Part 7 Kesibukan

1077 Kata
Hari pertama bekerja di perusahaan ayah yang sekarang secara otomatis menjadi perusahaanku juga, membuatku sedikit asing. Ya hanya sedikit karena memang aku sudah pernah kesini meski karyawan disini belum mengenali aku. Asing karena ini adalah tempat kerja yang berbeda dengan suasana yang berbeda juga terkesan begitu baru dan aku belum terbiasa. Bayangkan saja, selama ini aku hanya bergelut seputaran hotel beserta semua yang berhubungan dengan perhotelan sementara kali ini aku harus berada di lingkungan perkantoran semacam ini. Mungkin kalau sudah menghitung minggu atau bulan aku akan menjadi terbiasa. Ya semoga saja.  Pagi ini pekerjaanku dimulai dengan tumpukan dokumen perusahaan yang tadi di antarkan oleh Billy kedalam ruanganku. Sama sekali belum aku sentuh, melainkan aku tatap tumpukan itu sambil duduk di kursi kebesaranku disini. Rasanya otakku panas, padahal belum juga aku melihat bagian dalam dokumen itu, memijit keningku dengan pelan aku kembali menghembuskan nafas. Belum setengah hari saja rasanya sudah bosan berada di ruangan ini. Aku pun beranjak dari kursi kemudian berjalan menuju jendela yang menampilkan jalanan kota ini. Berdiri di depan jendela, aku asik dengan pemandangan di hadapanku.  Di hotel biasanya aku berjalan-jalan untuk memantau kegiatan, bukan berdiam diri di ruangan seperti ini. Sebenarnya bisa saja aku berjalan mengeliling kantor tapi entah kenapa malas rasanya, memang tak tahu apa yang aku inginkan. Melakukan ini bosan, melakukan itu malas. Dasar aneh.  "Kia lagi apa ya." gumamku.  Aku merogoh saku celana, mengambil handphone yang sampai sekarang belum ada satupun notif yang muncul. Terlihat jelas sekali kalau aku ini jomblo, mengenaskan. Aku menimbang - nimbang, apakah aku harus menghubungi Kia atau tidak. Kalau aku menelepon dia sekarang, alasan apa yang akan aku berikan padanya tapi kalau tidak aku lakukan, aku sangat merindukannya, aku ingin mendengar suaranya. Ck.. memang aku ini siapa dia? Akupun bergelut dengan pikiranku ini.  Tok..tok..tok..  Suara ketukan membuatku mengalihkan perhatian dari jendela kearah pintu masuk ruangan, "Masuk." ucapku sedikit keras.  Pintu terbuka dan muncullah Billy dengan diikuti seorang laki-laki di belakangnya. Aku segera duduk kembali di kursiku, kemudian menyuruh mereka untuk mendekat karena mereka masih berada di dekat pintu.  "Maaf tuan, saya mengantarkan pak Anton. Dia yang akan memegang tanggung jawab dihotel." ucap Billy setelah duduk di hadapanku.  Aku melihat ke arah laki-laki yang bernama Anton itu, melihat dari penampilan dan juga wajahnya mungkin umur dia sama dengan Billy. Dia sedikit menunduk saat diperhatikan olehku, apa aku terlihat menyeramkan?  "Ekhhmm.. Baik, boleh anda perkenalkan diri." ucapku akhirnya membuat dia mengangguk.  "Saya Anton Perwira tuan, sudah dua tahun bekerja di hotel milik tuan." ucapnya agak sungkan.  Aku hanya mengangguk kemudian mengalihkan perhatian pada Billy, seolah mengerti dengan tatapanku Billy pun menjelaskan tentang Anton. "Pak anton ini salah satu pegawai senior tuan. Saya rasa sesuai dengan yang tuan perintahkan dan ini data lengkapnya." Ucap Billy menyerahkan dokumen kepadaku. Aku menerimanya dan membaca secara singkat.  "Iya, baiklah. Saya percaya dengan kamu bil. Lagipula kita harus cepat mendapat pengganti sebagai penanggung jawab disana sementara kita harus berada di perusahaan ini dan jika harus merekrut karyawan baru rasanya akan memakan waktu lagi. Jadi saya putuskan pak Anton yang menjadi penanggung jawab disana melihat kerja anda juga sudah cukup lama di hotel itu." ucapku panjang lebar. "Baik tuan." ucap Billy.  "Terimakasih tuan, sudah memberikan kepercayaan kepada saya dan saya akan menjaga kepercayaan anda." ucap Anton. ______  "Jadi lo sekarang kerja di perusahaan bokap kandung lo?" tanya Kemal saat ini kita berdua sedang berada di salah satu tempat makan yang tak jauh dari perusahaan untuk makan bersama.  "Iya, kan gue pernah bilang kalau bokap kandung gue punya perusahaan dan tinggal gue yang bisa nerusin perusahaan itu." "Iya gue inget. Terus di hotel gimana?" "Kan ada lo mal, lagian gue juga udah suruh Billy buat cari pengganti biar ada yang tanggung jawab disana. Gue kan harus ajak Billy juga karena selama ini dia yang ambil alih perusahaan sementara gue di hotel. Gue juga masih belajar sama Billy."  "Lah ko gue, kan gue cuma bawahan lo doang. Belum lagi gue juga berencana buat ngundurin diri biar bisa fokus sama usaha gue."  "Serius lo?" "Iyalah, res. Gue kan di hotel karena lo yang terima gue dan saat itu gue lagi jadi pengangguran dan sekarang lo udah di perusahaan, hotel juga udah berkembang pesat jadi gue juga mau ngikutin jejak lo buat kembangin usaha gue sendiri."  "Gaya amat lo pake ikut jejak gue, hahaha.." "Terserah lo lah, yang jelas gue juga mau berkembang." "Bagus kalau gitu, gue sih setuju aja dan makasih juga udah kerjasama gue dan bikin hotel jadi punya cabang di beberapa kota." "Iya, berasa perpisahan kampret.." seru Kemal dan kami tertawa bersama.  Aku beruntung memiliki sahabat seperti dia, kami memang melalui semuanya sama-sama dan sekarang sudah sampai tiitk ini. Mungkin memang saatnya kami meraih apa yang selama ini kami inginkan, bukan berada di tempat sama lagi seperti sebelumnya.  ______  Aku baru saja sampai di rumah, setelah seharian ini bekerja di kantor. Penat, hampir jam 10 malam dan aku baru tiba. Suasana di rumah juga sudah tampak sepi, sepertinya papa berada di kamarnya dan sudah tidur begitu juga dengan pekerja dirumah. Kecuali dua orang  satpam yang memang berjaga selama 24 jam secara bergiliran.  Aku merebahkan tubuhku diatas tempat tidur, aku belum sempat mengganti pakaianku. Masih memakai kemeja navy dengan celana bahan kain berwarna hitam, sementara jas dan dasiku sudah aku simpan diatas meja.  Mengingat hari ini, aku benar-benar sibuk. Bahkan aku tak memiliki kesempatan untuk sekedar mengunjungi cafe dan bertemu dengan Kia. Untuk hal yang sederhana seperti menghubungi dia saja aku tak sempat, padahal aku ingin sekali mendengar suaranya. Tapi mau bagaimana lagi, aku dan dia juga bukan siapa-siapa dan aku begitu sibuk dengan pekerjaanku.  Aku beranjak dari tempat tidur, rasanya tubuh ini sudah lengket. Kemudian aku berjalan ke arah kamar mandi, meski sudah malam hari tapi rasanya tak nyaman jika aku harus tidur sebelum mandi. Menghabiskan waktu cukup lama, aku sudah memakai kaos berwarna putih juga celana pendek lalu berjalan keluar kamar mandi, duduk di atas sofa sambil mengeringkan rambutku. Setelah itu memilih untuk merebahkan tubuh kembali di atas tempat tidur, nyaman.  Menatap langit-langit kamar, ditengah kesunyian malam ini. Banyak hal yang sepertinya terlalu sulit untuk aku utarakan, entahlah aku seperti sedang memikirkan sesuatu tapi aku juga tak tahu lebih tepatnya apa. Mungkin karena terlalu sibuk dengan pekerjaan di kantor, membuatku kembali mengingat orangtua ku terutama ayah. Karena beliau yang selama ini sudah bekerja keras membangun perusahaan.  "Jadi sesibuk ini ya waktu ayah dulu." aku memejamkan mata.  "Vin, lo dengerin gue gak." gumamku.  Hari ini sebutlah "hari Ares yang sibuk" karena memang aku yang seharian melakukan kegiatan, mengingat Arvin juga tak berminat pada perusahaan. Wajar saja dan aku memaklumi semuanya. "Lain kali lo yang kerja ya, vin." ucapku meski tak ada jawaban darinya. Akupun  memejamkan mata, dan tak lama sudah masuk kedalam mimpi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN