Haaiii Jangan lupa like♡
Happyy Reading!!
" Duhh maaf ya nak Alif, bapak jadi ga enak. Khanza mungkin lagi sibuk karena baru ngajar lagi " Ucap pak Harto Ayah Khanza.
"Iya pak, ga papa kok. kalau gitu saya pulang duluan ya pak bu, salam sama Khanza" ucap Alif.
" Iya, maafin khanza ya nak Alif" ucap pak Harto lagi, seolah dia takut Alif batal menikahi anaknya.
back to Winda
Sore ini Winda dan Khanza berencana pergi jogging bersama disebuah taman yang ada disekitar rumah Winda. katanya sih biar lupa masalah rumah.
"Hey Winn, kamu lamaaa banget sih ganti bajunyaaaaa, lumutan beneran nih akuuu." Ucap Khanza sedikit berteriak. Kini ia sedang duduk di teras rumah Winda, sedangkan Winda sedang mengganti pakaiannya didalam.
"Iyaa, sabar dikit ngapa." Balas Winda setengah berteriak juga.
"Duhh, aku duluan aja deh yaa kamunya lamaaaa"
"Ya udah sana, jangan ngilang ntarr"
"Ga bakalan ilang juga, kamu kira aku anak kecil?!" kesal Khanza.
"Haha, ya udah sana duluan"
"Ya udah, Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
___
Ditaman
" Huaaa, udah lama ya aku ga jogging" ucap Khanza sambil meregangkan otot-otot tangannya.
" Hmm, Winda kok belum datang ya lama amaatt"
Sambil menunggu Winda yang tak kunjung datang, Khanza berlari mengitari taman itu, tak sengaja matanya menangkap sosok gadis kecil yang sedang duduk termenung disalah satu kursi yang ada di taman.
Ia penasaran, kenapa gadis kecil itu duduk sendirian tanpa ada yang menemani. Dimana orang tua gadis itu?
Khanza melangkahkan kakinya mendekati gadis itu.
"Haii, nama kamu siapa?" ucapnya sembari duduk di samping gadis itu.
"..." gadis itu hanya menoleh. sepertinya dia tak berniat membalas ucapan dari Khanza.
"Emm, kamu kesini sendirian? Papa mama kamu kemana?" Tak menyerah, Khanza kembali memberikan pertanyaan pada gadis itu.
"..." Sekarang ada kemajuan,jangan kan membalas pertanyaan dari khanza, menoleh saja tidak!
"Haii, kakak nanya loh nama kamu siapa? kamu kesini sendirian?" Tanya Khanza kembali pada gadis itu.
"..." Gadis itu tetap tak menjawab.
"Oke deh, kalau kamu ga mau ngomong sama aku, aku pergi aja. Tapi aku ada permen nih buat kamu." Khanza meraih tangan gadis itu lalu memberikan permen yang tadi ingin dia beri. Tadi Khanza sempat mampir ke salah satu warung yang ada ditaman.
Setelah itu Khanza beranjak pergi, baru akan melangkah gadis itu menarik tangan Khanza yang membuat dia menatap bingung ke arah gadis itu.
"Heii kamu kenapa?" Khawatir Khanza karena gadis itu tampak menangis, ia kembali duduk lalu memeluk gadis itu sambil mengusap punggungnya.
"hikss..hiksss Mama dari mana aja, Kiara udah lama nunggu mama, kok mama hikss ga jemput Khanza sih" Isaknya.
"Shuuutttt..." Khanza melepas pelukannya agar dapat melihat wajah gadis itu " Kiara ga boleh nangis sayangg, anak manis ga boleh cengeng. Kakak antar pulang yuk"
"Kiara ga mau pulangg hikss papa jahatt" isaknya lagi
Tak lama, tampak Laki-laki berjalan dengan setengah berlari ke arah mereka.
"Kiara, Astagfirullah papa cariin kamu loh ternyata kamu disini." ucapnya seraya memeluk Kiara "Kiara jangan nangis lagi ya sayang, maafin papa" masih memeluk Kiara.
"Maaf, Kiara kan udah ketemu papanya, jadi saya pamit duluan ya"
"Tungguu, Terimakasih sudah menemaninya"
"Tak apa" Ucap khanza setelah itu berlalu pergi.
_____
"Khanza,, Heyyy" Teriak Winda
"Windaaaaaa kamu dari mana aja sihh!!! lama banget"
"Hehe maapp, tadi ada kang paket. Masyaallahh gantengnya diaa.."
"Truss hubungannya dengan datang telat??"
"Truss ya aku godain, masa cowo ganteng dianggurin hehee." melihat wajah Khanza yang mulai memerah, Winda buru-buru memasang wajah imutnya sambil mengangkat tangan yang jarinya sudah ditutup tiga. "Peace" ucapnya.
"Huh, untung sayang! kalau ngga udah aku banting" Khanza memutar bola matanya malas.
"Hehe, udah-udah jangan marah. Kuyyyy jogginggg" Ajak khanza sambil menarik tangan Khanza
______
Dirumah Khanza_
"Assalamualaikum, buu, pakk" ucap Khanza ketika masuk kedalam rumah. "ibu sama bapak kemana ya, kok ga nyaut. Pergi kali ya? kok ga bilang "
Tadi setelah jogging ia langsung pulang tanpa mandi, karena si Winda buru-buru ngejar kang paket yang katanya ganteng itu. Jadi Khanza ga sempat mandi di rumah Winda.
"Duhh geraah bangett, malah lapar lagi. Makan dulu apa mandi ya, makan mandi makan mandi makan mandi Ah mandi dulu aja deh"
Setelah selesai mandi, khanza kedapur untuk mencari makanan namun yang ia temukan hanyalah tempe dengan sayur daun ubi yang ditokok. Hmm,, nasinya juga tidak ada.
"Yah, ibu ga masak atau ga ada yang mau dimasak yaa, Ehh biasanya didepan ada nasi goreng tuh mending beli aja dari pada ga makan. Kan bahaya bisa meninggooyyy"
Malam hari, udara dingin tidak menyulutkan langkah kaki Khanza untuk menyusuri jalan raya. Ternyata nasi goreng yang biasanya nongkrong didepan gang rumahnya tidak berjualan, alhasil dia berjalan mencari penjual nasi goreng. Tak butuh waktu terlalu lama, karena tempat tinggal Khanza sudah masuk daerah perkotaan tukang nasi goreng berserak dimana-mana.
"Pak, bungkus satu ya." Lelaki penjual nasi goreng itu pun mengangguk.
Khanza memilih duduk di salah satu kursi plastik yang ada di luar tenda. Dilihatnya jam tangan yang bertengger manis di tangannya. Pukul delapan malam, belum terlalu malam untuk mengisi perut. Tidak seperti kemarin, pukul sebelas baru menyusuri jalan untuk mencari makan. Seorang gadis, seorang diri pula. Banyak mata jahat yang bisa saja sewaktu-waktu memanfaatkan kesempatan. Khanza begidik ngeri sendiri membayangkan keberaniannya.
Jadi tadi malam Khanza kelaparan dirumah, Ibu dan bapaknya juga menghilang seperti saat ini tak ada bahan makanan yang bisa dimasak alhasil Khanza mencari penjual nasi goreng.
"Ibu kemana ya, kemarin kaya gini juga ugh ngeselin deh"
Kesalnya " Eh pak, saya makan disini aja deh" bapak penjual nasi goreng itu terlihat agak kesal, namun ia tetap memindahkan nasi goreng Khanza yang sudah sempat ia bungkus. Khanza meringis melihat itu.
_____
Keesokan harinya. Dikampus
"Mama!" Seketika semua gadis yang tengah bersenda gurau di salah satu meja bundar kantin kampus, menghentikan gelak tawanya. Entah, datang dari mana gadis kecil bergaun pink ini?
"Astaga! Anak siapa ini? ehh bukannya ini anaknya pak Ilham ya Za? " Tanya Winda pada Khanza.
"Mama ayo pulang .." rengek gadis kecil itu. Semua orang menatap Khanza Meminta penjelasan atas apa yang dikatakan gadis kecil itu.
Khanza menghela napas, ia tidak terima dipanggil dengan sebutan demikian. Ia sendiri saja masih seorang diri. Seorang diri!
"Hai adik kecil! Maaf ya, aku bukan Mama kamu. Kamu salah orang," kata Khanza sembari memegang kedua bahu gadis kecil itu.
Mata bulat yang tadinya berbinar menatap Khanza, kini berganti dengan tatapan sedih dan sendu. Semua orang bingung pasalnya anak dari dosen yang terkenal dingin dikampus itu memanggil Khanza dengan sebutan 'mama'
"Za jangan gitulah! Kasihan dia," celetuk Arina yang juga anggota dari meja bundar kantin itu.
"Dia bukan anakku!" seru Khanza yang langsung membuat meja itu hening seketika. Dan, tiba-tiba tangisan dan isakan pilu menyayat hati terdengar. Pemilik tangisan kecil itu tidak lain dan bukan adalah gadis yang berdiri di samping Khanza.
Khanza mengacak kasar rambutnya. Kuncir kudanya tidak serapih saat berangkat ke kampus tadi. Drama apalagi ini!?
"Sssttt...jangan nangis.." Khanza mengusap air mata yang menggenang di pipi gembul gadis kecil itu.
"Ya sudah, ayo kita cari Papa." Baik Winda maupun Arina menatap heran Khanza Gadis itu malah bangkit dari duduknya, kemudian mengerlingkan sebelah matanya.
"Heh Za! Anak orang, jangan dimutilasi!" teriak Winda yang sukses membuat Khanza yang tengah menggandeng tangan gadis kecil itu menoleh sebentar. Lalu, berjalan kembali. Menjauh dari area kantin.
Melewati lorong-lorong kampus, tidak ada hal yang mencurigakan. Semua tatapan menatap Khanza dengan bertanya. 'bukannya itu anak dosen baru itu ya? pak Ilham'.
To be continued!
Makasih udah mampirr
I love you guys