar ucapan tetangga barusan. Zidan, anak lelaki Romeesa sebentar lagi tamat MTS. Dia ingin sekali masuk SMK Penerbangan, sekolah itu diidamkannya semenjak masih duduk di bangku kelas tujuh MTS. Sayangnya kata orang sekolah itu sekolah mahal dan Roomesa hanyalah single parent dengan dua orang anak. "Ehm, kalo boleh tau kira - kira berapa ya biayanya masuk ke sekolah itu? soalnya Zidan pengen banget," tanya Romeesa mulai penasaran, semoga Allah memudahkan niat baik kami. "Pokoknya mahal kata orang - orang, kamu pasti gak mampu bayar," ketus Bu Fauziah, tetangga sebelah rumah yang sedang menjemur pakaian tanpa menoleh ke arah lawan bicara. Romeesa hanya bisa memaklumi ucapannya yang kadang tak pakai hati dan otak saat melontarkan kata pada lawan bicara, bukan kali ini saja ucapannya membuat mengurut d**a. "Kenapa gak daftar di sekolah biasa yang gratis, agar tak membebanimu?" lanjut Bu Fauziah lagi. " Zidan anaknya pintar, jadi saya akan usahakan yang terbaik," jawab perempuan muda itu dengan senyum terpaksa. "Alah, belagu amat kamu. Jangan memaksakan diri, bisa - bisa malah nyusahin orang lain dengan ngutang sana sini," bibirnya mencibir dan llirikan mata merendahkan. "InsyaAllah, Allah akan memudahkan," sahutnya optimis. "Lebih baik kutinggalkan perempuan ini, dari pada kepala dan hati kian panas karena mendengar ucapannya," lirih Meesa, begitu biasa dia dipanggil. "Loh, kok malah kabur. Dikasih tahu malah nyelonong pergi, demi kebaikannya juga, kok," celetuk Bu Fauziah, sisa - sisa suaranya masih terdengar di telinga Roomesa. *** "Ummi, kenapa? kok, kelihatannya sedih?" ujar Zidan, putra sulung Roomesa yang beranjak remaja. "Ah, gak sedih, kok, cuma Ummi mungkin lagi capek saja," jawabnya lalu menyandarkan bahunya di sofa yang sudah usang. "Aku pijit ya, Umm," Zidan memijit telapak kaki Ummi yang lelah setelah mencuci pakaian, Usaha laundry Roomesa memang belum memiliki karyawan. Jika lagi banyak orderan maka Zidan dan Zakia yang turut membantunya saat libur sekolah. "Zidan sebentar lagi lulus ujian, kan? Mau gak mondok biar bisa jadi hafiz?" Romeesa mencoba memberikan pilihan selain lanjut ke sekolah umum untuk anaknya. "Zidan harapannya masuk SMK Penerbangan tapi kalau Ummi punya pilihan yang lebih baik, Zidan ikut pilihan Ummi saja," Anak sulung Romeesa sudah mulai peka, dia tahu kemana arah omongan Umminya. "Ya, sudah terserah zidan saja, yang penting jangan pernah tinggalkan sholat lima waktu." Romeesa mengusap kepala si sulung. Menjelang maghrib, putranya segera menuju mesjid. Selama ini dia menjadi muadzin di mesjid dekat rumah. Ada rasa bangga dan harus mendengar gema suaranya setiap waktu sholat tiba. Setelah melaksanakan sholat, seperti biasa hidangan untuk makan malam sudah tersedia sebelum putra kesayangannya kembali dari mesjid. Sembari menunggu anak - anaknya, Romeesa mencari tahu info tentang sekolah lanjutan yang difavoritkan Zidan. Sebuah postingan pamplet SMK Penerbangan An - Nas Maros Sulawesi - Selatan, penerimaan peserta didik baru, program keahlian : Perawatan Rangka dan Motor pesawat ... , " Romeesa membaca sebuah gambar postingan dengan teliti. Ada beberapa nomor w******p yang bisa dihubungi untuk info lebih lanjut, dan yang paling menarik hatinya membuat matanya berbinar - binar. Bukan karena photo sepasang siswa dan siswi yang gagah dan cantik memakai seragam lengkap sekolah ketarunaan itu, tapi sebuah tulisan [ Gratis untuk Penghafal Al - Qur'an] Ada secercah harapan, " Insya Allah Zidan pasti lulus lewat jalur ini, Allah selalu memudahkan urusannya," gumam Romeesa, pikirannya memang selalu optimis. "Assalamu'alaikum," Ucap Zidan sebelum masuk ke dalam rumah. "Waalaikumsalam," jawab Ummi dan Zakia, mereka sudah duduk di meja makan menunggu putranya pulang dari mesjid. "Kak, yuk makan!" ajak Zakia "Kak, jadi daftar di SMK Penerbangan?" tanya Zakia pada Kakaknya yang baru saja duduk. "Insya Allah, jadi." Sahut Ummi tersenyum melihat ke arah Zidan dan keliatan bersemangat. "Benar, Ummi?" Zidan dan Zakia kompak menoleh ke arah Ummi Romeesa. "Tapi, kan Umm - " Zakia ragu melanjutkan ucapannya. "Tapi kenapa?" sambung Ummi Romeesa dengan senyuman hangat. "Dengar - dengar di situ sekolahnya mahal, apalagi kalo sudah praktek." Zakia mengerutkan kening. "Insya Allah, semua akan terasa mudah jika kita bergantung hanya pada Allah, yang Maha Mengatur," ucap Ummi sambil menyendok nasi ke piringnya. "Ummi, kalo emang berat sebaiknya Zidan cari sekolah lain saja. Aku gak mau membebani Ummi." " Dibalik kesusahan pasti ada kemudahan, ingat surah Al - insyiroh kan?" ujar Ummi menyebutkan salah satu surat dalam Al Qur'an. "Ummi dapat arisan, ya?" sela Zakia "Mana pernah Ummi ikut arisan?!" jawab Ummi menautkan alis. "Trus?" "Udah makan dulu, cerita lanjut setelah makan." ucap Ummi tersenyum, Zidan terlihat berbinar mendengar Ummi Romeesa optimis dan mendukungnya masuk sekolah favoritnya. *** "Rayyan sudah ambil formulir loh di SMK Penerbangan tadi," ucap Bu Fauziah sambil memilih sayur yang akan dibeli. "Oh, gitu ya. Alhamdulillah. Semoga lulus ya," sahut Romeesa. Rayyan anak Bu Fauziah sebenarnya satu tahun lebih tua dari Zidan, Karena Zidan berkesempatan mengikuti kelas akselerasi saat MTS akhirnya bisa lulus dalam waktu dua tahun saja. "Zidan gimana? jadinya mau daftar sekolah di mana?" tanya Ibu Rayyan penasaran. "Insya Allah Zidan daftar ke SMK Penerbangan juga," jawab Romeesa antusias. "Biaya formulirnya aja sudah nguras kantong loh!" bibir Bu Fauziah mencebik. "Kenapa ambil formulir jika nguras kantong Bu? yang gratis kan banyak," sahut Romeesa, membuat ibu - ibu lainnya jadi tertawa. "Saya sih gak masalah ya, yang saya maksud itu kamu kalo ambil formulir saja sudah nguras kantong? pembayaran yang lainnya pasti lebih banyak lagi. " tegas Bu Fauziah yang urat mukanya sudah jadi tegang. "Saya gak akan bayar Bu, jadi gak perlu nguras kantong," sahut Romeesa santai. "Maksudnya? kamu punya chanel atau orang dalam ya?" tebak Bu Fauziah. "Mana mungkin Bu, siapalah kami ini," Wanita berpenampilan sederhana itu merendah. "Kok bisa gak bayar? pasti ngarang ya? dosa loh kalo bohong!" Bu Fauziah makin mencebik. "Rezeki siapa yang tahu toh Bu?" celetuk salah satu pembeli sayur. "Benar tuh," jawab suara sumbang yang sedari tadi menyimak obrolan Ummi Romeesa dan Bu Fauziah. "Tapi kan di situ mahal loh!, belum lagi kalo praktek kerja di Bandara, pasti bayar lagi," ketusnya lagi. "Do'ain ya biar usaha laundry saya lancar," "Emang berapa sih penghasilan dari nyuci? sekarang mah dibilangnya laundry, biar kedengerannya keren padahal buruh cuci juga kan?" kata Bu Fauziah meremehkan usaha laundry Romeesa. Ibu dua orang anak itu tak mau terpancing emosi. Rugi waktu dan boros energi jika harus ribut dengan Bu Fauziah yang memang senang berselisih dengan tetangga, Romeesa lebih memilih diam dan tersenyum meski pahit. "Dipikir - pikir lagi ya Umminya Zidan, apalagi Zidan kan lulus di MTS sebaiknya lanjut Madrasah Aliyah, biar nyambung," lanjut Bu Fauziah yang tetap kekeh memperingati Romeesa agar tak mendaftarkan Zidan di sekolah yang sama dengan Rayyan. "Ya bagus dong Bu, Zidan satu sekolah sama Rayyan, biar bisa barengan ke sekolah," jawab Romeesa santai dengan bibir melengkung ke atas. "Ehm mau nebeng ya ke sekolah, biar dapet tumpangan gratis? biar ngirit gak naik angkot? orang miskin mah gitu, pengennya yang gratisan," cibir Bu Fauziah yang bibirnya makin ditarik ke bawah. "Emang sudah yakin Rayyan lulus?" balas Romeesa, jawaban telak membuat tetangganya itu gagu, tak tahu mau jawab apa. "Ah udah, saya balik ke rumah dulu. Keburu siang, mana belum masak," Bu Fauziah nyelonong pulang ke rumahnya dengan membawa sekantong sayur. "Bu...Bu Ziah," teriak tukang sayur. "Apa sih, panggil - panggil?" ketus Bu Fauziah "Itu sayurnya belum dibayar!" "Astaga, saya lupa! ni ambil aja kembaliannya semua! " ucap Bu Fauziah balik lagi dengan muka memerah menahan malu campur amarah. "Ini mah kurang Bu Ziah!" balas Daeng penjual sayur.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.6K
bc

TERNODA

read
198.5K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.4K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.7K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.1K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
53.4K
bc

My Secret Little Wife

read
132.0K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook