Seekor elang dilepas terbang dari titik buta pengawas markas. Elang itu berputar dua kali di atas markas, makin lama makin tinggi hingga jauh dari orbit dan penerangan. Dia menghilang dalam kegelapan bahkan nyaris tanpa suara kepakan sayap. “Ini caramu berkomunikasi?” tanya Naviza datar. “Hemm,” gumam Angkasa. Mereka menyepi di satu sisi di sisa lahan bagian belakang markas yang berbatas langsung dengan sebuah tebing batu tinggi. Tak dibangun pagar lagi di bagian itu, benar-benar mengandalkan dinding tebing itu sebagai pembatas sekaligus pelindung markas. Juga tak diberi penerangan yang layak di sana. Satu-satunya sumber cahaya hanya obor besar yang terpasang dekat dengan pintu ke dalam markas. Satu obor yang hanya mampu menerangi dalam radius paling jauh dua

