. Sementara itu, Angkasa masih terdiam di hadapan papan tulisnya. Dia seret kursi kerjanya ke depan papan itu. Duduk ia di sana dengan mata yang tak lepas sedetik pun memandangi tulisan-tulisan acak buah pikirannya di papan kaca itu. “Darimana harus kumulai mencari mereka?” gumam Angkasa. “Bagaimana aku bisa temukan jawaban tanda tanya besar itu?” Matanya fokus pada satu titik di papan kaca itu. Di pusat papan tertulis sebuah tanda tanya dalam ukuran yang sangat besar di belakang sebuah kata “nama?”. Semua peluang yang ia buka, lagi-lagi berujung pada tanda tanya itu. Diingat sekeras apapun, dia tak mendapatkan sedikit pun petunjuk. Jika pria Vocksar itu sangat mengenalnya hingga memiliki tatapan yang begitu sedih sekaligus marah, bukankah mereka pasti memiliki suatu hubungan

