Sebuah puncak kesedihan dan perasaan tak terdeskripsikan yang pernah dia alami sepanjang hidupnya. Bhanu dilema, uring-uringan, dan begitu sensitif. Dia memilih diam ketimbang mengobrol dengan orang lain. Salah berbicara sedikit saja, suasana hatinya bisa hancur lebur dan tak jarang dia memberikan tanggapan yang ketus terhadap lawan bicaranya. Bhina adalah korban kejudesan mulut Bhanu setiap hari. Segala macam unek-unek yang terpendam semua dikeluarkan di mulai dari kaus kaki Bhina yang selalu jatuh di atas sepatu Bhanu, Bhina yang selalu saja pulang malam, Bhina yang tak pernah bisa mengebut ketika mengantarnya ke sekolah. Apalagi momen ketika Bhanu selesai membaca surat Yura, dia semakin tak terkendali. Bhina melihat wajah adiknya itu sangat suram dan gelap. Turun dari kamar dengan menu

