Rizky berjalan menuruni anak tangga setelah berbicara dengan Maura, ia nampak tak peduli dengan apa yang Maura katakan tadi, jika wanita yang selama ini ia kejar sudah bersama dengan yang lain, lantas untuk apa ia mengejarnya lagi? Ia juga tidak terlalu setergila-gila itu pada Syaren. Ia mengejar Syaren karena tertarik dengan parasnya saja.
Tap tap tap.
Rizky berjalan ke arah gerbang sekolah, ia berjalan dengan langkah bak seorang model pria yang menurutnya itu keren.
Terlihat teman-temannya masih berada di depan pintu gerbang.
"Udah?" tanya Seorang temannya bernama Haris.
Rizky mengangguk pelan mengiyakan. "Si Dio, Edgar sama Si Sigit kemana?" tanya Rizky.
"Tadi bilangnya cari cemilan, laper." jawab Haris.
"Hmmmm ...." Rizky mengangguk lagi.
"Tadi ... bahas apaan?" tanya temannya yang lain bernama Gilang.
"Kepo lu!" jawab Rizky.
"Dahlah, jadi hari ini kita kemana? Ada rekomen tempat yang oke gak? Yang bisa bikin kita happy, gua juga punya beberapa batang nih, cukup lah buat kita." ucap Haris serah tersenyum menyeringai.
"Oke, tentuin dulu kita mau kemana. Atau mau ke tempat biasa aja?" tanya Gilang.
"Gak masalah, gua ngikut," jawab Rizky.
Belum lama mereka mengobrol, hendak melangkahkan kaki untuk pergi seraya menemui ketiga temannya yang lain, seorang wanita terlihat berdiri di depan pintu gerbang. Menatap mereka dengan tatapan sinis tak suka terutama pada Rizky, wanita itu menghentikan langkah dan menatap Rizky semakin tajam lalu setelahnya memalingkan wajahnya ke arah lain dengan sangat sinis, mendelik memutar kedua bola matanya lalu kembali berjalan lagi.
"Kenapa tuh cewek?" tanya Gilang, "Tadi ngobrolin apa emang?" tanyanya lagi pada Rizky.
"Cih!" Rizky mendecih sinis dan tersenyum smirk. "Biasa cewek, kalau suka sama laki kadang gak waras dan gak ngotak," ucap Rizky menatap punggung Maura dengan sangat sinis lalu menatap teman-temannya lagi.
"Kenapa?" tanya Haris.
"Dia suka sama si Rafael," ucap Rizky.
"Hm? Terus?" tanya Haris lagi.
"Dia tau kalau gua ngejar Si Syaren," ucap Rizky lagi.
"Terus? Apa hubungannya?" tanya Gilang, "Dia minta bantuan sama elu buat di deketin sama Si Rafael? Pfftt ... lu deketin Si Syaren aja susah!"
"Enggak! Bukan!" jawab Rizky.
"Laahh ... terus apa?" tanya Gilang lagi.
"Dia ngasih tau kalau Si Rafael sama Si Syaren ternyata sekarang lagi pacaran. Pantes aja tuh cewek susah gua dapetin, karena ternyata mereka itu pacaran. Bukan sahabatan! Gua udah rada curiga sih, ya kali laki ma cewek cuma sahabatan doang, gak mungkin lah ... pasti ada rasa," ucap Rizky lagi.
"Seriusan? Mereka beneran pacaran?" tanya Haris.
Rizky mengangguk pelan mengiyakan. "Kata Si Maura sih begitu," jawab Rizky.
"Terus? Dia ngapain? Tadi ngobrol apa lagi?" tanya Haris lagi.
"Dia ngajak kerja sama buat pisahin Si Rafael sama Si Syaren, entah itu dengan cara buat mereka salah paham atau apapun itu," jawab Rizky lagi.
"Terus elu jawab apa?" tanya Gilang.
"Ya gak mau lah," jawab Rizky dengan cepat, "Ya kali gua ngelakuin hal gila kaya begitu, males banget. Buat apa? Capek-capek! Si Syaren pacaran sama Si Rafael ya itu artinya dia gak suka sama gue, sukanya sama Si Rafael. Buat apa gue ngejar-ngejar ya gak suka sama gua? Gua masih waras, gua juga gak setergila-gila itu sama tuh cewek! Jadi buat apa gua buang-buang waktu. Mending ngejar yang lain," jawab Rizky.
"Jawaban lu emang ada benernya sih, Riz. Bukan ada benernya tapi emang bener. Tapi ...." Gilang tak jadi meneruskan ucapannya.
"Tapi apa?" tanya Rizky.
"Tapi elu kalah saing sama Si Rafael ... hahahha ...." ucap Gilang seraya tertawa.
"Bener, elu kalah saing sama Si Rafael! Hahaha" jawab Haris juga ikut tertawa.
"Sialan!" ucap Rizky mendelik sinis.
"Si Syaren milih Si Rafael karena Si Rafael jauh lebih unggul dari elu, itu juga artinya elu kurang banyak, Riz. Kurang ganteng, kurang mempesona, kurang menawan, kurang baik, dan kurang banyak lah!" ucap Gilang lagi.
"Kurang ajar lu ya, Lang!" ucap Rizky mendelik sinis. Ia malah merasa tertantang untuk mengejar Syaren lagi.
"Ya lagian, dapetin satu cewek aja gagal! Payah lu! Udah ngejar habis-habisan, kemarin beliin kebab sama minuman, nyatanya itu kebab sama minuman buat pacarnya. Kalah telak lu, Riz. Miris anjir ... hahahaha ...." ucap Gilang meledek Rizky habis-habisan hingga membuat Rizky kesal.
"Liat aja, gua bakalan dapetin Si Syaren!" ucap Rizky pada kedua temannya itu saat semakin kesal karena mereka berhasil membuatnya marah dan tak terima.
"Alah ... mereka udah pacaran! Gak akan bisa elu dapetin!" ucap Gilang.
"Gua pastiin dia bakalan jadi milik gue nanti! Setelah dapet, besoknya gue putusin di depan kalian berdua! Inget tuh kata-kata gua"
"Oke ... gue tunggu." jawab Gilang.
***
Sreettt
Syaren menutup pintu pagar rumahnya keluar, ia menoleh ke arah kiri dan melihat Rafael yang tengah berjongkok di bawah pohon yang tingginya hanya sekitar satu meter setengah seraya memainkan handphone.
Syaren melihat ke segala arah mencari sepeda Rafael.
Rafael bangun dari posisinya dan berdiri tegak setelah melihat Syaren berjalan ke arahnya.
"Sepedanya mana?" tanya Syaren masih dengan nada yang sedikit sinis masih marah dengan masalah yang kemarin saat Rafael yang care pada teman wanitanya yang lain.
"Gak bawa," jawab Rafael. "Hari ini kita naik angkot aja ya? Cuma hari ini doang kok, besok pake sepeda lagi biar romantis," ucap Rafael lagi seraya tersenyum lalu merangkul pundak Syaren dan melangkahkan kaki berjalan di daerah komplek hendak ke jalan raya.
Syaren mengerutkan alis. "Kenapa gak bawa?" tanya Syaren.
"Rusak," ucap Rafael.
"Rusak?" tanya Syaren lagi.
"Iya, rusak. Tadi pagi pas aku keluarin dari garasi, tiba-tiba aja rantainya lepas, terus bannya juga kempes lagi. Padahal kemarin lusa pas terakhir aku pake gak pa-pa loh, masih enak aja aku pake, kenapa tadi pagi tiba-tiba lepas ya rantainya?"
Syaren langsung menghentikan langkah, melepas tangan Rafael di pundaknya dan menatap Rafael dengan tatapan yang semakin kesal. Ia merasa seolah Rafael menyalahkannya karena kemarin sepeda itu ia yang pakai.
"Kamu nyalahin aku?" tanya Syaren.
"Nyalahin kamu?" Rafael mengerutkan alis, "enggak, aku gak nyalahin kamu. Kapan aku bilang kalau itu salah kamu?"
"Barusan kamu bilang kalau terakhir kamu yang pake sepedanya gak pa-pa tapi tadi pagi pas mau kamu pake lagi sepedanya rusak, kemarin kan aku yang pake sepedanya. Itu artinya kamu nyalahin aku!" ucap Syaren.
"Ya ampun, Sya. Sumpah demi apapun aku gak nyalahin kamu," ucap Rafael dengan sangat serius menatap Syaren dengan mengarahkan tangan kanannya memperlihatkan jari telunjuk dan jari tengahnya hingga terlihat seperti huruf V.
"Tapi secara gak langsung barusan kamu nyalahin aku Rafael! Karena yang pake sepeda kamu kemarin itu aku!" ucap Syaren, "Padahal sepeda kamunya aja yang udah jelek! Kemarin pas aku pake juga udah gak enak di bawanya! Kenapa malah nyalahin aku hah?"
"Ya ampun ... aku udah berani sumpah loh, Sya. Aku gak ada sama sekali nyalahin kamu," ucap Rafael.
"Udahlah ... aku minta maaf!" ucap Syaren melangkahkan lagi kakinya pergi meninggalkan Rafael.
"Astagfirullah ...," Rafael melangkahkan kaki juga mengejar Syaren, hingga akhirnya ia berjalan di samping Syaren yang berjalan tergesa-gesa.
Terlihat wajah Syaren yang badmood dan bibir yang sedikit mengerucut. "Sya? Syaren? Tunggu! Kamu kenapa sih? Dari kemarin marah-marah terus? Kemarin sebel, yang entah sebel sama siapa, terus hari ini marah cuma gara-gara sepeda padahal aku gak ada niatan sama sekali buat nyalahin kamu. Kamu kenapa? Lagi PMS?" tanya Rafael lagi.
Syaren sontak langsung menghentikan langkah lagi dan menoleh menatap Rafael lagi.
Yang di tatap ikut menghentikan langkah juga, ia menelan ludah saat melihat wajah Syaren yang semakin sangat tak bersahabat.
"Ka-ka-mu ... lagi ... PMS?" tanya Rafael lagi dengan gugup.
"Kamu tuh bener-bener ya! Kamu pacar aku atau bukan sih? Kenapa gak peka-peka sama hati aku hah?" tanya Syaren.
"Hm? Apa?"
Bersambung