The Vault
05.00 PM
Hari sudah menjelang sore. Matahari terlihat sudah menurunkan dirinya. Langit berwarna oranye menghiasi kota Skyrothgar. Jalanan tidak pernah sepi, mobil-mobil selalu memenuhi ruas jalan. Walaupun penuh oleh mobil, tapi jalan ini tidak pernah menimbulkan kemacetan.
Mobil yang biasa digunakan oleh warga Skyrothgar, bukanlah mobil biasa dengan roda empat pada umumnya. Mobil ini berjalan tanpa roda, dan hanya memanfaatkan gaya gravitasi agar mobil dapat berjalan di atas jalan. Bahan bakar mobil hanya memanfaatkan sinar matahari pada siang hari dan angin malam pada malam hari.
Hembusan angin di kota ini cukup kencang pada malam hari, sehingga anginnya dimanfaatkan sebagai bahan bakar mobil. Tak jarang, jika angin tidak berhembus saat malam, warga kota Skyrothgar bisa menggantikannya dengan air.
Sagey dan Delwish kini dalam perjalanan menuju The Vault, sebuah tempat bagi keberangkatan dan kepulangan dari luar kota. The Vault berisikan kendaraan khusus yang diperuntukan bagi warga kota Skyrothgar yang ingin berpergian ke luar kota.
Di sana, terdapat sekitar tiga belas jenis pesawat dengan kelengkapan yang sangat canggih, mulai dari fasilitas layanan yang memadai, keamanan penumpang hingga fasilitas alat tempur jika dibutuhkan. Pesawat itu disebut juga dengan vlieg. Jika dalam situasi mendesak, vlieg bisa terbang dengan mode penyamaran, yang penerbangannya tidak akan terdeteksi oleh detektor manapun.
Paler pulang lebih awal dari yang sudah dijadwalkan. Saat mendengar kabar ini, tentu saja Sagey merasa sangat bahagia. Selama perjalanan, wajahnya tidak berhenti menyurutkan senyum indah yang menghiasi wajahnya. Ia bahkan mengenderai mobilnya dengan menambah sedikit kecepatan seakan sangat antusias dengan pertemuannya dengan Paler.
"Bu, apakah Ayah sudah tiba di The Vault?" tanya Delwish.
"Belum, vlieg yang ia tumpangi akan tiba sekitar lima menit lagi. Lebih baik kita cepat menyambutnya agar Ayahmu tidak perlu menunggu lebih lama," jawab Sagey.
Pandangannya sama sekali tidak menoleh pada Delwish. Sagey tetap fokus pada jalanan yang saat ini semakin ramai.
Vlieg memiliki kecepatan 605 kilometer per jam. Jarak antara kota Skyrothgar dengan Brood hanya sekitar 112 kilometer, itu artinya, Paler hanya membutuhkan waktu selama dua belas menit untuk tiba di Skyrothgar. Vlieg juga dapat menampung hingga dua ratus orang dalam sekali perjalanan.
Sagey baru saja memasuki kawasan The Vault. Terlihat enam orang penjaga berdiri di depan gerbang untuk memeriksa mobil dari luar hingga ke dalamnya. Penjagaan di The Vault cukup ketat, mereka mengantisipasi adanya tindakan kecurangan, seperti membawa barang ilegal, serum-serum penting dan penyalahgunaan s*****a tajam yang dapat mengancam jiwa penumpang.
Di The Vault, vielg yang tersedia hanya tujuh buah. Angka yang cukup sedikit jika dibandingkan jumlah jiwa penghuni kota Skyrothgar.
Sagey berhenti tepat di depan gerbang The Vault. Ia menekan tombol untuk membuka kaca dan menyapa para penjaga yang berjaga di sana.
"Selamat sore," sapa penjaga itu.
"Sore," balas Sagey.
Penjaga itu mulai melakukan scanning pada seluruh sisi mobil Sagey. Terdengar bunyi bip dari alat pemindai itu, menandakan bahwa mobil Sagey tidak ada s*****a tajam atau barang ilegal lainnya, dan mobilnya dipersilahkan masuk.
"Bisa berikan sidik jari anda?" pinta penjaga itu.
Sagey menempelkan jari telunjuknya pada rivane dan alat itu mulai melakukan pemindaian data.
"Selamat datang Sagey, ini tiket anda. Simpan tiket ini baik-baik dan berikan pada petugas di pintu keluar saat anda meninggalkan The Vault. Ini adalah bukti tiket yang sah bahwa anda diizinkan masuk oleh kami," ujar alat itu.
Sagey mengambil tiket itu dan mengucapkan terima kasih pada penjaga yang berjaga di sana. Gerbang berwarna setinggi tiga meter terbuka secara otomatis saat Sagey menerima tiket itu. Terlihat mesin-mesin dan manusia yang sedang sibuk dengan kegiatannya masing-masing.
Sagey melajukan mobilnya menuju area pemberhentian mobil. Ia mengambil tasnya dan melepas seatbelt yang ia pakai.
"Ayo turun," ajaknya pada Delwish.
Delwish dan Sagey turun dari mobil. Mobil itu ia tinggalkan begitu saja. Selanjutnya, parc bertugas mengangkat mobilnya dan memarkirkannya pada sebuah gedung parkir otomatis yang seluruhnya dikendalikan oleh parc.
The Vault terlihat sangat ramai, orang-orang sibuk dengan barang bawaan masing-masing dan tak jarang yang terlihat buru-buru karena takut tertinggal oleh vielg yang akan mereka tumpangi. Keberangkatan vlieg sudah dijadwalkan setiap tiga jam sekali, itu artinya, jika mereka tertinggal keberangkatan vielg, maka mereka harus menunggu selama tiga jam untuk menaiki vielg berikutnya.
Delwish berjalan di belakang Sagey. Matanya sibuk memandangi arsitektur bangunan The Vault yang dimatanya terlihat tidak biasa. Bangunan itu dilapisi cat berwarna putih tulang dengan tinggi sepuluh meter. Di bagian langit-langit gedung terdapat ornamen cantik dengan berbagai bentuk, menambah kesan seni tersendiri bagi para pecinta seni.
"Kau senang?" tanya Sagey, membuyarkan lamunan Delwish.
"Ya, aku menyukainya disini. Hari ini aku akan bertemu Ayah dan aku pergi menjemputnya ke The Vault. Ini adalah tempat dengan seni tinggi yang pernah aku datangi, Bu," jawab Delwish.
Mereka berhenti di salah satu tempat makan yang menyajikan kue kering untuk mengganjal perut. Sagey mencari tempat duduk yang berada di pojokkan dan menarik kursi untuk mempersilahkan Delwish duduk di sana.
"Tunggu di sini. Ibu akan masuk ke dalam untuk menjemput Ayah." ujar Sagey.
"Apa aku tidak boleh masuk ke dalam dan ikut menjemputnya dari dalam?" tanya Delwish.
Sagey mengambil nafas dalam, "Sayang, untuk masuk ke dalam sana harus membutuhkan sidik jarimu. Jika kamu di bawah usia yang seharusnya, Ibu takut kamu akan ditahan dan langsung dimasukkan ke Midgard karena dianggap telah dewasa, dan berpergian ke tempat seperti ini. Tunggu di sini dan jangan pergi kemana pun, oke?"
Delwish menganggukan kepalanya mengerti.
Valhalla adalah dunia dengan peraturan yang sangat kuat di dalamnya. Peraturan untuk masuk ke Midgard dibagi menjadi beberapa poin, diantaranya mereka yang sudah memasuki usia tujuh belas tahun, mereka yang diminta orang tuanya untuk masuk ke Midgard sebelum usianya dan mereka yang sudah berpergian ke tempat umum besar sebelum memasuki path.
Jika Delwish diketahui belum memilih path, otomatis ia harus masuk ke dalam Midgard keesokan harinya. The Vault adalah tempat umum terbesar, jadi sangat jarang anak seusianya terlihat berkeliaran di sini.
Setiap pintu di The Vault, dipasangi oleh rivane. Ia bertugas membaca informasi setiap pengunjung, dan bagi mereka yang ketahuan penyelundup dan atau pengedar barang ilegal, petugas yang berjaga akan segera menangkapnya dan menyerahkannya pada Horus untuk di adili.
Delwish mengetukkan jarinya pada meja kayu. Tangan kirinya digunakkan untuk menopang dagu. Matanya melihat ke jendela yang memperlihatkan suasana The Vault pada sore hari.
Rintik air mulai membasahi kaca yang sedari tadi ia lihat. Hujan akan turun malam ini, dan akan semakin deras seiring bertambahnya waktu, dan mungkin akan terhenti dua atau tiga jam kemudian.
"Delwish!" panggil seorang pria yang nada bicaranya tidak asing di telinga Delwish.
Delwish menolehkan pandangannya. Di pintu masuk tempat makan itu, terlihat kedua orang tuanya yang sudah berdiri di ambang pintu. Teriakan Paler yang menggelegar membuat seluruh orang di tempat makan itu menatap aneh padanya.
Paler berjalan menuju Delwish dan langsung memeluk Delwish erat.
"Apa kau merindukan Ayah?" tanya Paler.
Delwish melepaskan pelukannya dan melihat Paler, "Sangat," jawabnya.
"Kalian baru terpisah selama beberapa hari, namun menumpahkan rasa rindu seperti yang tidak bertemu selama jutaan tahun," cibir Sagey.
Paler mengulurkan tangannya ke hadapan Delwish, dan disambut uluran tangan Delwish yang terlihat lebih mungil.
"Kita harus segera pulang," ajak Paler.
Paler menarik tangan Delwish dan berjalan di depannya, mendahului Delwish. Sagey berjalan di depannya dengan membawa koper kecil bertuliskan nama Paler, yang menandakan bahwa koper itu adalah milik Paler.
"Kenapa kita terburu-buru? Ayah baru saja tiba. Sebaiknya kita makan terlebih dahulu." Delwish menghentikan langkah kakinya, membuat Paler yang menarik tangannya ikut menghentikan langkah kakinya.
"Ayah akan memberi tahunya di dalam mobil nanti. Tapi saat ini kita harus buru-buru sayang," ujar Paler.
Delwish memanyunkan bibirnya. Ia mendengus kesal mendengar jawaban dari Paler. Pasti ini karena pekerjaan kedua orang tuanya. Bahkan pekerjaan itu membuat Paler dan Sagey sangat sulit mendapatkan libur dan menikmati hari keluarga bersama Delwish.
Paler menyadari jika Delwish mulai malas berjalan karena ucapannya tadi. Paler memberikan tas selempang kecil berwarna hitam yang ia sampirkan di bahunya pada Sagey.
"Tolong bawakan ini." Paler memberikan tas itu pada Sagey.
Ia menggulung lengan kemejanya lalu berjongkok di hadapan Delwish, memberi kode bahwa Delwish harus menaiki punggungnya.
"Aku tidak mau!" Delwish menolak tawaran Paler.
Paler langsung menarik kaki Delwish agar merapat pada bagian badannya dan meraih tangan Delwish lalu dililitkan pada lehernya dan mengangkat badan Delwish.
"Jangan terlalu sering marah seperti ini, nanti kau cepat terlihat tua, Del," cibir Paler.
"Turunkan aku, Ayah," pinta Delwish.
Paler sama sekali tidak mempedulikan rengekan Delwish yang meminta menurunkan badannya. Ia berjalan semakin cepat dan berlari kecil agar cepat sampai ke tempat pemberhentian mobil dan mengambil kembali mobilnya.
Langit sudah berubah menjadi gelap, tidak ada bulan yang menghiasi langit. Di atas sana masih telihat sangat gelap akibat sisa awan hitam yang membawa air tadi.
Delwish menatap ke kaca mobilnya. Ia melihat rumah yang sering ia jadikan tempat untuk menginap disaat orang tuanya sibuk, dan malam ini sepertinya kedua orang tuanya kembali menitipkan Delwish di sana.
Rumah Oner dilapisi oleh cat berwarna krem, rumahnya cukup besar dengan tujuh lantai yang membuat rumah itu terlihat seperti pekantoran bergaya kuno. Di luar rumah itu, terlihat Paler dan Oner sedang berbincang dan menyapa satu sam lain. Delwish sama sekali tidak bisa mendengar percakapan mereka, karena mobil itu kedap akan suara.
Pintu mobil terbuka, Paler meminta Delwish untuk turun dari mobil.
"Sayang, hari ini kau menginap dengan Alice, ya?" ujar Sagey.
"Lagi?" raut wajah Delwish semakin menekuk karena merasa sedih.
Hari ini, Paler baru saja pulang, tapi Paler dan Sagey harus bekerja kembali. Bahkan, pertemuan antara Delwish dan Paler hanya bisa dihitung dalam menit.
Delwish iri melihat Alice yang selalu bersama dengan kedua orang tuanya. Meskipun Oner pemimpin Golden Entertainment, namun pekerjaanya terlihat tidak mengusik waktu keluarga mereka. Delwish merasa orang tuanya adalah Oner dan Lunav, bukan Paler dan Sagey.
Paler mengecup puncak kepala Delwish, lalui ia meninggalkan Delwish yang masih berdiri di depan rumah Oner. Paler masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi pengemudi, sedangkan Sagey di kursi sebelahnya.
"Kita harus mengadakan rapat dadakan mengenai ini. Tolong hubungi Bangcox bahwa kita akan menuju rumahnya," ujar Paler.
Sagey mengeluarkan inrichter miliknya dan menghubungi Bangcox.
Paler baru saja kembali dari Brood dengan segudang informasi yang ia dapatkan di sana. Ini adalah masalah besar yang harus segera diselesaikan, bahkan jika perlu malam ini juga, Paler meminta diadakan rapat dadakan bagi path MIF.
"Sudah kau hubungi?" tanya Paler, tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan.
"Sudah," jawab Sagey.
"Tante," panggil Delwish.
Yechi dengan cepat menghapus air matanya dan menoleh ke arah Delwish.
"Ini." Delwish memberikan sapu tangan berwarna biru muda pada Yechi.
"Terima kasih."
Yechi mengusap pipinya yang basah dengan sapu tangan yang diberikan oleh Delwish. Ia berusaha sebisa mungkin agar tangisannya tidak pecah dan mengusik orang-orang yang ada di ruangan itu.