Bab 6. Semakin Menjauh

1287 Kata
Sepulang kerja sehabis mandi dan keramas masih dengan rambut dan badan dililit handuk, aku segera melakukan panggilan telpon via aplikasi hijau menghubungi Tio, tak sabar memberitahunya soal pencapaian karirku saat ini. Tut.. Tut.. Tut.. Ku tunggu sekian detik, tak jua tersambung. Ah, lama banget angkatnya, batinku tak sabar. Lalu terputus secara otomatis. Ku coba telpon sekali lagi. Siapa tahu tadi dia memang sibuk tidak bisa angkat telpon dan kali ini bisa. Tut.. Tut. Dua kali bunyi tiba-tiba putus, di reject! Astaga! Koq diputusin sih? Biasanya ga pernah Tio begitu, keluhku kecewa. "Ada apa yah, apa Tio sibuk sekali?" Monologku sembari mataku sekilas melirik jam dinding waktu menunjukkan pukul 19.30. Masa jam segini belum pulang kerja yah? Lia, ku kasih tahu kamu yah! Kamu musti curiga kalau pacarmu tiba-tiba mutusin panggilan telpon. Pasti ada apa-apanya apalagi kalian sudah lama ga ketemuan, bisa jadi dia mau menjauh! Kata Loni, si tukang kepo karena dia emang yang suka ikut cemplung di kolam masalahku. No! Ini baru pertama kali Tio begitu, bisa jadi dia sedang meeting. Ga boleh nethink, Lia! Hibur ku pada jiwaku sekaligus menyanggah asumsi Loni. Ting. Notif WA masuk. Maaf ya, yang aku ga bisa angkat telepon, entar aku call balik. Aku tersenyum lega, setidaknya Tio kasih kabar lewat chat WA. Ku tunggu saja Call baliknya. Sembari menunggu aku mengeringkan rambut setelah itu aku melihat- lihat lagi tugas pekerjaan yang diberikan Pak Boss padaku, mempelajarinya dengan seksama, jangan sampai aku melewatkan sesuatu yang penting. Rasanya aku sudah menghabiskan waktu berjam-jam tetapi nyatanya baru dua puluh menit jarum jam berjalan, mungkin saja karena sedari tadi aku menunggu telpon masuk dari Tio jadi waktu terasa berhenti. Kring kring... Telepon masuk. Ku angkat telepon segera tanpa melihat siapa lagi yang nelpon karena aku yakin Tio sedang memenuhi janjinya. "Tio.... Ka.. " "Tio! Tio! Apa kepalamu isinya cuman Tio!" Ya ampun! Suara mama! "Oh, Ma.. Aku kira.. Tio, maaf, " Aku segera merendahkan suaraku. "Ck!" decak Mama, pasti matanya lagi mendelik. "Ada apa, ma?" tanyaku pelan, malas. "Tio udah lamar kamu belum?" "Ma, kok itu terus sih yang dibahas?" Aku sebal mama selalu mengejar soal yang satu ini. "Lia, kamu udah cukup umur, jangan sampai lewat, kalau tahun ini ga dilamar juga. Kamu mama jodohkan sama teman mama!" "Ma, ini kan urusan pribadinya Lia, ma. Yang jalani kan Lia juga." Aduh, mak nih nyebelin! "Kamu jangan bodoh, Lia! Itu cowo ga ada pendirian! Mama mau tanya sekarang ini dia makin jauh apa dekat?!" "Ma, Tio itu banyak kerjaan makanya sibuk ga bisa tiap hari nelpon lah." Ups! Aku refleks menutup mulutku..Waduh! Secara tidak langsung aku sudah kasih tahu mama kondisi hubunganku dengan Tio akhir-akhir ini. Akibatnya suara mama makin meninggi bikin ngilu kuping. "Ooh gitu?!.Jadinya udah makin jauh kan? Alasan kerjaan?! " "Udahlah, Ma, bikin stress nih! Mama cukup doa aja biar Lia cepat nikah!" "Kamu mama kasih pilihan! Kejar Tio untuk lamar kamu tahun ini juga atau mama jodohkan dengan anak teman mama! Kamu tahu, umurmu bentar lagi 30, umur segitu itu jodoh sudah lewat. Ingat! Di keluarga kita ga ada perawan tua!" Tuutt. Panggilan telepon diputus sama mama. Aish! Kayak jaelangkung aja, datang ga permisi, pulang ga pamit! Gerundel ku dalam hati., Kupijit melingkar pelipisku karena kepalaku mendadak pusing. Mama memang sekeras itu. Aku mengerti mama mungkin khawatir sama aku tetapi ini kan urusan yang tak bisa dipaksakan. Aku juga bukan anak satu-satunya, mama pun sudah punya cucu dari adikku, tiga malah! Apa lagi coba? Terus, apa katanya tadi? Umur 30 jodoh sudah lewat? Ya ampun! Dari mana juga pemikiran yang begitu? Banyak kan yang nikah di usia 30 an ke atas? Tapi maklumin juga lah, mama kan tinggal di perkampungan yang punya pikiran kolot, pasti terkontaminasi! Satu lagi, perawan tua yang sering didengungkan mama, andai kata.... Drrrt...drrrt.. Ada pangilan aplikasi hijau. Semoga Tio. "Ck! Bukan Tio!" gumamku kecewa setelah kulihat foto profilnya. "Ya, Ale?" Sapaku pada si penelpon. "Lia! Koq lemes gitu sih? Belum makan?!" Suara cempreng si Alena. "Emang mau traktir makan?" "Yo, sabtu besok kita jalan, dah lama ga nongki bareng." "Emangnya kamu ga jalan sama pacarmu itu?" Aku heran biasanya sabtu Alena selalu bersama Sang pacar. "Rico keluar kota jadi aku sendiri. Temani aku belanja yah sekalian aku mau beli baju dan sepatu buat acara lamaran." "Yah, kuusahakan yah kalo kerjaan ku kelar. Ku lagi banyak kerjaan kantor nih. " tolak ku halus. "Ayo dong, Lia. Temani aku... " terdengar suara rengekan Elena. "Eh besok sabtu yah, ku ada janji sama Tio. " Seruku ngasal. "Eh? Kamu masih sama Tio, ku pikir udah putus loh.. " "Putus? Kata siapa? Kita masih baik-baik koq, " Keningku berkerut. "Koq kamu bilang begitu?" tanyaku lagi tapi tak ada sahutan, obrolan kami terjeda, samar-samar aku mendengar suara Alena na sedang berbicara dengan seseorang tapi tidak jelas, mungkin Alena. menjauhkan ponsel dari telinganya. Tak lama Alena embali berbicara padaku. "Lia, sorry ya tadi aku lagi ngobrol sama sepupuku, fotographer prewed ku. Oke, WA aku yah kalo kamu bisa, ada juga yang mau ku omongin ama kamu," "Apa.... " Tuuut . Panggilan berakhir. Aku berdecak kesal. "Kebiasaan! Jaelangkung kedua! gerutuku lalu melepaskan lilitan handuk di tubuhku dan menggantinya dengan baju tidur babydoll. Alih-alih memikirkan perkataan mama dan Alena, mendingan ku lanjutkan saja pekerjaan kantor yang kubawa pulang. Ini tanggung jawab yang diberikan Pak Boss padahal aku pikir pria tampan berwajah kaku itu akan marah-marah setelah insiden itu. Duh! Benar-benar pengalaman yang membuat ku shock sekaligus memalukan. Entah apa yang ada dalam pikiran Pak Boss melihat aku yang ceroboh ini. Kriuk. Perutku bunyi tanda minta diisi. Kuambil buah apel di dalam keranjang kecil yang terletak di atas meja riasku sebagai pengisi perut di kala lapar di malam hari. Sejak aku diprotes Tio karena bodi ku yang makin melar ini, aku terpaksa diet, jadi malam aku tidak konsumsi karbohidrat, cukup buah-buahan pengisi perut kosong. Hasilnya sudah cukup memuaskan, turun setengah kilo selama 3 minggu. Lumayan kan dari pada tidak turun-turun? Dulunya tubuhku cukup langsing tetapi sejak pacaran sama Tio lambat laun tubuhku mulai berisi, mengembang ke kanan dan ke kiri. Gimana ga? Selalu diajak makan dia atas jam 8 malam, jadinya lama-lama bobotku bertambah namun selama itu aku tidak mempermasalahkannya asalkan Tio tidak mengkritik bentuk tubuhku. Hmm, tetapi anehnya waktu kencan terakhir kami, Tio mulai cerewet, dia bilang nanti lama-lama aku bisa jadi gentong kalau aku tidak bisa mengontrol berat tubuhku. Kendati begitu aku coba berpikiran positif saja saja bahwa Tio berkata seperti itu tentu untuk kebaikanku juga, bagaimanapun tubuh langsing tetap elok dipandang kan? Apalagi kalau berhubungan dengan kesehatan. Kuputar musik slow dari ponsel ku untuk menenangkan pikiran supaya aku bisa berpikir jernih dan mendapatkan ide untuk karyaku. Yah, aku seorang ilustrator gambar, aku kerja di perusahaan yang bergerak di bidang periklanan. Setelah mendapat ide aku akan merundingkannya dengan timku, kali aku dipercayakan menjadi ketua tim kreatif untuk pameran besar yang melibatkan negara lain yaitu Jepang. Aku harus fokus! Aku tak mau mengecewakan Pak Boss yang telah memberikanku tanggung jawab yang besar. Aku harus buktikan aku bisa! Sementara ini kegalauan ku tentang omongan mama, Lena dan Tio yang tak kunjung menelpon sejak janjinya terlontar harus ku tanggalkan. "Ayo, Liana! Asah otakmu, kamu brilliant, pasti kamu bisa!" Monologku memotivasi diri. Lalu tak perlu tunggu lama aku sudah berkutat dengan laptopku. Mencari-mencari file lamaku, siapa tahu dari situ aku mendapatkan inspirasi untuk membuat gambar ilustrasi yang ciamik. Jika sudah begini aku bakal asyik dengan duniaku bahkan bisa sampai larut malam namun untuk kali ini aku harus tidur lebih cepat sebab besok aku akan berangkat kerja lebih pagi. Huaaah! Aku menguap lebar. Kayaknya cukup untuk malam ini. Waktu yang tertera di laptop ku sudah menujukan pukul 22.35. Saatnya tidur. Semoga besok tidak ada lagi insiden-insiden memalukan, batinku sebelum mataku terpejam dan masuk ke alam mimpi. ***"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN