[2] Oner Daughter

1552 Kata
Oner House 08.00 AM Sinar matahari memasuki ruang kamar melalui celah gorden yang tidak berwarna. Cahayanya mengusik tidur seorang gadis yang terlelap di atas tempat tidur. Suara burung terdengar berkicau dengan nyanyian paginya, membuat siapapun yang mendengarnya akan merasakan suasana alam di sekitarnya. Tempat tidur berukuran king size tampak berantakan dengan selimutnya yang sudah tidak beraturan dan beberapa sisinya menyentuh lantai. Seorang gadis dengan rambut hitamnya masih nampak terlelap dan tidak terganggu dengan sinar matahari yang mulai menyinari wajah putihnya. Matanya mengerjap berulang kali, ia membuka matanya sedikit. Tangannya tergerak ke sekitarnya untuk mencari selimut yang semakin lama semakin turun meninggalkan tubuhnya. Setelah ia menggapainya, lalu ditariknya selimut itu hingga sebatas d**a dan ia kembali tertidur, menikmati alam mimpinya yang sepertinya belum rela ia tinggalkan. Di lantai satu, terlihat dua orang perempuan yang nampak sibuk menyiapkan makanan untuk sarapan mereka. "Alice, tolong ambilkan tempat sendok di laci nomor tiga dari kanan," perintah wanita itu. Alice mengikuti perintah yang diberikan dan mengambil tempat sendok yang ada di sana lalu ia letakkan di atas meja makan. "Apa kamu sudah membangunkan Delwish, Lice?" tanya wanita itu. "Belum, Bu. Dia tidur seperti koala. Bahkan saat tadi malam, disaat cuaca sedang terasa dingin, ia tetap tertidur seperti bayi yang tidak terusik dengan situasi apapun," jelas Alice. Wanita yang ia panggil Ibu hanya bisa tertawa kecil mendengarkan penjelasan putri kecilnya. Alice dan Delwish merupakan teman sebaya, dan ini adalah kali ketiga mereka bertemu. Alice sudah tau betul seperti apa Delwish dan bagaimana perilakunya. Bagi Alice, Delwish adalah teman perempuan yang ia kenal dan sama sekali tidak sesuai dengan yang Alice harapkan. Jika perempuan lain akan menyukai bermain boneka, berbeda halnya dengan Delwish. Dia akan memilih s*****a dan serum mematikan untuk menjadi mainanya. "Cepat bangunkan Delwish, dia harus sarapan bersama kita." Alice membuang nafasnya kasar. "Ada apa ini? Kenapa aku mendengar seperti ada keributan kecil disini?" Oner baru saja memasuki dapur dengan inrichter di tangannya. Inrichter adalah sebuah gadget berukuran 15cm, dengan layar transparan yang akan memperlihatkan berbagai informasi, termasuk berita-berita yang ditulis oleh para anggota path Golden Entertainment. Bisa dibilang, ini adalah alat multifungsi yang akan menampilkan informasi yang dibutuhkan oleh si pemiliknya. "Wah ternyata sarapannya sudah siap. Apakah harus ada tamu yang menginap agar kamu masak dengan gesit, sayang?" Oner menggoda Lunav, istrinya. "Sepertinya begitu." "Baiklah kalau begitu, aku akan meminta Delwish terus menginap di sini," ujar Oner. Alice bosan mendengar perbincangan kedua orang tuanya yang terdengar sangat klasik di telinganya. Bukan hal asing lagi bagi Alice jika melihat kedua orang tuanya bermesraan seperti tadi pagi. Alice berjalan menuju lift dan menekan tombol lift yang ada di lantai satu untuk menuju ke lantai dua dan membangunkan Delwish. Ting! Pintu lift terbuka. "Astaga!" Alice terkejut bukan main saat melihat Delwish yang berdiri di dalam sana dengan baju tidur berwarna putih dan rambut hitam panjang yang terurai menutupi bagian wajahnya. "Dasar, bodoh! Kau mengejutkanku, Del!" Alice terlihat gelagapan karena jantungnya sekarang berpacu cukup kencang akibat terkejut tadi. Alice melihat sekitarnya, mencari benda yang akan ia lempar. Alice menunduk dan melepaskan sendal rumah yang ia pakai. Buk! Sendal itu kena tepat di kepala Delwish. "Aw!" Delwish memegangi kepalanya yang baru saja terkena lemparan sendal Alice. "Kenapa aku di sini?" Delwish melihat sekitarnya dan nampak kebingungan. Delwish ternyata sedari tadi tertidur. Dia bahkan sama sekali tidak menyadari bahwa ia tidur sambil berjalan dan berakhir di dalam lift dengan kondisi yang menakutkan seperti itu. Alice segera menarik tangan Delwish keluar dari lift dan menyeretnya ke arah dapur. Setelah sampai di dapur, ia langsung menarik kursi dan menduduki Delwish di sana. Kesadaran Delwish belum sepenuhnya sadar, ia hanya menuruti tangannya yang ditarik oleh Alice. "Kamu sudah bangun, Del?" tanya Lunav. "Kenapa kamu memegangi kepalamu terus, Del?" Oner menyadari bahwa sedari tadi Delwish mengusap-usap kepalanya. "Rasanya sakit, seperti tertimpa oleh ribuan meteor," jawab Delwish dengan tangan yang masih mengusap kepalanya. "Itu hanya sendal, bukan meteor. Kau ini, terlalu hiperbola," cibir Alice. Lunav dan Oner hanya terkekeh mendengar perdebatan antara Alice dan Delwish. Sangat wajar bagi mereka jika Alice dan Delwish bertengkar seperti ini. Usia mereka baru saja memasuki 14 tahun, dan Alice sudah menganggap usianya cukup dewasa, sedangkan tidak bagi Delwish. Jika Alice sudah menyukai make up dan sebagainya, lain halnya dengan Delwish yang memilih bermain dengan kecebong di sebuah kolam keruh. "Sudah, cepat habiskan sarapan kalian. Sehabis ini, kita harus menjenguk paman Jeje dan Bangcox di Infirmary," ujar Lunav sembari menaruh dua piring omelet lengkap dengan sausnya di hadapan Alice dan Delwish. "Apa mereka sakit begitu parah, sampai dirawat di sana?" tanya Delwish. "Aku mendengar Bangcox mengalami luka robek di belakang telinganya dan Jjmxn pun mengalami pendarahan pada area sekitar bibirnya," jelas Oner. Delwish menganggukan kepalanya dan memasukan sesendok omelet ke dalam mulutnya. "Apa Ibuku baik-baik saja?" tanya Delwish dengan mulut yang masih dipenuhi dengan omelet. Alice merasa risih dengan perilaku Delwish, ia kemudian mengambil omelet sesendok penuh miliknya lalu memasukannya secara paksa pada mulut Delwish, "Habiskan, baru kau bicara, Del!" titahnya. Delwish hanya mengunyah omelet yang terasa memenuhi mulutnya dengan perlahan. Manik matanya menatap Alice tajam. Alice yang merasa diperhatikan oleh Delwish seperti itu hanya memalingkan wajahnya dan kembali memakan omeletnya dengan anggun, menggunakan sendok dan garpu. Infirmary 11.30 AM Oner dan yang lainnya sudah tiba di Infirmary. Mereka langsung naik lift menuju lantai 11, tempat Bangcox dan Jjmxn dirawat. Setibanya di lantai 11, mereka sudah melihat Sagey, Yechi dan Grey yang terduduk merenung di depan kamar rawat Jjmxn dan Bangcox. "Ada apa?" tanya Oner. Sagey menyadari kedatangan Oner. Pandangannya langsung mengedar ke sekelilingnya untuk mencari Delwish. "Ibu!" teriak Delwish dari ujung lorong. Delwish berlari kecil menuju Sagey dan memeluknya erat seperti sudah bertahun-tahun tidak bertemu. "Kau tidak apa-apa kan? Kau tidak nakal di rumah Oner kan?" tanya Sagey. Delwish menggelengkan kepalanya, "Aku baik-baik saja." "Anak pintar." Sagey mengusap kepala Delwish lembut. "Bagaimana keadaan mereka? Apa mereka mengalami cedera serius? Apa mereka menderita sesuatu yang menyakitkan?" Oner memberikan pertanyaan bertubi-tubi, membuat Grey kebingungan akan menjawab pertanyaan yang mana. "Mereka akan segera pulih. Kau tenang saja." Grey menenangkan Oner. Walaupun mereka ber empat hanyalah rekan kerja karena sama-sama seorang pemimpin Path, tapi mereka tetap akrab layaknya seorang teman dan tetap saja merasa khawatir jika teman mereka ada yang sakit bahkan mati. "Kau sudah menghubungi istri Jeje?" tanya Sagey. "Sudah, aku rasa, sebentar lagi dia akan tiba," jawab Yechi. Terlihat seorang perempuan dengan atasan blouse putih dengan celana hitam berlarian kecil ke arah mereka. Rambutnya yang berwarna terang membuat siapa saja yang melihatnya akan langsung mengenalinya. Wajahnya tampak gelisah, nafasnya terdengar gusar dan tangan kananya memegang celananya seperti menahan tangis. "Bagaimana keadaan suamiku? Apa dia baik-baik saja? Apa lukanya sangat parah? Bagaimana dengan pencuri itu? Apa mereka berhasil ditangkap? Apa mereka dibunuh? Tolong katakan padaku berita yang baik!" perempuan itu mencecar Grey dengan banyak pertanyaan. Kepala Grey terasa pening mendengarnya. Baru saja ia melerai pertanyaan Oner, sekarang sudah ada pertanyaan baru yang tak kalah panjang dari istri Jjmxn. "Tenangkan dirimu, Din. Suamimu pasti baik-baik saja." Sagey mengusap bahu Odin perlahan, berharap Odin bisa merasa lebih tenang. Pintu kamar Jjmxn dan Bangcox terbuka, di sana terlihat seorang perawat yang baru saja keluar dengan berbagai alat, lengkap dengan darah yang masih menempel pada alat-alat operasi itu. Odin langsung melepaskan tangan Sagey dan bergegas masuk ke dalam untuk melihat kondisi suaminya. Tangisan Odin pecah, saat melihat Jjmxn yang memejamkan matanya dengan tenang dan perban kecil yang menutupi sudut bibirnya. Sagey berjalan mendekati Odin, "Dia baik-baik saja, Din." "Tidak, dia tidak baik-baik saja. Kau lihat? Matanya terpejam dan dia pasti sedang tidak sadarkan diri. Aku takut sesuatu yang lebih buruk dari ini menimpanya, Gey," ujar Odin. Odin terlihat sangat khawatir melihat suaminya dalam keadaan seperti ini. Tangannya mengusap pelan wajah Jjmxn yang tidak terbalut perban. "Berapa lama dia akan sembuh?" tanya Odin pada Grey. Grey mengeluarkan inrichter miliknya dan menempelkan sensor berukuran kecil pada alat itu ke kening Jjmxn. Alat itu langsung menampilkan informasi mengenai waktu sembuh untuk Jjmxn. "Hanya satu pekan. Tidak lama, kan?" ujar Grey. Tangisan Odin semakin kencang, "Seharusnya tadi malam aku melarangnya untuk datang, tapi dia bersikeras ingin menjadi pembaca mengenai Piper." Odin memukul dadanya berulang kali menyesali perbuatannya. Sebuah tangan menghentikan aktifitas Odin yang berusaha menyakiti dirinya dengan memukul kencang bagian dadanya. Odin mengusap air matanya yang mengalir dengan tangannya. "Tangisanmu membuatku terusik dari tidur lelapku, sayang," ujar Jjmxn. Raut wajah Odin berubah, ia melihat Jjmxn sudah membuka matanya dan berbicara padanya. "Kau sudah bangun?" Odin memastikan bahwa Jjmxn benar-benar sudah bangun. Jjmxn menganggukan kepalanya, "Sedari tadi aku hanya tertidur. Kau tidak perlu khawatir. Besok kita pulang," ujarnya. "Tapi tetap saja, kau ini sakit. Kau harus berada di sini selama satu pekan. Aku akan menunggumu." Odin bersikeras bahwa Jjmxn harus tetap berada di Infirmary sampai Jjmxn sembuh total. "Jangan terlalu banyak khawatir dan memikirkan suamimu yang tampan ini. Nanti kandunganmu bisa terganggu." Jjmxn mengusap perut Odin yang masih tampak rata. Seluruh orang yang ada di ruangan itu terkejut bukan main. Jjmxn dan Odin adalah pasangan muggle yang baru menikah tiga bulan yang lalu. Sangat sulit di Valhalla untuk mendapatkan keturunan. Rata-rata pasangan akan mendapat keturunan setelah menikah selama enam bulan. Jadi, itu termasuk waktu yang sangat cepat. "Kau hamil?" tanya Sagey. "Ya, dua minggu," jawab Odin tersenyum. Yechi yang sedari tadi mendengar perbincangan antara Odin dan Jjmxn hanya bisa terdiam. Ia terduduk di sebuah kursi tepat di samping tempat tidur Bangcox. Tangannya terus mengusap punggung tangan Bangcox tanpa henti. Hatinya terasa sakit saat mendengar berita kehamilan Odin. Tanpa ia sadari, Yechi mengusap perutnya yang rata. Sebutir kristal bening mengalir di pipi putihnya. Ia menangis. "Tante," panggil Delwish. Yechi dengan cepat menghapus air matanya dan menoleh ke arah Delwish. "Ini." Delwish memberikan sapu tangan berwarna biru muda pada Yechi. "Terima kasih." Yechi mengusap pipinya yang basah dengan sapu tangan yang diberikan oleh Delwish. Ia berusaha sebisa mungkin agar tangisannya tidak pecah dan mengusik orang-orang yang ada di ruangan itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN