Mungkin Laninna berpikir jika Luruh akan mengamuk ketika mendengar cerita ini, tetapi gadis itu hanya tersenyum sambil berterima kasih pada Laninna karena sudah menjadi teman Axton lalu Luruh mengingatkan jika Axton selalu menganggap Laninna sebagai temannya jadi Luruh tidak heran dengan cerita ini.
"Mungkin kedai ini tidak terlalu ramai karena sudah jam bekerja, Laninna! Oh iya aku juga belum memperkenalkan diriku ya? Namaku Luruh Tzania Lovely Hunt, kau boleh memanggil aku apa saja kok! Ternyata seperti itu, aku berterima kasih karena kamu sudah menjadi teman suamiku dan Axton selalu bercerita bahwa kamu selalu menjadi teman baiknya benar-benar pertemanan yang seru ya kalian ini," tutur Luruh lembut.
Dalam diam Laninna menahan rasa kesal dan tidak terima dengan sikap Luruh yang bisa-bisanya ia membalas dengan sangat menyakitkan padahal Laninna berpikir gadis itu pasti akan menyerah seperti gadis-gadis lain yang pernah Laninna hadapi selama ini dan ternyata Laninna salah besar.
"Bisa-bisanya dia menyikapi ucapan gue dengan santai padahal gue mengajak dia ke sini tuh ya karena untuk membalas rasa sakit dia! Terus kenapa malah gue yang kesal sendiri sih?! Selama ini beberapa gadis yang gue hadapin gak pernah kayak Luruh tuh!! Pokoknya gue gak boleh biarin dia merasa menang dari gue dah!! Gue gak suka nih dia yang begini," batin Laninna geram.
Di saat suasana meja Luruh dan Laninna terlihat begitu dingin tak lama pelayan datang karena pesanan mereka telah selesai dibuatkan lalu baik Luruh dan Laninna mulai menyantap makanan dengan santai sambil sesekali membahas soal Axton karena dalam diam Laninna ingin Luruh mengerti jika seseorang yang layak untuk Axton itu adalah dirinya bukan Luruh.
"Tidak aku sangka pemuda seperti Axton akan menikahi kamu ya Luruh? Dulu aku mengenal dia itu orang yang pemilih sekali dan satu-satunya teman yang mengenal dia itu cuma aku dan beberapa orang aja! Harusnya kamu merasa bersyukur ya atas bantuan Axton! Dia menikahi dirimu mungkin karena dia kasihan padamu ya," ucap Laninna serius.
"Bukankah jodoh, rezeki, kematian tidak ada yang tau? Jadi tidak heran kalau kamu tak percaya dengan pernikahan kami lagipula aku paham kalau pertemanan kalian memang seperti itu karena ya Axton orang yang bisa menilai orang lain dengan cukup baik untuk itu tanpa kamu minta aku selalu bersyukur dan terserah Axton mau bagaimana padaku," sahut Luruh santai.
"Benar juga sih hanya saja kamu yang seperti ini harusnya memikirkan seseorang yang layak untuk Axton! Sadar diri itu kadang perlu loh, Luruh! Kamu terlalu menganggap gampang Axton dan tidak memahami hal apa yang di butuhkan! Harusnya dia menikah dengan seseorang yang mengerti dunianya terlebih orang biasa sepertimu terlalu tak pantas sih," ujar Laninna bahagia.
"Kenapa aku harus memikirkan seseorang yang layak untuk Axton? Dia yang melamar dan ingin menikahiku? Yasudah aku hanya mengikuti keinginannya toh kamu tidak memahami bagaimana cara aku menghargainya jadi tidak heran kalau kamu bilang aku terlalu menganggap Axton itu gampang ya karena kamu gak paham! Semua istri pantas di cintai kok," tutur Luruh lembut.
"Kalau kamu tidak berpikir demikian itu artinya kamu egois bukan? Lamarannya karena pesan dari kedua orang tua kan ya? Ya kalian itu di jodohkan jadi jangan terlalu bangga akan statusmu yang hanya status itu lagipula seseorang yang paham luar dan dalam Axton itu hanya aku dan satu orang lain yang mungkin gak akan kamu kenal siapa dia deh!!" sahut Laninna bangga.
Sayangnya mau seberapa banyak Laninna membanggakan dirinya yang ia pikir jika dirinya itu lebih baik dari Luruh malah tidak berpengaruh sama sekali oleh Luruh sebab ia percaya bahwa kedekatan antara Axton dan Laninna tidak seperti yang gadis itu pikirkan jadi ia hanya sibuk menyantap makanannya hingga selesai.
"Dia tuh kenapa ya? Membangga-banggakan dirinya di hadapan istri sah? Ya ampun sepertinya dia berpikir terlalu banyak sampai-sampai ia mengira kalau dirinya sangat dekat dengan Axton dan aku percaya kalau Axton tidak seperti yang Laninna pikirkan! Jadi yaudahlah terserah itu cewek mau ngomong apa aja toh gue lapar dan makanan ini enak," batin Luruh yakin.
Laninna yang melihat sikap santai Luruh membuatnya tersenyum sekilas lalu ia menceritakan satu hal di masa lalu Axton yang pasti tidak gadis itu ketahui dan mungkin cerita ini setidaknya bisa menghancurkan hati dan kepercayaan Luruh pada Axton sebab kisah di masa lalu memang terkadang hadir untuk menggoyahkan masa depan.
"Sepertinya makanan itu lebih menarik di banding percakapan kita ya? Kalau begitu akan aku ceritakan soal Axton yang mungkin belum kamu ketahui! Dulu sekali dia pernah berpacaran dengan Rinja dan sebelum Rinja menikah dengan abangnya, Axton sempat berkelahi dengan Terang untuk mendapatkan lagi Rinja karena ia sangat menyayanginya," ucap Laninna santai.
Awalnya Luruh berpikir jika Laninna pasti sedang menceritakan kedekatan antara dirinya dan Axton lagi, tetapi saat satu nama terdengar di telinganya tak lama Luruh merasa selera makan yang tadi hadir karena melihat salah satu kue hilang seketika karena memang Luruh tidak tahu bahwa Rinja adalah mantan kekasih Axton.
"Kue ini terlihat enak ya? Eh tunggu? Dia bilang apa? Axton menyayangi Rinja? Aku memang tak tau banyak hal apapun tentang Axton! Cuma aku tetap tak bisa membohongi hatiku jika aku sedih saat Axton tak menceritakan masa lalunya padaku! Rasanya seperti dia tak menghargai aku walaupun aku tau Axton tidak begitu hanya saja aku kecewa karenanya," batin Luruh sendu.
Tanpa sadar tangan Luruh yang hendak memotong kue tiba-tiba berhenti ketika sendoknya ada di atas kue dan Laninna menyadari jika Axton belum menceritakan masalah dirinya dan Rinja pada Luruh jadi dengan begini Laninna bisa menggoyahkan kepercayaan hati Luruh pada Axton yang ia pikir hanya baik terhadap dirinya saja.
"Sudah aku duga jika Luruh akan kalah dengan masa lalu Axton! Mungkin ia berstatus sebagai istri dari Axton, sayangnya gadis itu lupa bahwa masa-masa yang bahagia juga bisa kapan saja berubah dan dari pemahaman aku mengenal Axton membuatku mengerti jika pemuda itu tidak mudah bercerita pada orang lain! Lalu dengan begini aku bisa menggoyahkan kepercayaan Luruh terhadap Axton! Hahahaha, rasakan itu Luruh!" batin Laninna senang.
Di tengah-tengah rasa bimbang dan sedih yang di rasakan Luruh tiba-tiba saja terdengar suara ponsel Luruh kemudian tertera nama Lara di layar ponselnya membuat Luruh berpamitan pada Laninna dan menjawab teleponnya sambil gadis itu mencari taksi untuk ia pergi ke rumah sakit.
"Tumben, maaf karena aku tak bisa menemani kamu makan siang sampai selesai ya Laninna! Ada urusan mendadak jadi aku pergi duluan ya, assalamualaikum! Halo? Iya? Ada apa? Oh kak Lara ingin bertemu dengan diriku? Rupanya kakak aku rindu ya? Aku kira kakak kenapa, ya sudah aku akan segera sampai di sana kak! Assalamualaikum," ujar Luruh panik.
Sementara Laninna yang melihat kepergian gadis itu hanya tersenyum senang karena walaupun ia sempat kesal karena sikap manis Axton pada Luruh setidaknya rasa sakit yang ia rasakan bisa terbalaskan saat melihat ekspresi terkejut bercampur dari Luruh saat tadi ia mendengar kisah masa lalu suaminya.
"Urusan mendadak katanya? Bilang saja kamu tidak tau harus bilang apa sama aku kan, Luruh? Tenang saja aku tidak masalah dengan kepergian kamu yang seperti ini toh aku menunggu hari kehancuranmu karena satu-satunya orang yang bisa bersanding dengan aku itu hanya diriku!! Bukan kamu hahahaha!" ujar Laninna senang.
Sesampainya Luruh di rumah sakit langkah gadis itu terlihat berjalan dengan perlahan karena Luruh masih merasa terkejut karena memikirkan ucapan Laninna yang menceritakan banyak hal yang sejujurnya menyakitkan hati Luruh saat teman baik suaminya lebih tahu soal masa lalu Axton di banding dirinya.
"Katanya akan melalui banyak hal bersama-sama, katanya tidak akan membuatku bersedih? Apa yang Axton kali ini lakukan benar-benar menyakitkan lebih dari janji-janji manisnya?! Aku tidak menyangka kalau Axton bisa bersikap seperti ini dan membuatku menyadari bahwa ternyata Laninna memang lebih layak untuk Axton di bandingkan aku ya," gumam Luruh sendu.
Luruh tidak tau tau harus mempercayai siapa sekarang, tetapi rasanya hati seolah berdenyut perih saat ia menyadari jika Axton tidak pernah menceritakan masa lalunya pada Luruh padahal ia berjanji akan melalui kesulitan apapun dengan Luruh sementara hal sepenting ini saja tidak di ceritakan oleh pemuda itu.
"Kalau begini ceritanya terus aku harus mempercayai siapa?! Apa yang harus aku lakukan saat hatiku benar-benar berdenyut perih seperti ini? Aku tau kalau aku memang orang baru untuknya, tetapi dia pernah bilang untuk melalui kesulitan apapun bersama-sama bukan!! Terus kenapa hal sepenting ini tidak ia ceritakan padaku sih? Mau cari ribut apa gimana!!" omel Luruh kesal.
Dalam diam Luruh sadar jika ia tidak seharusnya menunjukkan ekspresi sedih di hadapan Lara karena saat ini kesehatan kakaknya sedang menurun dan soal Rinja dengan suaminya adalah masalah rumah tangga Luruh jadi ia berusaha menarik nafasnya dalam memasang ekspresi ceria seolah-olah hati Luruh tak ada masalah dengan apapun.
"Astaghfirullah, apa yang aku pikirkan sebenarnya sih?! Seharusnya aku tidak perlu memikirkan hal semacam itu toh ini bukan saat yang tepat apalagi kak Lara sedang dalam keadaan yang kurang membaik jadi seharusnya aku tidak menambah pikiran kakakku! Kalau begitu aku harus tenang dan mengendalikan diriku seperti tak terjadi apapun demi kak Lara ya," ucap Luruh tegar.
Setelah yakin bahwa ia baik-baik saja tak lama Luruh kembali melanjutkan langkahnya menuju ruangan rawat Lara sebab tadi kakaknya menelpon karena rindu dengan Luruh jadi dengan cepat Luruh bergegas menemui Lara yang kini memandang foto kecil mereka dengan tatapan sendu.
"Kenapa perasaan ini datang lagi? Dulu sekali aku merasakan perasaan gelisah seperti ini saat Luruh menyimpan masalahnya sendiri, apakah sekarang Luruh kembali menyimpan masalahnya tanpa bercerita pada siapa-siapa ya? Aku memang bukan kakak yang terbaik untukmu Luruh, tapi aku tidak ingin membiarkan dirimu kesulitan sendirian dek," lirih Lara sedih.
Lara tidak tau mengapa ia memimpikan adiknya yang terlihat menangis sendirian di sudut ruangan yang gelap dan Lara merasa khawatir jika sesuatu mungkin terjadi pada Luruh persis seperti ia dan Luruh masih anak-anak sedangkan adiknya menyimpan semua hinaan dari teman-teman Luruh yang mengatakan jika kakak Luruh ada penyakitan dan beban saja untuk Luruh.
"Sebelum perasaan gelisah ini datang lagi, tadi malam aku bermimpi jika Luruh menangis di sudut ruangan yang gelap dan sendirian! Apa yang terjadi pada Luruh ya? Aku khawatir ada hal yang terjadi persis dengan kejadian saat Luruh dan aku masih anak-anak padahal itu sudah lama, tapi rasanya aku takut Luruh kembali terluka? Dia baik-baik saja kan, " gumam Lara sendu.