Chapter 8

838 Kata
GUNUNG YANG KURINDU [Bersama kenangan yang kujaga, masih kurasa sakit yang sama.]             Dia lahir saat fajar. Saat mentari sedang menyapa awan, gunung, laut, dan bumi. Lelaki tampan dengan senyum menawan bagai fajar. Rambutnya hitam, sedikit bergelombang. Matanya berwarna coklat jernih, dan akan semakin jernih jika sinar mentari menerpa kedua maniknya. Hidungnya mancung karena darah campuran yang dibawanya. Pernah sekali ia bercerita, tentang bagaimana kedua orang tuanya bersua, lalu melahirkan tiga anak yang mungil. Ayahnya adalah orang pribumi, yang jatuh cinta pada wanita bermata biru.             Ia lahir di London, sampai umur delapan tahun lalu pindah ke negara kelahiran sang Ayah, Indonesia. Mungkin, itu salah satu alasan kenapa Mandala tidak terlalu bisa mengucapkan huruf “r”. Ya, benar. Mandala Zeonard, lelaki tampan yang dipertemukan dengan Vinay melalui cara yang memalukan.             “Mungkin ini sedikit aneh, tapi—kamu punya uang dua ribu nggak?”             Vinay mengerjapkan matanya dengan cepat. Ia kini berada di salah satu toko dengan tujuan untuk membeli ice cream rasa stroberi. Dan tentu ia tidak akan menduga jika akan ada seorang cowok yang tengah memegang Oreo rasa coklat mengajaknya berbicara. Vinay tahu dengan jelas bahwa ia tidak mengenal cowok itu. “Ada,” jawab Vinay tak luput melemparkan tatapan aneh pada cowok asing itu.             Cowok itu tertawa canggung. Sebenarnya, tanpa ia harus menjelaskan maksudnya Vinay sudah cukup paham bahwa cowok itu berniat meminjam uang padanya. Tetapi karena Vinay adalah cewek sopan dan tidak ingin dianggap sok tahu. Maka ia lebih memilih untuk menunggu cowok itu melanjutkan ucapannya.             “Namaku Mandala Zeonard, rumah deket sini, dan aku lupa bawa dompet,” Mandala berujar dengan malu-malu. “Kakakku galak banget, tadi aku abis numpahin novelnya sama kopi dan langsung kabur kesini buat beli Oreo.” Mandala mengangkat tangan kananya yang memegang makanan berbungkus warna biru. “Daaan—duitku kurang dua ribu,” tambahnya lagi.             Vinay menatap Mandala sejenak, lalu tanpa banyak bicara ia mengeluarkan dompetnya dan memberikan uang dua ribu kepada Mandala. Vinay lalu tersenyum kecil sebelum berbalik menuju kearah kotak freezer tempat menyiman berbagai macam jenis ice cream.             “Makasih,” Vinay terlonjak saat mendapati cowok itu berdiri di sebelahnya.             “Ya,” balasnya singkat. Berharap Mandala pergi dan tidak mengusiknya lagi.             “Gimana caraku balikinnya? Gini aja, aku minta nomor rekening kamu, jadi aku bisa transfer,” Mandala mengamati Vinay yang masih sibuk memilih ice cream. “Hallooo,” ucap Mandala mencoba menarik perhatian cewek cuek itu.             Vinay menoleh sebentar, lalu kembali fokus mengubek-ubek isi freezer. “Nggak usah dibalikin nggak apa-apa kok. Lagian juga cuma dua ribu,” tuturnya.             Mandala mengulum bibir bawahnya, ia suka gadis baik. “Nggak bisa dong, aku nggak mau punya hutang sama orang. Atau kamu kasih aku nomor telepon, biar bisa bayar langsung?”             Vinay berdecak, memperlihatkan bahwa ia benar-benar merasa terganggu tanpa harus ditutup-tutupi. Ia lalu merogoh tasnya dan mengeluarkan ponselnya. Mandala benar-benar tak bisa menutupi rasa senangnya. Ia langsung menyiapkan ponselnya untuk mencatat nomor telepon gadis imut itu.             “0538290323 BNI,” ucap Vinay yang membuat Mandala melongo.             Cowok itu lalu terkekeh geli, gadis itu lebih memilih membagi nomor rekening daripada nomor teleponnya. “Catet nomorku,” sahut Mandala yang menemukan sebuah ide.             “Buat apa?” Vinay bertanya. Menatap heran kepada cowok yang memperkenalkan dirinya dengan nama Mandala.             “Catet aja, nanti kamu pasti butuh nomorku. Kamu juga bisa ngingetin kalau aku lupa transfer,” Mandala tersenyum berharap senyuman yang kata orang tampan bisa meluluhkan hati gadis imut itu.             “Lupa juga nggak apa-apa,” balas Vinay keras kepala.             “Catet aja, please. Kalau kamu catet nomorku, janji deh aku bakalan langsung pergi,” Mandala berusaha meyakinkan. Ia lalu kembali mengulum senyum saat Vinay kembali mengangkat ponselnya dan menatapnya dengan pandangan menunggu. “089677475313.”             “Udah,” balas Vinay singkat. Cewek itu lalu kembali melanjutkan aktifitasnya, mencari ice cream yang akan menemani sorenya.             “Oke, makasih pinjamannya. Sampai jumpa lagi!” seru Mandala.             Vinay menoleh sebentar, menatap punggung cowok dua ribu yang kini sedang mengantri di kasir. Ia sudah menemukan ice cream miliknya. Tapi, ia memilih untuk berdiam diri sejenak di tempat itu. Menunggu Mandala benar-benar keluar dari toko dengan harapan tidak bertemu dengan cowok aneh itu lagi.             Tetapi dua hari kemudian Vinay dengan terpaksa harus menghubungi cowok aneh itu. Bukan karena ingin, melainkan karena Vinay menerima pesan dari m-banking bahwa nasabah dengan nama Mandala Zeonard telah mentransfer uang sejumlah dua juta rupiah ke rekening atas nama Vinay Flinn Dirgantara.             Vinay membuka kelopak matanya yang terasa basah. Jantungnya begitu berat dan sesak dengan napas yang tersengal hebat. Rasa sakit itu datang lagi, mencengkeram hatinya yang sudah rusak sejak satu tahun yang lalu. Rindu itu menjeratnya. Sosok itu membayanginya.             “Mandala,” Vinay bergumam. Berharap dengan ia menyebut nama sosok itu, rasa rindu di hatinya berkurang barang sedikit saja. Namun tidak, ia semakin rindu. Benar-benar rindu. Dan ini benar-benar menyiksa karena Vinay tak bisa melampiaskan rasa rindunya.             Malam itu, untuk kesekian kali Vinay menangis di bawah bantal dengan menggumamkan nama kekasihnya. Mandala Zeonard.   Malam ini aku bermimpi, tentang sepasang mata yang masih jelas kuingat warnanya. Memandangku dengan senyum setenang fajar yang menghangatkan ujung daun yang beku. Mengingatkanku pada janji yang kau ucap hingga merasuk dalam hatiku. Yang kurapal beribu kali agar kau ingat dan kembali padaku. Kala itu, kau bilang kita akan pulang. Tapi nyatanya rumah yang kita tuju tak sama. Kau tak pernah pulang, padaku. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN