Senja berganti malam, Kinar memutar mutar lehernya karena pegal. Seharian dia beberes kamar, menata perabotannya biar kelihatan estetik gitu.
Lelah, tapi dia ada janji untuk menemani Pras datang ke acara pernikahan temannya, padahal matanya sudah ingin sekali terpejam.
Krek ...
"Jadi pergi dengan cogan itu?" Tanya Laras saat kepalanya muncul di pintu.
Kinar pun mengangguk lantas merebahkan tubuhnya telentang di kasur seperti pose wanita di atas kapal film Titanic, bedanya kalau aslinya berdiri sambil menikmati angin laut tapi yang ini beda, rebahan menikmati empuknya kasur.
Andai bisa digantikan dengan Laras, sudah pasti Kinar menyuruh Laras yang pergi, sedangkan dia akan tidur sampai esok hari. Huft ...
"Dijemput jam berapa?" Tanya Laras lagi, tubuh Laras sudah duduk di sisi kasur sebelah tubuh Kinar.
"Habis ini, sekitar jam 18.00 katanya." Jawab Kinar lesuh.
"Mau jalan sama cogan itu teh harus semangat atu, sudah sholat belum? Jangan hanya karena bahagia mau kencan jadi lupa sholat." Kinar melirik sinis ke arah Laras. Dalam kewajiban Kinar selalu mengutamakan.
Lima belas menit kemudian benda pipih Kinar berbunyi menampilkan pesan singkat dari seseorang "Aku di depan" Kinar menghela nafas panjang, Kinar mengambil mini sling bag nya lantas keluar kamar sedangkan Laras ikut keluar saat sang empuhnya keluar.
Kinar pergi dalam keadaan memakai outfit seadanya, Pras sudah mengatakan jika nanti pihak butik yanh menyediakan perlengkapan mereka selengkap lengkapnya.
"Selamat malam, Tuan, Nyonya!" Sapa pramuniaga boutiq ketika Pras dan Kinar masuk.
"Mbak, saya Pras mohon bantuannya layani kami dengan baik dan pastikan semuanya ready dalam kurun waktu tiga puluh menit." Tegas Pras.
"Siap Tuan, percayakan semua pada kami." Pras pun mengangguk.
Pramuniaga tersebut langsung mengantar Kinar dan Pras ke ruang make over. Selain boutiq, disini juga menyiapkan make up artist. Dian memang sekretaris yang bisa dihandalkan, dia selalu tahu kebutuhan dan kemauan Pras.
Pras sudah siap, saat ini dirinya sedang menunggu Kinar di sofa boutiq. Penampilan Pras sangat berkharisma, tuxedo yang dia kenakan jatuh pada warna navy kombinasi gray. Dengan sedikit pres body semakin menambah tingkat kegagahannya.
Masih memainkan benda pipih, Pras tidak menyadari kehadiran seorang Kinar yang kini sudah berdiri di hadapannya.
"Eh hem ... " Deheman Kinar mampu mengalihkan mata si Presdir dari benda pipih ke arah Kinar. Mata Pras membola saat melihat penampilan Kinar, tubuhnya auto berdiri. "Sungguh indah ciptaan Tuhan" begitulah gumamnya dalam hati.
Kinar dengan gaun selutut tanpa lengan berwarna navy kombi payet warna grey serta sepatu high hells warna grey pula, serasi dengan warna tuxedo Pras.
Rambut Kinar di cepol ke belakang menyisakan poni dan helaian rambut yang sudah curli di sisi kanan dan kiri. Penampilan yang sangat memukau dan mempesona, jangankan orang lain, Kinar sendiri saja tidak percaya bahwa yang berpenampilan seperti itu adalah dirinya saat melihat pantulan di cermin tadi. Setelah di make over, wajah Kinar memang manglingi. Dasarnya memang cantik, tambah di make over ya semakin cantik.
"Cantik," kata itu lolos dari bibir Pras.
"He?" Kinar mengerutkan kening.
"Oh bukan apa apa, yuk jalan?" Sengaja Pras tidak terus terang, takutnya Kinar malah besar kepala.
***
Baru kali ini Kinar mendatangi sebuah pesta pernikahan yang sangat mewah, orang orang yang hadir pun berpakaian mewah. Pantas Pras pesan gaun untuk dirinya seistimewah ini.
"Ingat, di dalam nanti kamu harus pura pura jadi kekasih saya. Siapa pun yang bertanya jawab saja kalau kamu adalah kekasih saya, pacar saya, atau apalah yang mengidentitaskan kamu sebagai milik saya. Sampai di sini paham?" Tegas Pras memperingati. Kinar pun mengangguk paham.
Dengan seperti orang sedang berkacak pinggang, Pras mengkode Kinar untuk segera menggandeng tangannya. Entah mengapa keduanya kini merasa sport jantung namun sama sama berpura pura slow.
Langsung saja Pras mengajak Kinar menaiki pelaminan, bukan ... bukan mereka mau nikah, melainkan untuk memberikan ucapan selamat kepada kedua mempelai.
"Selamat ya, Bro. Semoga nanti malam sekali tendang langsung gol." Goda Pras membuat mempelai wanita tersipu malu.
"Makasih Bro, sudah mau nyempetin hadir di nikahan gue. Cepat nyusul ya, cantik juga pilihan lu. Ini kekasih beneran kan?" Edward tak mau kalah untuk menggoda Pras.
"Ya beneran lah," jawab Pras sedikit gugup.
"Tapi masih kelihatan kayak abg bro," lanjut Edward.
"Namanya juga dedek dedek gemes." Sahut Pras kembali tak mau kalah.
"Okey lah, aku doain semoga kalian berdua cepet nyusul ya. Oh iya, silahkan langsung ke hidangan Bro."
"Siap." jawab Pras.
Pras mengajak Kinar ke area hidangan, di meja sudah tersusun beberapa menu yang menggairahkan selera. Mata Kinar nampak berbinar, pasalnya dia sudah mulai lapar. Apalagi bau masakannya benar benar menguar, semoga tak hanya baunya yang menarik, tapi rasanya juga.
Kinar mengambil beberapa makanan, sepertinya makanan di sini lezat lezat deh. Baru masuk sesuap, Pras tiba tiba muncul bawa segerombol teman temannya.
"Kinar, kenalin ini temen temen ku semasa kuliah di Swiss." Kinar meletakkan piring makannya lantas berdiri menyapa.
"Hai, aku Kinar." Kinar mengulurkan tangan. Kinar menangkap tatapan aneh salah satu dari mereka.
"Cewek bau kencur dari mana yang lu pungut, Pras? Lu nyia nyiain Gladis demi cewek seperti ini?" Ucap cewek yang namanya Vanesha, nyinyir banget rupanya nih cewek.
Pras melirik Kinar yang tertunduk, Kinar bukan gadis pendiam. Dia bisa berontak jika diremehkan, sekali pun oleh orang yang lebih dewasa dari nya. Jika dirinya benar ngapain harus takut, benar bukan? Namun sekarang bukan saatnya untuk ribut. Lagian dia juga bukan pacar benerannya si Pras, cuekin aja dah, bodoh amat. Kinar hanya memenuhi hutang budinya saja.
"Cinta gak bisa dipaksakan, kalau Pras nya lebih suka sama dedek gemes ya mau gimana lagi. Iya kan Bro? Lagian Kinar ini mah lebih cantik dari pada si Gladis tahu, Van." Timpal lelaki bernama Alex.
"Tapi kan Gladis cinta banget sama Pras." Kekeh si Vanesha.
Vanesha dan Gladis sama sama suka dengan Pras, namun Vanesha tidak seberani Gladis yang blak blakan mengatakan cinta di depan Pras. Jika dia tidak bisa mendapatkan Pras, setidaknya sahabatnya yang harus mendapatkan Pras walau rasiko hatinya yang hancur.
"Aku kesana lagi ya, kamu makan aja yang kenyang. Aku masih ingin kumpul dengan teman teman ku." Pamit Pras.
Dalam hati Kinar bersorak senang, "kenapa gak dari tadi saja," gumam Kinar dalam hati. Kedatangan Pras dan teman temannya hanya mengganggu acara makan Kinar saja.
***
Jam di tangan Kinar sudah menunjukkak pukul 20.00, itu tandanya mereka sudah satu jam berada di tempat ini, tapi kenapa belum ada tanda tanda Pras ajak Kinar pulang?
Mata Kinar sudah mengantuk, Kinar terbiasa tidur di jam delapan malam. Karena kalau di kampung ini sudah sepi.
Terpaksa Kinar harus mencari keberadaan Pras. Di sudut gedung, terlihat Pras bersenda gurau dengan teman temannya. Kinar melenggang menuju arah kerumunan tersebut.
Tanpa Kinar bersuara atau mengkode pun, Pras ternyata peka akan kedatangan Kinar.
"Ngantuk?" Kata pertama yang keluar dari bibir ranum Pras.
Kinar mengangguk, "bisakah kita pulang sekarang?" Tanya Kinar.
"Okey, kita pulang sekarang." Lantas keduanya pun berpamitan.
Dinginnya angin malam terasa begitu menusuk sampai ke tulang, gaun navy tanpa lengan yang dikenakan Kinar tidak dapat mengahangatkan tubuhnya. Kinar merangkul dirinya sendiri mencoba memberi sedikit kehangatan.
Pras sangat peka apa yang sedang dirasakan oleh gadis di sebelahnya, dibukanya jas yang ia kenakan lantas menyelemuti bagian depan tubuh Kinar. Kinar terkejut dan langsung menatap Pras, mata mereka pun bertemu. Sport jantung lagi yang mereka rasakan saat ini.
"Semoga bisa sedikit menghangatkan tubuh kamu," ucap Pras.
"Makasih," ucap Kinar tertunduk.
Malam semakin larut, namun tak sedikitpun menyurutkan suara kendaraan di jalanan Ibu Kota.
Keduanya kini sudah tiba di depan gerbang kos Kinar, sebelum turun dari mobil, Kinar mengembalikan jas Pras.
"Tunggu sebentar," cegah Pras, Kinar pun mengurungkan diri untuk membuka gerbang. Buru buru Pras ke arah bagasi mobil. "Ini baju kamu tadi, dan ini beberapa cemilan untuk mu sebagai tanda terima kasih saya. Saya janji setelah ini saya tidak akan mengganggu kamu lagi." Tegas Pras sambil memberikan beberapa kantong plastik besar.
"Emmm, untuk gaun yang aku pakai bagaimana?"
"Itu sudah saya beli, gaun itu juga ukuran tubuh kamu. Jadi itu untuk kamu saja."
"Beneran?" Kinar memastikan.
"Iya," singkat, padat, jelas.
"Sekali lagi terima kasih, dan juga tidak perlu repot repot memberikan ini. Ini banyak sekali loh, aku tidak akan bisa menghabiskan ini sendiri."
"Kamu bisa memberikannya ke teman teman kos kamu," Kinar hanya mengangguk angguk kecil menanggapi Pras. "Kalau gitu saya pamit,"
"Hati hati,"
***
"Hai geulis, kamu teh bikin teteh pangling. Mane geulis pisan euy." Puji Laras "pasti ini gaun mah sangat mehong yak?"
"Nih," Kinar memberikan koin seribuan pada Laras.
"Ini teh maksudnya apa atuh?" Larang memandang koin yang Kinar beri.
"Upah karena sudah muji Kinar, Teh." Kinar pun terbahak.
"Teu sopan," Laras merengut.
"Teh, bantuin Kinar bawa barangnya atuh."
"Oh iya hampir lupa."
Cemilan pemberian Pras cukup banyak, seandainya ia bagi bagi ke penghuni kos yang berjumlah tiga puluh kamar itu mah lebih dari cukup.
"Ini teh si Babang kasep yang belikan?" Kinar mengangguk.
"Ambil saja semau Teteh, tapi Kinar teh di sisa." Ucap Kinar sambil berlalu ke kamar mandi, Kinar membersihkan make up di wajahnya dan berganti piyama.
***
Usai meeting, Pras menerima pesan gambar dari Edward. Foto dirinya, Kinar dan kedua mempelai saat acara pesta pernikahan Edward.
Pras memandangi wajah cantik Kinar, disana Kinar terlihat anggun dan mempesona.
Tok tok tok ...
"Iya masuk!" Bunyi ketukan pintu itu membuyarkan lamunan Pras.
"Pak, ini beberapa berkas yang harus Bapak tanda tangani sekarang!" Tegas Dian.
Di sela sela Pras meneliti berkasnya, Dian kembali mengganggunya.
"Bapak jadi meneruskan sekolah ke luar negeri, Pak?" Pras langsung menghentikan aktivitasnya.
"Iya, kenapa? Kamu mau ikut?"
"Bukan begitu, Pak, tapi saya sudah nyaman kerja dengan Bapak. Saya takut tidak bisa beradaptasi dengan pengganti Bapak nanti." Jawab Dian jujur.
"Yang akan menggantikan saya nanti sepupu saya, dia lebih baik dari saya. Dia tidak seperti freezer seperti yang sering kamu ucapkan kepada saya." Jelas Pras.
"Tapi kan semua pasti ada plus minusnya, Pak."
"Gak usah dipikirkan, semua itu jalani saja, Din. Percayakan semua pada takdir, saya pasti kembali."
"Bapak kembali paling saya sudah beranak pinak, Pak. Saya kan berencana mau nikah dalam waktu cepat, padahal saya ingin Bapak hadir di pernikahan saya loh, Pak."
"Nanti kabari saja, kamu ingin kado apa dari saya. Pasti akan saya kasih." Mendengar pernyataan Pras, mata Dian langsung berbinar.
#
Dian sudah keluar dari ruangannya, Pras kembali menatap foto yang tadi dikirim Edward.
"Jika kelak kita dipertemukan kembali, aku janji tidak akan membiarkan mu pergi. Semoga takdir mempertemukan di saat kau dan aku sama sama sendiri. Lantas di antara kita akan memadu kasih."
Sejak awal melihat Kinar, Pras sudah mulai tertarik. Gadis itu berbeda, pada diri Pras terketuk ingin sekali melindunginya. Semoga kelak Tuhan mendengar doanya.