"Syareeenn ...." teriak Darren.
Pffttt
Rafael tertawa pelan saat melihat seorang gadis berusia 16 tahun itu keluar tergesa-gesa dari rumahnya dan berlarian ke arahnya.
"Ayo ayo cepetan … lets go …." ucap Syaren langsung naik ke belakang sepeda Rafael dan berdiri di belakang Rafael sembari memegang pundak.
"Syareeen ...." teriak sang Ayah lagi.
"Cepet, Raf … itu papa aku udah keluar, dia bisa ngejar kita," ucap Syaren.
"Pegang pundak aku yang kuat," ucap Rafael.
Syaren memegang kuat pundak sahabatnya itu saat sepeda yang ia naiki itu mulai melaju, Syaren lalu menoleh ke arah belakang, terlihat sang ayah yang tengah berdiri di depan pintu pagar.
"Byee Papaaaa ...." teriak Syaren saat posisinya sudah hampir 10 meter dari arah rumahnya, tangan kanannya memegang erat bahu Rafael sedang tangan kiri melambai ke arah sang ayah.
Pfffttt ... hahaha
Mereka tertawa bersama.
"Dasar anak durhaka," ucap Rafael seraya menggoes sepedanya.
"Enak aja ... Papa aku aja yang berlebihan." jawab syaren. "lagian Mama aku sama Mama kamu kan sahabatan, kok bisa ya Papa itu kaya yang gak suka sama kamu," ucap syaren
"Mungkin Papa kamu takut anak gadisnya aku culik," ucap Rafael.
"Masa iyaa," jawab Syaren.
"Iyalah, apalagi kalau tau sekarang status kita udah bukan sekedar sahabat tapi lebih dari itu, mungkin Papa kamu bakalan gantung aku," ucap Rafael.
"Hmm … jangan, aku akan berada di depan kamu kalau Papa aku berani macem-macem sama kamu," ucap Syaren melingkarkan tangannya di leher Rafael.
"Pegangan, nanti jatoh," ucap Rafael dengan pandangan tetap menatap lurus fokus pada jalanan.
"Terus kapan kamu ganti sepeda ini sama motor? Kalo kita pake motor, kita bisa lebih cepet, kamu juga gak bakal capek, aku berat tau, terus aku juga pegel berdiri kaya begini," ucap Syaren.
"Mau di depan?" tanya Rafael.
"Enggak!" jawab Syaren.
"Bukan aku tidak mau, tapi aku masih trauma bawa motor," jawab Rafael.
"Namanya belajar, jatuh sekali itu biasa," ucap Syaren.
"Tetep aja Sasya, kamu tau sendiri dari kecil aku parnoan orangnya. Aku gak berani, aku takut," jawab Rafael lagi.
"Rasa takut itu harus dilawan, bukan di biarin kayak begini," ucap Syaren.
"Tapi kan kalo kaya gini romantis. Kita jadi punya kisah pagi-pagi kaya gini, iya kan? Setelah nanti kita nikah dan punya anak, kita bisa ceritakan kisah kita ini pada anak-anak kita."
Syaren mengatupkan bibir dan tersenyum manis mendengar apa yang Rafael katakan.
Ckitt
"Loh kok berhenti?" tanya Syaren saat Rafael menghentikan sepedanya di pinggir jalan.
"Turun dulu," ucap Rafael.
"Hm?" Syaren mengerutkan alis dan turun dari sepeda, "Kenapa?" tanyanya bingung
Rafael turun dari sepedanya, ia merogoh saku celananya dan mengambil ikat rambut disana.
Syaren mengerutkan alis bingung saat Rafael berjalan mendekatinya. "Mau ngapain?"
"Diem dan jangan banyak gerak," ucap Rafael berdiri satu langkah di belakang Syaren dan mengikat rambut Syaren dengan rapi. "Selesai." ucap Rafael berjalan dan berdiri satu langkah di depan Syaren.
"Hmm? kenapa diiket?" tanya Syaren.
"Kamu terlalu cantik kalau rambut kamu di gerai. Banyak laki-laki yang suka liatin kamu dan aku gak suka pacar aku di liatin orang-orang, kemarin-kemarin aku diem karena status kamu itu sahabat aku, tapi sekarang kan udah jadi pacar, jadi kamu hanya boleh gerai rambut kamu di depan aku doang karena cantiknya kamu hanya milik aku, lagian begini juga oke kok. Lebih fresh" ucap Rafael merapikan poni Syaren lalu kembali menaiki sepedanya lagi.
Syaren menggigit bibir bawahnya menahan senyum, jantungnya berdetak dan memompa hebat saat Rafael mengatakan kata-kata manis.
"Ayo ... nanti kita kesiangan. Jam pertama pak Hadin loh, kita bisa kena hukum," ucap Rafael
Syaren kembali naik ke sepeda Rafael, memegang pundak Rafael dan tersenyum manis sepanjang perjalanan menuju sekolahnya
20 menit kemudian
"Stooop … jangan dikunci dulu pak kita mau masuk," ucap Syaren pada satpam yang menjaga pagar sekolahnya.
"Astagfirullah, kalian lagi! Ga bosen apa? Saya aja bosen liat kalian terus-terusan," ucap Satpam itu.
"Ini terakhir, Pak, besok gak bakal telat lagi, lagian cuma lima menit," ucap Syaren.
"Kemarin kamu juga bilang ini terakhir, besok gak bakal telat lagi," ucap Satpam itu lagi.
"Kali ini janji, Pak. Saya gak bakalan telat lagi, tadi pagi saya disuruh cuci mobil Papa saya dulu, Rafael dengan baik hatinya mau nungguin saya makanya kita telat," ucap Syaren berbohong dan memelas.
"Kemarin alasannya bilang Papa kamu suruh kamu bersihin kamar mandi, kemarin lusa kamu bilang kalau papa kamu suruh kamu nyuci dulu. Kamu ini anak papa kamu atau bukan sih?"
Syaren dan Rafael saling beradu pandang.
"Atau kamu nakal jadi papa kamu hukum kamu?" tanya Satpam itu lagi.
"Papanya baik, dianya aja yang durhaka," celetuk Rafael.
"Ckk! Pacar macam apa kamu? Kenapa kamu gak belain aku?" tanya Syaren.
"Biarkan mereka masuk," ucap seorang pria tiba-tiba.
Sang satpam menoleh ke arah pria yang berseragam itu dan mengangguk pelan. "Baik, Pak." ucapnya lalu membuka pintu pagar membiarkan Syaren dan Rafael untuk masuk.
"Kalian ikut ke ruangan saya." ucap Pria itu meminta Syaren dan Rafael untuk mengikutinya.
"Mati!" gumam Syaren.
Huuhhh
"Abis udah ini mah!" ucap Rafael setelah menghembuskan nafasnya kasar.
"Siap-siap dapet surat cinta dari Pak Irfan yaa " ucap sang Satpam lagi sembari tersenyum miris setelah menutup pintu pagar.
"Cih! Dasar" gumam Syaren mendelik sinis pada Satpam itu.
Tap tap tap
Ceklek
"Morning, Pak." ucap Syaren berbasa-basi.
"Morning! Duduk" pinta Pria itu.
"Dasar singa," gumam Syaren.
Rafael menyenggol bahu Syaren.
"Apa? Emang bener kan?" bisik Syaren.
"Masuk!" ucapnya meminta Syaren dan Rafael untuk masuk.
Syaren dan Rafael mengikuti pria yang berstatus sebagai guru BP itu, mereka duduk di kursi yang berseberangan dengan sang guru.
"Mau sampe kapan kalian telat?" tanyanya
Syaren dan Rafael beradu pandang lalu kembali menatap sang guru lagi.
"Sampai kapan?" tanyanya lagi.
"Ini terakhir kali, Pak, besok kita gak bakal telat lagi, suer." ucap Syaren seraya mengarahkan jari telunjuk dan jari tengahnya hingga berbentuk huruf V.
"Oke! Ini terakhir kali, kalo besok kalian telat lagi, jangan salahin Bapak kalo Bapak panggil orang tua kalian."
"No problem ... besok gak bakal telat lagi, Pak." jawab Syaren.
"Tapi hari ini kalian tetep Bapak hukum, mau keliling lapangan basket lima puluh keliling atau hormat bendera sampe jam istirahat?" tanyanya memberi pilihan.
"Bersihin toilet aja kaya kemarin, Pak" ucap Syaren meminta hukumannya sendiri.
"Kalo gitu mah kalian gak bakal kapok, Bapak cuma kasih dua pilihan, lari atau hormat?" tanyanya lagi.
"Hormat aja Pak" ucap Rafael.
"Okee, kalian tau kan jalan keluar dan dimana tiang benderanya?" tanyanya lagi.
"Tau, Pak!" jawab Syaren tersenyum miris.
"Kami permisi, Pak," pamit Rafael.
Pria yang terduduk santai itu mengangguk pelan.
Syaren dan Rafael lalu bangun dari duduknya dan berjalan keluar dari ruangan itu.
Tap tap tap
Syaren dan Rafael berjalan ke arah lapangan sekolah mereka, berdiri beberapa langkah di depan tiang bendera dan memberi hormat pada sang saka merah putih yang berkibar di atas tiang.
"Untung cuaca hari ini mendukung," ucap Syaren menatap awan yang tak begitu cerah.
Hening_
"Kok diem? Kamu marah sama aku? Kita telat bukan sepenuhnya salah aku ya, kalau kamu bawa motor, kita gak bakalan telat," ucap Syaren.
"Jangan ngajak berantem ya! Ini hari pertama kita menjalin hubungan sebagai kekasih, masa berantem hanya karena telat dateng ke sekolah," ucap Rafael menatap bendera di atas tiang.
"Ya kamu," ucap Syaren.
"Nanti siang kayaknya bakalan hujan," ucap Rafael mengalihkan pembicaraan.
"Nanti siang kita kemana?" tanya Syaren.
"Enaknya kemana?" tanya Rafael
"Ada novel atau komik baru gak? Yang oke. Kalo ada kita ke tempat biasa aja," jawab Syaren.
"Gak tau. Hmm … atau kita nongkrong di cafe punyanya pacar Lisa aja gimana?"
"Liat entar aja lah! Btw kok ini makin panas yaa?" tanya Syaren.
"Tuhan marah karena kamu berbohong bawa nama papa kamu tadi."
"Lahh … papa aku emang nyebelin, Raf, hanya karena aku anak perempuan satu-satunya di keluarga, mereka jadi berlebihan. Udah gitu dia selalu sensitif lagi kalau sama kamu."
"Justru karena kamu perempuan makanya papa kamu kaya gitu, kenapa gak ikut bela diri aja? Kaya silat, taekwondo gitu? Biar papa kamu gak terlalu khawatir dan kalau masalah sensitif sama aku, aku bakalan terus berusaha ambil hati papa kamu nanti."
"Hmm … manisnya," ucap Syaren mengelus pipi Rafael.
"Demi kamu aku akan terus berusah," ucap Rafael.
"Makin sayang sama kamu," ucap Syaren.
"Aku juga," jawab Rafael tersenyum. "Terus gimana bela dirinya? Mau?"
"Mau," jawab Sayren, "kamu kok baru ngasih tau solusi itu? Kenapa gak dari dulu? Aku juga gak kepikiran ke situ lagi."
"Otak kamu kapan di pake mikirnya? Ga pernah di pake juga, kalo di jual mahal tuh"
"Cihh! Dasar! Untung cinta!" gumam Syaren.
"Apa?" tanya Rafael.
"Hm? Enggak! Itu Pak Satpam hari ini keliatan ganteng," ucap Syaren.
"Hilihh …."
Bersambung