Syaren yang tengah terduduk di atas karpet ruang keluarga itu terus saja menatap layar handphonenya, menyentuh ke atas meng-scroll tak jelas akun media sosial miliknya.
Rafael yang duduk di sampingnya terus melihat ke arah Syaren, merasa kesal karena kekasihnya itu terus fokus pada layar handphone sama sekali tak mengajaknya mengobrol.
"Sya?" panggil Rafael.
Syaren masih menatap layar handphonenya, namun matanya diam-diam melirik ke arah Rafael. Ia diam enggan menjawab.
"Sya?" panggil Rafael lagi, ia menunggu beberapa detik berharap Syaren menjawab ucapannya namun ternyata nihil, wanita yang duduk di sampingnya itu tetap diam tak berucap.
Syaren terus meng-scroll layar handphonenya, ia masih sangat kesal, ingin marah tapi tak berani.
"Syaren Putri Anichole," ucap Rafael mulai kesal.
Syaren memejamkan mata lalu setelahnya ia menoleh menatap Rafael. "Apa?" tanya Syaren dengan nada sinis.
"Kamu kenapa sih?" tanya Rafael. "Dari tadi diem terus," ucap Rafael.
"Biasa aja perasaan," jawab Syaren kembali menatap layar handphonenya lagi dan kembali menyentuh ke atas lalu ke bawah layar handphone itu.
"Kamu pikir aku gak peka apa, aku tau ya kalau kamu lagi marah sama aku," ucap Rafael, "Bilang sama aku, kamu marah kenapa? Aku salah apa sama kamu?" tanya Rafael.
"Katanya peka, lah itu kenapa nanya?" Syaren balik bertanya.
"Aku peka kamu marah, bukan penyebab kamu marah," jawab Rafael.
"Syaren tuh lagi sebel sama seseorang," ucap Diandra tiba-tiba.
Syaren dan Rafael sontak langsung menoleh ke arah belakang, terlihat Diandra tengah berjalan ke arah mereka seraya membawa nampan yang di atasnya ada satu gelas sirup rasa jeruk, satu gelas teh manis hangat dan juga bolu kukus yang baru saja ia buat, lalu menaruhnya di atas meja yang berada di belakang Rafael dan Syaren
"Sebel?" tanya Rafael, ia lalu menatap Syaren, "Sebel kenapa? Perasaan tadi biasa aja, kenapa tiba-tiba sebel? Apa yang buat kamu sebel?" tanya Rafael lagi.
"Hmm? Mmhhh ....." Syaren menatap Ibu dari kekasihnya lalu menatap Rafael bingung harus berucap apa. "Enggak," jawab Syaren.
"Dih, kenapa? Kamu sebel kenapa?" tanya Rafael lagi.
Syaren memejamkan mata, harusnya tadi ia tak bercerita pada Ibu dari kekasihnya itu. 'Kan, ckk! Syaren, Syaren! Kenapa sih? Punya masalah hidup apa mulut kamu ini hah?' ucap Syaren di dalam hati.
You are the cause of euphoriaaa ....
Suara lirik lagu euphoria yang di nyanyikan oleh Jeon Jungkook terdengar dan berhasil menyelamatkan Syaren.
Syaren menatap layar handphonenya dan menggeser panel hijau di layar handphonenya lalu menempelkannya di telinga.
"Halo?" jawab Syaren dengan mata menatap Diandra dan Rafael.
[...]
"Oh ... udah di depan? Oke, Pak. Saya ke depan," jawab Syaren lagi.
Pip_
"Siapa?" tanya Rafael.
"Driver ojol," jawab Syaren bangun dari duduknya.
"Driver ojol? Kamu mau pulang?" tanya Rafael.
"Loh? Mau pulang sekarang? Gak mau nunggu Uncle Dennis dulu?" tanya Diandra.
"Enggak deh, sekarang aja, kelamaan soalnya, sampe rumah Syaren mau tidur sebentar, ngantuk banget soalnya," jawab Syaren pada Diandra..
"Biasanya kalau weekend kesini juga kamu tidur di sini," sahut Rafael.
Syaren mendelik sinis menatap Rafael lalu menatap calon ibu mertuanya. "Driver ojolnya juga udah di depan, jadi mau pulang aja," ucap Syaren. Ia lalu berjalan mendekati Diandra dan mengarahkan tangan kanannya berniat untuk salam berpamitan.
"Ya udah, terserah kamu," ucap Diandra memberikan telapak tangannya pada Syaren.
Cup
Satu kecupan Syaren daratkan di atas punggung tangan Diandra.
Rafael lalu mengarahkan telapak tangannya pada Syaren.
"Apa?" tanya Syaren.
"Salim lah," jawab Rafael.
"Sopan ya! Aku lebih tua satu bulan dari kamu! Aturan dari mana kakak salim sama tangan adek?"
"What? Aku gak salah denger?" tanya Rafael.
Diandra yang mendengar hanya tersenyum simpul.
"Kakak adek?" tanya Rafael.
"Kenapa? Emang bener kan? Aku lebih tua satu bulan dari kamu, aku lahir lebih dulu dari kamu! Jadi harusnya kamu hormat sama aku," ucap Syaren lagi.
"Ckk!" Rafael berdecak kesal lalu menatap Sang Ibu. "Kenapa Mama telat lahirin aku? Harusnya aku lahir lebih dulu dari dia!" ucap Rafael.
"Lahh ... kok Mama? Ya kamulah, kenapa kamu betah di perut Mama?"
"Kok malah balik nyalahin aku? Ya Mama lah, kan bisa di caesar, kenapa pas Mama ngelahirin aku enggak di caesar aja?" tanya Rafael.
"Ya orang kata dokter bisa lahirin normal ya masa Mama harus di caesar. Aneh!" ucap Diandra.
"Dihh … gak inisiatif banget," ucap Rafael.
Syaren menggelengkan kepala menatap Rafael, lalu setelahnya menatap Diandra. "Ateu? Drivernya udah di depan," ucap Syaren pada Diandra. "Syaren pulang dulu ya?"
"Ya udah, ayo Sayang. Ateu anter sampe depan," ucap Diandra merangkul Syaren dan berjalan ke arah pintu hendak keluar.
"Ckk!" Rafael berdecak kesal. Ia juga ikut melangkahkan kaki mengikuti Syaren dan Ibunya dari belakang.
Tap tap tap
"Syaren pulang dulu ya?" ucap Syaren tersenyum manis menatap Diandra.
Diandra tersenyum dan mengelus pipi Syaren. "Salam buat Mama kamu," ucap Diandra lagi.
Syaren yang tengah memakai helm berwarna hijau itu mengangguk pelan mengiyakan. "Nanti Syaren sampein ke Mama," ucap Syaren lalu naik ke atas motor, ia lalu menatap Rafael dengan mimik wajah yang berubah terlihat kesal. "Aku pulang dulu," ucap Syaren.
"Hati-hati, kalau udah sampe rumah telpon aku," ucap Rafael.
"Hmm ...." jawab Syaren.
"Mas, jangan kebut-kebutan ya, aset masa depan nih," ucap Diandra pada driver ojol
"Siap," jawab Driver ojol itu tersenyum pada Diandra.
Syaren yang mendengar Ibu dari kekasihnya berbicara seperti itu sontak langsung tersenyum malu.
Driver ojol itu lalu mulai melajukan motor maticnya dan meninggalkan kediaman Diandra.
"Masa depannya itu cucu-cucu Mama ya?" tanya Rafael saat Diandra berbalik dan berjalan ke arah pintu setelah Syaren pergi.
"Dihh ...,"
"Tadi Mama bilang aset masa depan, itu artinya Mama mau kalau Syaren jadi mantu Mama kan? Anak laki-laki Mama kan cuma aku," ucap Rafael mengikuti langkah kaki ibunya.
"Syaren kan udah Mama anggep kaya anak Mama sendiri, mau sama siapapun masa depan dia nanti, anaknya ya cucu Mama lah," jawab Diandra.
"Emang Mama gak mau punya cucu sendiri dari Syaren?" tanya Rafael.
Diandra yang sudah berada di bibir pintu itu sontak langsung menghentikan langkah dan menatap Rafael.
"Kenapa?" tanya Rafael.
"Kamu tuh masih sekolah! Belajar dulu yang bener! Kuliah aja belum udah mikirin punya anak. Dulu pas Mama seusia kamu … gak pernah tuh mikir sejauh itu, bahkan pas kuliah aja Mama enggak tuh mikir pacar-pacaran" ucap Diandra.
"Nikah muda bagus loh, Ma. Mama nanti bisa main sama cucu di usia Mama yang belum tua-tua banget gitu, udah gitu nanti aku jadi hot daddy. Itu lebih keren tau, Maa" ucap Rafael.
"Kebanyakan makan micin ya kamu, hot daddy apaan Rafael!"
"Mama bayangin aja, usia aku misal dua puluh ya, tapi aku udah gendong anak. Nanti aku jalan ke mall dengan gagah sambil bawa anak, perempuan-perempuan yang liat aku pasti kagum dengan ketampanan aku sebagai hot daddy. Jadi nanti, lulus ujian nikahin aku yaaa ... please ...." pinta Rafael.
"Beneran kebanyakan makan micin ini anak," ucap Diandra
"Kenapa sih? Apa salahnya?"
"Di pikir berumah tangga itu gampang apa. Jajan aja masih minta sama orangtua, so-soan mau nikahin anak orang, punya anak lagi. Besok-besok kurangin makan micin!" ucap Diandra.
"Ya ampun, Maa ... nikah kan ibadah," ucap Rafael.
"Iya, Mama tau, nikah itu ibadah," ucap Diandra. "Kamu mungkin BISA aja siap lahir batin, masalahnya perempuan mana yang mau sama kamu hah?"
"Syaren lah, siapa lagi coba." jawab Rafael cepat tanpa berpikir.
"Kamunya mau sama Syaren. Syarennya belum tentu mau sama kamu," jawab Diandra.
"Mau lah, pasti mau dia mah," jawab Rafael.
"Dah ah! Terserah! Mending Mama nonton dari pada nanggepin ketidak warasan kamu!" ucap Diandra melangkahkan lagi kakinya ke arah ruang keluarga.
"Hiihh ...," Rafael mengerucutkan bibir saat ibunya berjalan meninggalkannya, ia lalu teringat beberapa menit yang lalu saat Sang Ibu yang mengatakan kalau Syaren tengah sebal.
Tap tap tap.
Rafael kembali melangkahkan lagi kakinya berjalan masuk ke ruang keluarga. "Ma? Tadi Mama bilang Syaren lagi sebel kan? Dia sebel kenapa?" tanya Rafael pada Sang Ibu yang sudah duduk di sofa ruang keluarga.
Diandra menoleh menatap Rafael. "Katanya mau Syaren jadi istri kamu, ya kamu belajar lah baca isi hati dia, kamu kan laki-laki. Peka dong," ucap Diandra.
"Hihh ... di tanya juga jawabnya malah begitu."
Bersambung