bc

Kutukan Cinta Renjana

book_age18+
3
IKUTI
1K
BACA
HE
forced
curse
arrogant
boss
bxg
kicking
office/work place
assistant
like
intro-logo
Uraian

Renjana tidaklah berparas jelek. Namun dia tidak berani untuk berkencan dengan pria manapun. Setiap dia berkencan akan selalu kandas. Pria yang dia kencani akan sial seumur hidupnya.

Awalnya dia tidak percaya pada mitos kutukannya. Namun, kesialan berulang terjadi pada dua pria yang dulu menjalin hubungan dengannya. Renjana memutuskan untuk sendiri pada akhirnya.

Namun, sebelum dia bertemu dengan Abijana, atasannya yang membuatnya susah, dan merasa kesal sepanjang hari. Renjana yang kesal, bersumpah akan membuat Abijana jatuh cinta, dan mengalami kesialan seumur hidupnya. Setidaknya bayaran atas sikap menyebalkannya selama ini.

Follow IG Author @gumigulaofficial_

chap-preview
Pratinjau gratis
Bab 1 - Naik Jabatan
"Renjana!" Gadis itu menoleh sambil memutar kursinya. Wajah lesunya merespon dengan malas, "Kenapa Mbak Ita?" "Dipanggil Pak Abi ke ruangannya." "Ntar deh, abis makan." "Sekarang Jana!" desaknya. Apa lagi ini? Baru saja dia menyelesaikan editing laporan perusahaan, masih saja dipanggil. Gaji nambah engga, kerjaan makin banyak. Payah! Dengan ogah - ogahan Jana bangkit. Dia bergegas menuju ruangan Bosnya. Tahun ke- tiga di Mareswari Company masih sama saja. Hanya orang - orang yang mental baja, tahan banting yang mungkin bertahan seperti dia dan yang lain. Tangannya mengetuk pintu berlapis kaca. Hanya jeda semenit, Jana memasuki ruangan Bosnya. Benar saja. Alis tebal pria itu sudah mengkerut. Jika sudah begini, tamatlah riwayatnya. "Siang Pak," sapanya sopan. Tak ada angin tak ada hujan, dokumen itu dilempar dengan kasar. Brak! Hampir Jana melompat karena kaget. Untung saja dia tak bergerak dari posisinya. "Ini yang kamu sebut laporan?" suaranya pelan namun mengintimidasi. Belum lagi tatapan dingin yang dia lemparkan membuat bulu kuduk merinding. "Memang laporan saya kenapa Pak?" "Baca." Jana mengambil dokumen tersebut, lalu membacanya. Matanya melebar. Sial! Pantas saja Bosnya tantrum siang - siang. "Pak, itu— saya minta maaf, karena salah mencetak laporannya. Saya akan segera perbaiki." "Perbaiki? Seminggu ini bahkan kamu sudah tiga kali melakukan kesalahan! Saya heran, bagaimana bisa kamu lolos untuk tes interview perusahaan? Bahkan kualitas kamu dibawah rata - rata kualifikasi dari perusahaan." Jleb! Rasanya Jana ingin mengumpat. a*u! Muncung Bosnya itu sangat tajam. Kalau bukan dia ingat posisinya, sudah dia baku hantam sejak itu juga. "Maaf, Pak," gumamnya. "Jika kinerja kamu terus seperti ini, Mareswari juga tidak butuh karyawan yang tidak kompeten. 10 menit lagi dokumen itu harus ada dimeja saya." Jana mengangguk. "Ba— Baik Pak. Saya akan lebih teliti kedepannya." Tangannya menggerakan tanda mengusir. Otomatis Jana pun segera keluar. Untuk apa juga terus berlama - lama dengan atasan menyebalkan. "f**k!" Jana berlari ke office untuk mencetak ulang laporan. Dia hanya punya waktu 10 menit. "Rajin amat Neng." Matanya memutar, dia malas menanggapi. "Kayanya lo lebih cocok jadi asisten Pak Abi, Jan." "Muncung lo dikondisikan, Di. Gue masih nahan engga mukul dari tadi." Adi mendengarnya terkekeh. "Lo tau Mbak Ita bakal cuti lahiran?" Jana menggeleng. Dia memang tipe orang yang tidak peduli urusan orang lain. Urusannya sendiri sudah pening, masa mau ditambah lagi? "Kira - kira yang gantiin Mbak Ita siapa ya, Jan?" tanyanya penasaran. "Mana gue tau. Dikira gue dukun? Udah sana hus! Makin kesel gue yang ada," sewotnya. —————- "Akhirnya selesai juga. Balik juga huh," gumamnya lega. Jana berbinar menatap laptopnya. Dia akan menutup dan berkemas pulang, tapi sebuah map tebal tiba - tiba didepan mejanya. Matanya mengerjap. Kepalanya mendongak. dia mendapati Abijana berdiri menatapnya datar. "Pak Abi?" kagetnya. "Kamu cek dokumen ini." Jana membuka mulut hendak memprotes. Tangan Abijana keatas menandakan tak ada penolakan. "Saya tunggu diruangan saya satu jam lagi. Tanpa ada kesalahan. Tanpa ada protes." Pria itu seperti sengaja menekan kalimat terakhirnya. Setelah itu dia pergi begitu saja. Jana rasanya ingin melempar Bosnya ke laut. Bukan sekali dua kali, tapi sering. Dia terpaksa lebur dadakan, sesuai dengan mood si Bos. Adi mendorong kursinya ke belakang, dan menaik turunkan alis. "Cie, lembur bareng Bos ya." Jana menatap tajam Adi kesal. "b*****t, diem lo!" "Hahahaa. Yaudah gue balik dulu Jan, selamat lembur." Adi beranjak dari duduknya, dan pulang. Office pun hening. Hanya tinggal dia sendiri, dengan dokumen sialan itu. Rencananya pulang kerja akan menonton, gagal, karena lemburan dadakan. Abijana sialan! Dret! Ponselnya bergetar. Jana mengangkat telponnya. "Halo Mah?" "Jana jadi kan nemenin Hesti nonton? Hesti sudah merengek terus menunggu kamu kembali." Dia menghela napas. "Maaf Mah, Jana harus lembur dadakan. Jana engga bisa ikut." "Yasudah, nanti Mamah beri Hesti pengertian." "Jana tutup dulu telponnya Mah, Jana mau selesaikan kerjaan dulu." "Ya, jangan minum terlalu banyak kopi. Tidak baik buat kesehatan kamu. Selamat bekerja sayang." "Iya Mah, terimakasih." Jana pun menutup telpon. Dia menghela napas menyesal. Dia harus mengingkari janjinya pada Hesti— adiknya. Dia tau, Hesti akan merajuk kepadanya setelah ini. Renjana memicingkan mata menatap ruangan diujung. Ruangan itu milik Abijana. Rasanya dia ingin misuh - misuh dengan pria itu. Untung dia masih sadar posisi, kalau tidak, sudah habis Abijana padanya. ———- Sudah pukul delapan malam. Jana melirik ke jam tangannya, sebelum bangkit dari duduknya. Dia lalu membawa dokumen yang sudah dia revisi dua kali, menuju ke ruangan Abijana. Tangannya mengetuk pintu sebelum dia kemudian masuk. "Malam Pak Abi." Abijana rupanya tak berpindah posisi. Jana menyadarinya. Dia masih sama dengan posisi tangan kanan yang menyangga kepala, sambil membaca laporan. Pria itu memberi isyarat Jana duduk didepannya. Jana pun menurut, tubuhnya sudah lelah. Dia butuh kasur di jam rawan seperti ini. "Ini Pak revisi dokumennya." Jana menyerahkan dokumen yang dia kerjakan. Tanpa mengucap sepatah kata, Abijana membuka dokumennya. Dia mulai membacanya perhalaman. Suasana ruangan hening. Menunggu Abijana mengecek pekerjaan, membuatnya bosan dan ngantuk. "Bagus." Bibir gadis itu tertarik keatas senang. Akhirnya, dia bisa pulang juga. Abijana mendongak menatap Jana yang tersenyum. "Besok pagi jam tujuh, temui saya di sini." "Ke— ke ruangan?" kagetnya. Jana baru saja merasa lega. Tapi apa ini sekarang? Bosnya senang sekali membuatnya jantungan. "Kontrak selesai masa kerja. Makanya saya ingin kamu ke ruangan saya besok pagi." Jana melemas. Dia dipecat? Bagaimana nasib tagihan paylatternya? belum lagi cicilan mobilnya yang setengah jalan. "Pak Abi bilang saya mengalami peningkatan. Ta— tapi kenapa malah Bapak berniat memecat saya?" mata Jana sudah berkaca - kaca. Dia belum siap jadi pengangguran penuh hutang. "Memang. Saya memang sudah pertimbangkan semuanya." Jana tak tahan, dia kemudian menangis. Barang kali Abijana iba, dan tidak jadi memecatnya. "Demi langit, bumi dan matahari, Pak. Saya sudah berusaha maksimal menaikan kualitas diri saya sebagai karyawan Bapak. Saya berusaha bekerja keras mengabdi perusahaan. Bapak tidak boleh memecat saya!" "Kenapa tidak boleh? Saya yang punya perusahaan. Saya yang gaji kamu. Kenapa kamu yang ngatur?" Jleb! Sial! Iblis satu ini benar - benar tidak punya rasa iba. Dia bukan manusia. Sia - sia dia berdrama didepannya. Jana tak menyerah. Dia bahkan bangkit dari duduknya. Dia berlutut didepan meja Abijana. Semua dia lakukan demi cicilan hutangnya. "Saya janji akan bekerja lebih keras Pak! Tolong jangan pecat saya. Saya masih banyak cicilan Pak, hiks hiks ..." Usaha terakhirnya adalah pasrah. Dia sudah memaksimalkan dramanya. Tak sia - sia juga selama kuliah dia bergabung ke klub teater kampus. Ternyata berguna juga. "Saya memang harus memecat kamu. Mulai sekarang kamu bukan divisi editing perusahaan saya. Tapi sekretaris pribadi saya." "Pak jangan pec— loh heh?!" Matanya melebar. Dia mendongak kearah Abijana terkejut. "Se— sekretaris?" "Hm. Kamu akan menggantikan Ita sebagai sekretaris saya mulai dari sekarang, Jana." Damn! Coba saja Jana tidak punya cicilan. Sudah pasti dia milih jadi pengangguran, dibanding bekerja sebagai sekretaris pribadi Abijana. Sial!

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.7K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.6K
bc

TERNODA

read
198.6K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.2K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.4K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
54.7K
bc

My Secret Little Wife

read
132.0K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook