bc

The Next Dark Life

book_age16+
164
IKUTI
1K
BACA
dark
drama
tragedy
comedy
no-couple
like
intro-logo
Uraian

Petualangan anak-anak dalam menghadapi zombie belum usai, mereka sekarang terperangkap di tengah hutan, dan ditambah ada monster yang menambah mimpi buruk mereka. Tapi tentu saja mereka tidak akan menyerah, dan berusaha keluar dari hutan tersebut, mencari melepaskan diri dari prosefor serta orang-orang berpengaruh yang memainkan mereka.

cover by: pahingthu

font by: https://www.1001fonts.com/free-for-commercial-use-fonts.html

chap-preview
Pratinjau gratis
01
6 Month later Tristan keluar dari ruang perawatan, dengan kondisi kaki yang bisa melangkah dengan normal. Ia tersenyum pada Rosa juga teman-temannya yang lain, yang sedari tadi menunggunya di depan ruangan. "Woahhh... akhirnya kita bisa pulang!" sorak Joseph senang. "Baiklah anak-anak, karna kondisi kalian sudah pulih, secara fisik bahkan mental, kami akan mengantarkan kalian bertemu dengan keluarga kalian lagi." Kata Dokter yang sebelumnya menangani Tristan. Sorakan seketika memenuhi lorong tempat di mana Tristan dan teman-temannya berada, merasa senang mendengar kabar itu. Akhirnya mereka pulang, dan akan bertemu dengan keluarga yang sangat mereka rindukan. Namun tiba-tiba alarm tanda bahaya berbunyi dengan nyaring, membuat semua orang seketika tercengang dan panik. "Apa yang terjadi?!" seru Dokter dengan panik. "Aku rasa yang Jenderal katakan benar. Mereka belum mati!" sahut perawat yang berdiri di samping Dokter. Bunyi tembakan tak lama terdengar disertai suara teriakan, dan orang-orang berpakaian hitam muncul sembari menodongkan pistol ke arah Tristan beserta yang lain. Membuat mereka otomatis mengangkat tangan mereka. Orang-orang itu berjalan mendekat, sebelum akhirnya meraih anak-anak dengan kasar dan memborgol tangan-tangan mereka, tanpa membiarkan mereka berontak atau melawan. Namun mereka tidak memborgol Dokter, dan malah menendang Dokter itu untuk menjauh dari anak-anak, karna ia mencoba menghentikan aksi orang-orang berpakaian serba hitam itu yang hendak menyandera anak-anak. "Jangan lagi! Cukup sudah! Akhiri semuanya!" teriak Dokter tersebut. "Semuanya tidak akan berakhir, sampai rencana sudah berjalan, dan kau! Bersama yang lain tidak akan bisa menghentikan aksi kami! Kami tidak akan pernah berakhir, ingat itu!" -- -- --                                                                                           "Kita mau dibawa kemana hah?!" teriak Johnny saat tubuhnya di lempar masuk ke dalam sebuah truk besar. "Diam, dan nikmati perjalanan." Ucap seorang pria berpakaian hitam sembari hendak menutup pintu truk. Johnny akan menendang pria tersebut, namun wajahnya sudah lebih dulu mendapat pukulan yang keras, hingga kepala Johnny membentur dinding truk. Pintu truk pun akhirnya di tutup. Johnny menatap satu persatu teman-temannya dengan khawatir. "Kita mau dibawa kemana?" gumam River sembari menggigiti bibir bawahnya. "Tidak ada yang tahu," timpal Andrew. "Apa kita di culik lagi? Tapi dengan siapa? Bukankah para Profesor sudah menjadi zombie dan mati?" ujar Ester. Tidak ada yang menyahuti ucapan Ester, karna mereka sendiri tidak tahu dan merasa bingung. Asap tiba-tiba memenuhi bagian belakang truk, membuat kepala mereka terasa pusing, sebelum akhirnya mereka tidak sadarkan diri. -- -- -- "Hei! Hei! Pendatang baru!" seorang bocah yang baru berteriak begitu, tiba-tiba mendapat tendangan diperutnya, oleh penjaga yang membawa 'anak-anak baru'. Seorang anak laki-laki lain datang, dan membantu bocah yang baru di Tendang perutnya hingga terjatuh, untuk berdiri. "Kau tidak apa-apa Chase?" tanya anak laki-laki itu, yang dibalas gelengan oleh bocah yang dipanggil Chase itu. "Mana Daniel dan Davis? Bukan Davis kecil, Davis leader, panggilkan Evelyn dan Gemma juga. Suruh mereka, bawa teman-teman baru kalian ini, ke ruang tamu, kalau sudah sadar, seperti biasa, jelaskan peraturan asrama pada mereka, dan antarkan mereka ke kamar masing-masing." Titah salah satu penjaga. "Tidak pengenalan nama?" tanya anak laki-laki yang membantu Chase berdiri tadi. "Tidak ada, mereka sudah kenal nama mereka sendiri, tidak seperti kalian. Karna mereka tidak pernah mati, tidak seperti kalian anak-anak bodoh dan lemah." Balas penjaga. Mereka kemudian berlalu pergi, keluar dari rumah besar yang tampak megah itu. "Evan, apa maksud mereka menyebut kita pernah mati? Bukankah sampai saat ini juga kita masih hidup?" tanya Chase. Anak laki-laki di sampingnya yang ia panggil Evan menggelengkan kepalanya. "Aku panggilkan Daniel dan leader Davis dulu." Ucap Evan kemudian berlalu pergi. Chase berjalan mendekati salah satu pemuda yang dibawa penjaga dan kondisi matanya masih terpejam rapat. "Dia tampan sekali," gumam Chase. "Siapa ya namanya?" "Ini anak-anak baru itu?" suara di belakang tubuh Chase berhasil mengejutkan bocah laki-laki itu. "Mark, kau membuatku terkejut." Ucap Chase. "Siapa mereka? Apa penjaga tidak memberitahu siapa nama-nama mereka?" tanya Mark. Anak laki-laki yang sudah mengejutkan Chase. Chase menggelengkan kepalanya. "Para penjaga mereka sudah tahu nama mereka sendiri, karna mereka tidak pernah mati seperti kita." Kata Chase. Daniel dan Davis tak lama muncul, bersama anak laki-laki dan pemuda yang lain, juga dua orang gadis. "Langsung bawa saja ke ruang tamu." Titah Davis. "Siapa ini? Dia tampan sekali meskipun ada bekas luka bakar di wajahnya. Tapi badannya terlalu kecil dan kurus seperti lidi yang dipotong-potong kecil, hahaha." Ujar Daniel sembari berjalan mendekati seorang pemuda bersurai kecoklatan dengan rahang tajam. "Jangan bicara omong kosong Dan," timpal Davis. "Para penjaga tidak memberitahu nama-nama mereka siapa, kata penjaga, mereka sudah tahu nama-nama mereka sendiri." Kata Evan. Daniel berjalan mendekati orang yang lain. Seorang gadis berambut pendek. "Dia cantik. Hei, dia milikku ya?" Ujar Daniel sembari menunjuk gadis berambut pendek tersebut, yang dibalas tatapan malas oleh Davis. "Ayolah, aku ingin gadis ini." Ucap Daniel. "Bukan waktunya bercanda, ayo kita bawa mereka ke ruang tamu sekarang." Kata Davis. "Hei aku serius, aku ingin gadis ini. Ayo nikahkan aku dengannya, di asrama bodoh ini tidak pernah ada pernikahankan? Aku akan cari rusa paling gemuk untuk merayakan pernikahanku dengannya." Davis mengabaikan Daniel, dan memilih mulai membopong anak-anak yang baru datang tersebut. Sedangkan Daniel langsung menggendong gadis berambut pendek itu. -- -- -- Anak-anak baru dibaringkan di atas karpet tebal, dengan posisi berjajar rapih. "Eh gadis ini jangan dibaringkan di samping si cungkring ini." Kata Daniel yang melihat pemuda dengan bekas luka bakar khasnya, dibaringkan dibarisan terakhir, yang menyisakan satu tempat, dimana gadis yang berada di gendongan Daniel, bisa dibaringkan disana. "Daniel, sudahlah, letakan gadis itu, atau jatah makan malammu aku potong?" ancam Davis. Daniel mendengus, ia akhirnya menurut untuk meletakan gadis di gendongannya, di samping pemuda yang ia panggil cungkring itu. Satu, hingga beberapa detik berlalu, tubuh mereka bergerak-gerak perlahan secara bersamaan. "Wow, wow, mereka akhirnya sadar." Gumam seorang anak laki-laki jangkung dengan mata kecilnya. Mata mereka terbuka perlahan, sebelum akhirnya kening-kening mereka mengkerut. Pemandangan itu terlihat biasa dimata anak-anak yang menonton mereka kini. "Daniel?" Pemuda kurus dengan surai kecoklatannya, tiba-tiba menyebut satu nama, kala matanya sudah terbuka sempurna, dan matanya langsung menangkap seseorang yang sukses membuatnya lebih bingung dan terkejut dari sebelumnya. Daniel tak kalah bingung dan terkejut. "Kau mengenalku?" Daniel tampak bingung sembari menunjuk dirinya sendiri. Pemuda berahang tajam itu seketika beranjak duduk, sebelum akhirnya perlahan bangkit berdiri dan mendekati Daniel dengan mata berbinar. "Kau Daniel kan? Bagaimana mungkin kau masih hidup?" tanya pemuda itu dengan sumringah. "I-iya, aku Daniel, aku Kang Daniel. Bagaimana mungkin kau mengenalku? Dan aku memang belum mati, aku masih bernafas dengan baik." "Apa yang kau katakan? Kau lupa denganku? Dan sebelumnya... Kau itu sudah menjadi zombie." "Kau siapa? Kita saja baru pertama kali bertemu sekarang. Dan aku tidak pernah tergigit zombie, aku saja tidak pernah keluar malam-malam, dan belum pernah ada zombie yang menyusup ke asrama. Jangan sampai." Pemuda itu tampak sangat kebingungan, kepalanya pun terasa pening, seolah baru dihantam beton yang sangat berat. Nama-nama dengan tanda tanya seketika disebutkan oleh anak-anak baru yang sudah tersadar itu. Membuat anak-anak lain merasa bingung, kenapa anak-anak baru itu, mengenal beberapa dari mereka. Mark langsung menghindar, saat anak laki-laki jangKeving dengan bibir tebalnya, tiba-tiba hendak memeluknya. "Aku tidak mengenalmu!" seru Mark. "Mark! Aku Edward!" balas anak laki-laki itu dengan nada tinggi. "Aku tidak mengenalmu." Ucap Mark dan berlindung di belakang punggung seorang gadis yang padahal jauh lebih pendek darinya. Ia pun di dorong oleh seorang anak laki-laki berkulit tan. "Jangan mencari kesempatan pada Gemma." Ucap anak laki-laki itu. Daniel terkejut sekaligus senang karna gadis berambut pendek itu juga tahu namanya, menatapnya dengan sumringah, bahkan hampir memeluknya, kalau saja tidak ditahan oleh si cungkring. "Dia tidak mengenal kita." Ucap pemuda bersurai coklat yang sudah menahan gadis itu untuk memeluknya. "Hei aku mengenalnya kok, dia calon istriku kan?" Timpal Daniel. Pemuda berahang tajam itu menggelengkan kepalanya. "Ada yang tidak beres." Gumam pemuda itu. "Hidup tidak pernah beres sebelum mati. Namanya juga hidup." Balas Daniel. "Tenanglah semuanya. Aku harap kalian Tenang. Duduklah semuanya. Aku tahu kalian sedang bingung sekarang. Itu sebabnya kalian harus Tenang, agar aku bisa menjelaskan." Ujar Davis. -- -- -- Tristan meraih tangan Rosa, agar mereka menuruti perintah seorang pemuda yang sepertinya seorang pemimpin disini. Mereka kembali duduk di karpet, setelah sebelumnya sempat hiruk pikuk. "Kalian, satu-satunya kelompok anak baru yang datang tanpa lupa ingatan. Kata penjaga yang mengantar kalian kesini, itu karna kalian tidak pernah mati sebelumnya, seperti anak-anak yang sudah lebih dulu ada disini." Ujar pemuda itu. "Namaku Davis, tapi ada dua Davis disini. Davis kecil, dan panggil saja aku Leader Davis. Ya, aku pemimpin disini." Davis kemudian berhenti sejenak berbicara. "Sekarang, bisa kalian sebutkan nama kalian masing-masing?" Tristan langsung mengangkat tangannya lebih dulu. "Aku Lee Tristan, aku juga Leader." Ucap Tristan. "Jadi kau leader juga? Bagus, aku akhirnya punya teman untuk mengurusi anak-anak gila ini." Kata Davis. "Selanjutnya?" Rosa mengangkat kepalanya. "Aku Rosa." Ucap Rosa. "Wow, namamu Rosa? Rosa pasti kata lain dari Rose. Kau memang secantik mawar." Sahut Daniel sembari mengedipkan salah satu matanya pada Rosa. Yang membuat Rosa segera membuang mukanya. "Aku Lucas." "Andrew." "Kevin." "Edward." "Johnny." "Ester." "Joseph." "Yuto." "River." Davis bertepuk tangan sejenak setelah semuanya memperkenalkan nama. "Nanti kalian bisa berkenalan dengan anak-anak yang lain, setelah diantarkan ke kamar kalian masing-masing. Setelah, aku memberitahu peraturan disini." Kata Davis. "Kalian saat ini tengah berada di asrama, penjaga sering bilang, ini asrama pertunjukan. Letaknya berada di tengah-tengah hutan, dan tidak ada jalan keluar dari hutan ini. Sebenarnya ada, tapi mungkin hanya bisa ditempuh menggunakan mobil, karna jaraknya jauh. Dan itu bisa memakan waktu dari subuh sampai ke petang. Sedangkan saat petang, kita tidak boleh berada di luar asrama." Ujar Davis. "Kalian jangan tanya, kenapa kita berada disini, aku sendiri pun tidak tahu. Tidak ada yang tahu. Kita hanya tiba-tiba ada disini, tanpa kejelasan untuk apa kita ada disini." "Tapi penjaga sering bilang, kita ada disini untuk keluar dari sini. Apa kalian paham maksudnya? Kita ada disini untuk keluar? Hah, sedangkan di luar sana banyak monster." "Baiklah, cukup berbasa-basinya. Peraturan disini tidak banyak dan sangat gampang, pertama, kita semua harus bersahabat, mengenal satu sama lain lebih banyak, hingga timbul rasa solidaritas dan kasih sayang satu sama lain. Kalian juga harus pintar berburu, karna disiang hari adalah waktu yang pas untuk terjun ke hutan mencari makanan. Jika menjelang petang, kalian sudah harus ada di rumah. Harus menutup rapat jendela-jendela dan tirai kamar kalian, dan tidak boleh, mengintip keluar, apa lagi saat mulai Tengah malam. Jangan sekalipun mengintip keluar." "Kenapa?" tanya Lucas. "Dimalam hari akan banyak monster bermunculan, zombie dan makhluk-makhluk menjijikan yang aneh akan muncul. Kalau kalian mengintip keluar, dan monster-monster itu sadar hingga berhasil membuat kontak mata denganmu. Siap-siap saja nyawamu melayang." "Satu lagi, tidak boleh ada perTengkaran atau keributan hanya karna berebut gadis, dan tidak boleh ada hubungan badan. Gadis-gadis disini bukan untuk penghibur. Kalian mengerti?"

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

My Secret Little Wife

read
103.3K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
209.5K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
192.9K
bc

Siap, Mas Bos!

read
14.9K
bc

Suami untuk Dokter Mama

read
19.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
4.0K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook