“No! You can't be pregnant!” ucap Saveri tidak percaya. “Selama ini kita selalu pakai pengaman.”
“Ya, tapi buktinya masih bisa jadi juga,” balas Madilyn sinis.
"Anggap saja itu cuma sebuah kecelakaan dan jalan satu-satunya untuk menyelesaikan kekacauan itu adalah dengan jalan menggugurkannya.”
"Are you telling me to kill my baby?!” pekik Madilyn.
“Aku juga nggak mau kayak gitu. Tapi kalau bayi itu sampai benar-benar ada, kita semua akan hancur! Apa kamu sengaja mau menghancurkan hidup aku?!” balas Saveri berteriak dengan nada bicara tak kalah tinggi dari nada bicara Madilyn.
“Aku kecewa banget sama kamu! Bukan bayi ini yang akan menghancurkan hidup kamu, tapi justru kamulah yang sudah menghancurkan masa depanku. Ingat itu, Saveri Xylon Dhananjaya!”
Dunia Madilyn terasa hancur dan dia tidak ingin seumur hidup berada di bawah bayang-bayang penyesalan kalau sampai nekat menyingkirkan kehidupan baru dalam tubuhnya. Madilyn bertekad akan tetap mempertahankan kandungannya dan merawat bayinya hingga tumbuh dewasa meski tanpa sosok ayah, maupun harus melewati waktu dengan penilaian buruk masyarakat tentang dirinya yang hamil dan melahirkan tanpa sosok suami. Dan sampai matipun Madilyn tidak akan merelakan Saveri melihat anaknya apalagi mendekatinya.