"Dian," panggil Pras pada sekretarisnya.
"Iya, Pak?"
"Tolong carikan boutiq yang bisa inden baju pesta couple cepat, saya mau pakai buat hari satnight depan."
"Wah ... Siapa cewek yang Bapak ajak paksa untuk ikut ke pesta pernikahan teman Bapak? Boleh tahu orangnya gak, Pak?" Kepo Dian.
Bukannya menjawab Pras malah masuk ke ruangannya.
"Kebiasaan deh, untung saja Bos." Dumel Dian di tempatnya.
"Ehem ehem ... " Suara Pras mengagetkan Dian, sampai tersentak tubuh Dian.
"Bapak ini mengagetkan saja, ada apa lagi sih Pak?"
"Buatkan saya janji nanti malam dengan pihak boutiq nya, sekitar jam tujuh malam." Pinta Pras.
"Baik, Pak."
Dian langsung membuka google searching guna mencari boutiq yang bisa buat baju pesta couple cepat namun berkualitas.
***
"Kinar, aku duluan ya!" Pamit salah satu teman Kinar.
"Okey, Nad." Namanya Nadia.
Kinar melanjutkan perjalanannya, perutnya sudah mulai meronta ronta minta untuk segera diisi. Kinar sudah membayangkan makan mie instan campur telor dan ditambahi beberapa biji cabe. Membayangkan saja rasanya sudah di tenggorokan, Kinar meremas ransel yang dia pegang lantas bergegas pulang. Namun perjalanannya tidak semulus yang dia pikir.
"Hai, Kinar."
"Eh Kak Azzam, iya ada apa Kak?"
"Makan bakso bareng di seberang kampus yuk!" Ajak Azzam.
"Sebenarnya aku mau sih, Kak. Cuma sekarang sudah ada janji sama temen jadi harus cepet cepet sampek kos takut sudah di tungguin." Jelas Kinar, Kinar tidak bohong kan. Hari ini Kinar akan pergi sama Pras. Sebenarnya mau banget Kinar makan bakso, apalagi bakso itu adalah makanan favoritnya.
"Siapa? Cowok kamu ya?" Tanya Azzam, harap harap cemas rupanya.
"Oh bu - bukan, Kak. Teman aja sih."
"Owh ... Kalau besok bisa gak?" Azzam rupanya masih belum putus asa ngajak Kinar makan bakso, terbukti dari dia yang masih tawar menawar dengan Kinar.
"In sya Allah ya Kak,"
"Okey," Azzam pun berlalu.
Kinar hanya mengangkat kedua bahunya, tanpa mau dan ingin tahu maksud tujuan seniornya itu.
***
Sampai di kamar kos, Kinar langsung membersihkan diri dengan ritual mandinya. Bersyukur Pras gak datang lebih awal seperti kemarin, jadi Kinar masih punya waktu untuk buat mie telor yang sedari tadi sudah ia impikan.
Usai melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim, Kinar langsung pergi ke dapur dan siap untuk bertempur.
Alat masak memang sudah disediakan di sini oleh pemilik Kos, jadi tinggal pakai aja gak perlu repot repot beli atau bawa dari rumah lagi. Kulkas umum pun juga tersedia di sini.
Mie instan rasa soto dengan telor memang pas di cuaca dingin seperti malam ini.
Baru saja Kinar menghidupkan kompor, eh tiba tiba Pak satpam datang memanggil Kinar mengatakan jika ada cowok yang lagi nyariin. Pasti Pras, siapa lagi coba.
Kinar berjalan lemas ke arah gerbang, seperti biasa Pras berdiri bersenden di mobil mewah nya.
Pras meneliti penampilan Kinar dari atas sampai bawah, melihat penampilan Kinar yang hanya memakai kaos oblong rumahan dan hotpan, "kok belum siap siap?" Refleks tanya Pras.
"Emang mau langsung jalan ya?" Kinar tanya balik.
"Ya iya lah," mendengar jawaban Pras, Kinar tambah memonyongkan bibirnya. Perutnya benar benar lapar, dan Pras minta langsung jalan? Omg hello...
"Aku boleh di kasih waktu sebentar aja buat masak mie instan gak? Ntar aku masakin juga deh, boleh ya?" Mohon Kinar.
"Kita makan di luar, sekarang kamu siap siap aja! Lagian makan mie instan itu gak baik." Sambil menghentakkan kali sebal, Kinar berjalan ke kamarnya.
#
"Ayok!" Ajak Kinar dengan nada menyentak lantas masuk ke mobil Pras, padahal belum Pras suruh.
Di tempatnya Pras mengulum senyum, lalu mengambil kresek di jok belakang.
"Nih, makan dulu buat pengganjal perut. Kita sudah di tunggu oleh yang punya boutiq, jadi kita ke boutiq dulu baru setelahnya kita makan malam. Sekarang habiskan semua yang ada di kresek itu." Setelah berkata demikian Pras langsung menginjak pedal gas mobilnya.
Kinar cek isi kreseknya, ada roti rasa coklat dan keju berikut sekalian dengan s**u rasa coklat dan air mineral. Tanpa mau basa basi lagi, Kinar memutuskan untuk langsung melahap itu semua sampai tandas tak bersisa.
Di boutiq mereka di perlihatkan beberapa pilihan model terbaru dan terbaik, berhubung Pras orangnya tidak mau ribet, jadi semua dia serahkan ke pihak boutiq dan hasilnya harus memuaskan. Mereka kesana hanya untuk mengukur ukuran badan mereka saja.
Lanjut mereka sekarang makan malam, di restoran dekat boutiq. Makanannya sedikit tapi harganya selangit, tapi bodoh amat yang penting yang bayar kan bukan Kinar. Begitulah isi pikiran Kinar saat ini.
Namanya juga orang kaya, beda mah sama orang biasa biasa saja macam Kinar. Pesan makanan saja super lengkap, Pras pesan appatizer, main course, sekaligus dessertnya. Untung per porsinya sedikit.
"Gimana sudah kenyang belum?" Tanya Pras dan di jawab dengan anggukan kepala oleh Kinar.
"Aa' kalau makan selalu di restoran mahal kayak gini ya? Padahal kan ini namanya buang buang uang. Kalau saja makan di seberang situ tuh," Kinar menunjuk rumah makanan padang yang ada di seberang jalan tempat mereka berada saat ini. "Itu lebih murah tahu, paling mentok makan berdua habis seratus ribuan aja." Lanjut protes Kinar, sedangkan Pras hanya tersenyum mendengar ocehan Kinar.
"Sudah gak usah banyak protes, sudah selesai makannya kan? Ayo sekarang aku antar pulang nanti keburu ditutupin gerbang." Mereka pun langsung menuju ke kosan Kinar.
#
Sebelum Kinar turun dari mobil, Pras memberikan dua kresek kepada Kinar.
"Ini apaan?"
"Buat kamu, sebagai tanda terima kasih." Kinar mengerutkan kening.
"Nanti gak bakal nagih hutang budi lagi kan?" Pras hanya menjawab dengan menunjukkan ke dua jarinya, jari telunjuk dan jari tengah. Kinar pun mengangkat kedua bahunya acuh.
"Terima kasih," ucap Kinar kemudian. Pras mengangguk dan kembali mengemudikan mobilnya.
Pras sudah tidak kelihatan, Kinar melihat isi kantong kresek, lumayan isinya bisa buat ganjal perut kalau lagi laper dadakan.
"Dari mana?" Suara Laras mengagetkan.
"Teteh mah bikin kaget aja," protes Kinar.
"Itu habis diajak si Aa' yang kemarin ke boutiq."
"Apa? Ke boutiq, ngapain?" Kebiasaan Laras keluar, kepo.
"Pesan baju couple," jawab Kinar.
"Kalian sudah jadian? Cepet amat?"
"Ngaco aja, dia kemarin nagih hutang budi ke aku karena udah nolongin aku. Dia cuma minta aku temenin ke acara pesta pernikahan temannya aja sih."
"Gak ikhlas dong waktu nolongin,"
"Iya mungkin," Kinar menghelas napas berat, lantas masuk ke dalam kamar. Namun Laras mengekori Kinar.
"Kalau dia ngajak kamu ke pesta, berarti dia gak punya pasangan dong. Kenapa gak kalian jadian aja, kalau aku lihat ya, kalian itu " Refleks Kinar berhenti berjalan dan langsung memutar leher ke arah Laras, namun tanpa berkata apapun.
Melihat tatapan datar Kinar, Laras langsung nyengir kuda. Laras tahu Kinar tidak suka bahas masalah cinta cintaan. Bukan sok alim atau gimana, melainkan Laras masih trauma pacaran. Karena Kinar sempat pacaran dan di saat lagi cinta cintanya malah di tinggal selingkuh oleh pacarnya semasa putih abu abu. Tragis banget ya ...
Kurang apa coba Kinar, dia cantik, manis, apalagi ditambah dua lesung pipi dan tahi lalat di bawah bibir sebelah kanannya, bikin adem yang lihat.
Tapi namanya juga manusia, sudah dapat yang sempurna pasti masih pengen yang lebih lagi.