Sudah terbiasa hidup sederhana walaupun anak orang kaya. Ia menyembunyikan identitasnya di tempat nya bekerja."Mi aku jalan ya!"oke hati-hati ya!"jangan ngebut!"Seperti biasa Queena sudah siap hari ini mulai bekerja.
"Pagi Chef selamat bergabung di Hotel Gibran!"
"Selamat pagi Chef Rendra!"
Hari ini akan ada briefing pagi, menurut informasi perkenalan staf baru. Queena baru sadar, kalau pria yang ia jumpai di pesawat adalah CEO Hotel Gibran. Pria cool itu selalu menatapnya tajam dan penuh selidik. Entah apa yang dilikirkan CEO nya, menatapnya terus. Apa mungkin CEO nya masih kesal dengan dirinya saat pertama bertemu di pesawat.
"Selamat pagi semua!"
"Pagi pak!"
Lamunan Queena seketika ambyar, sang CEO sudah datang.
"Tumben pak datang pagi!"sekretaris yang centil mulai menggodanya, akan tetapi Gibran hanya tersenyum tipis. Pria angkuh ini sedang pusing, orang tuanya akan mengadakan acara pertunangan ia dengan Caroline. Padahal dirinya tidak menyukai wanita glamour itu. Cinta tidak bisa dipaksakan, cinta itu anugrah dan jodoh adalah rahasia Ilahi, kita hanya berdoa dan berusaha untuk dapat menemukan jodoh kita tanpa unsur paksaan. Gibran kesal, keluarganya terlalu memaksakan kehendaknya.
Briefing pun dimulai, pak Rendra memperkenalkan kepada semua team kichen,"
"selamat bergabung di Gibran Hotel bu Queena!"silahkan memperkenalkan diri!"
"Perkenalkan nama saya Queena Mahaputri, Pengalaman kerja di Australia sebagai Asisten Chef De Pastri selama 3 tahun!"kurang lengkap bu!"pak Rendra mengeluarkan jurus menggoda supaya Queena tidak stres."Status dan alamat, siapa tahu kita bisa ngopi di rumah ibu!"
Semua yang ikut briefing tertawa dengan lelucon pak Rendra.
"Karena kampung saya jauh di Yogya, jadi saya numpang tinggal di rumah tante saya di Pondok Indah!"status jomblo akut!"hahaha..!"bisa saja bu Queena ini bercanda!"pak Rendra yang paling bersemangat tertawa. Gibran hanya tersenyum tipis, karena pikiran Gibran sedang kacau. Mencari cara untuk membatalkan pertunangan dengan Caroline. Gibran kurang fokus dan konsentrasi.
Selesai brieving Gibran memanggil Queena keruanganya.
"Tolong kamu keluar dulu!"
Gibran menyuruh sekretarisnya untuk keluar, karena ia akan berbicara empat mata dengan Queena.
"Silahkan duduk!"
"Maaf bu Queena, saya mau mendata ukuran baju dan sepatu ibu!"Queena merasa aneh, biasanya urusan uniform HRD atau Head Chef yang menangani "Pak Rendra sedang sibuk jadi saya bantu beliau. Alasan yang masuk akal, Queena bermonolog dalam hati.
"Baju ukuran L dan Sepatu 40!"oke note!"Quuena jengah, tatapan tajam sang CEO sepertinya menyimpan rahasia."Hanya itu, silahkan kembali ke kichen!"baik pak!"
Setelah Queena keluar dari ruanganya, Gibran buru-buru mengambil kunci mobil dan pergi. Gibran menepuk jidatnya, tadi kelupaan nanya warna kesukaan Queena. Gibran nekad, apapun resikonya akan ia tanggung. Kalau misalkan Queena tidak suka dengan pilihanya.
"Bu Queena kalau ada masalah info ya ke saya!"siap Chef!"Rendra kagum, biarpun wanita, kerja nya rapi dan cepat. Sang asisten helper Queena pun heran dan jadi bingung. Chef Queena beda dengan Chef sebelumya, tiap menit teriak minta tolong. Queena terkesan angkuh karena sifatnya tidak banyak bicara padahal hatinya baik dan suka menolong.
"Chef, nanti malam ada acara dinner untuk 100 porsi!"siap chef!"Queena dan helpernya melihat menu dan mulai prepare. Karena jam sudah meninjukan pukul 12.00 siang."Chef makan siang dulu!"ini sudah saya siapkan khusus buat Chef Queena."Cie..cie...!"pak Rendra perhatian ni ye!"pak HRD yang kebetulan sedang ke dapur godain pak Rendra.
"Pak Gibran kemana ya pak?"saya mau konfirmasi masalah setting table manernya!"saya juga tidak tahu!"bu Queena sibuk ya?"sang HRD juga masih berstatus single. Entah pria mapan sudah berkepala 4 masih jombo."Biasa saja pak!"
Untuk malam nanti Queena hanya buat menu pembuka dan penutup, menu utama pak Rendra dan team yang akan memproses.
Di suatu mall megah nampak seorang pria sedang memilih long dres dan sepatu untuk acara pesta. Tak lupa tas branded. Queena mempunyai postur tubuh seperti bule , tinggi 173 cm dan berat 60. Sangat ideal sebagai wanita, bak body seorang model.
"Mbak kalau longdress ini untuk wanita dengan tinggi 173 cm,"bisa gak ya?"oh...bisa pak pak!"warna hitam ada gak mbak?"sebentar ya pak," saya cek dulu!"sambil menunggu SPG nya mencarikan yang berwarna hitam, ia melihat jam tanganya sudah kenunjukan pukul 14.00 wib."ini pak ada!"oke mbak tolong cepat ya di packing!"Gibran menuju kasir dan membayar memakai kartu debitnya.
Tinggal satu lagi yang belum ia beli, cincin tunangan. Gibran mencari cincin yang modelnya bagus dan kira-kira cukup di jari wanita."mau dibuat nama gak pak?"lama gak mbak?"kira-kira satu jam pak!"oke, saya tunggu di restaurant dulu kalau gitu!"Gibran menulis nama wanita tunanganya dan nama dirinya.
Sengaja Gibran tidak mengaktivkan ponselnya, karena fokus mencari perlengkapan untuk acara tunangan."Sementara itu di kichen semua crew sedang sibuk membuat orderan dan menyiapkan menu untuk acara dinner.
Pak Rendra sesekali mengecek makanan yang di buat Queena dan teamnya."wanita pendiam akan tetapi terkesan angkuh ini, wanita typenya"Rendra bermonolog dalam hati."gimana bu Queena, ada yang bisa saya bantu!"tidak Chef terimakasih!"
Di restaurant mewah, Gibran sedang menikmati menu nasi rames kesukaanya sambil menunggu cincin pesananya selesai di ukir nama. Satu jam sudah Gibran menunggu, setelah selesai makan dan membayar ke kasir, Gibran kembali ke toko perhiasan."Sudah selesai ya mbak?"sudah pak!"
Di dalam mobil pikiran Gibran sedang cemas, sambil menyetir mobil. Ia berharap semua akan berjalan lancar. Karena ini suatu supraise yang meragukan. Akhirnya sang CEO sampai juga di hotel. Dengan gayanya yang khas, Gibran langsung masuk ke kamar pribadinya. Ia tidak ingin barang-barang yang ia beli di ketahui sekretarisnya.
Gibran pun sudah memesan makeup artis berkelas. Hatinya deg-degan, ia benar-benar nekad kali ini. Sementara itu maminya sudah cemas karena ponselnya tidak aktiv."Kamu kemana sih?"ponsel gak diaktivin!"Gibran sedang sibuk persiapan acara nanti malam mi!"
Mami Gibran menikah usia 25 dan mempunyai anak setelah usia 30 tahun. Gibran adalah anak yang ditunggu-tunggu sebagai pewaris perusahaan ayahnya. Karena adeknya yang perempuan tidak berminat menjadi pengusaha.
Waktu telah menunjukan pukul 17.00 wib Queena bersiap-siap mau pulang karena hari ini masuk pagi jam 08.00 wib."Ibu Queena di panggil pak Gibran!"oke siap!"Queena berjalan ke ruangan sang CEO sambil memikirkan, kenapa bos nya memanggilnya.
"Permisi pak!"
"Silahkan duduk!"
"Maaf sebelumnya bu Queena!"saya butuh bantuan ibu hadir dalam acara nanti malam!"taaaapi..."saya tidak membawa baju untuk acara dinner!"tenang saja bu Queena,"sudah saya persiapkan semua!"dan sebentar lagi tukang rias datang!"
Queena semakin bingung, Gibran sudah mempersiapkan perlengkapan untuk dinner buat nanti malam. Sepatu, longdress, tas bahkan tukang makeup juga sudah ready. Antara bingung dan kesal. Karena Queena tidak dikasih tahu sebelumnya. Queena di suruh mencoba longdress dan sepatu yang baru di beli dari mall. Queena cemas, ia jarang memakai sepatu hak tinggi. Semua barang yang di beli Gibran bermerek dan elegan.
Gibran terkesima ketika melihat Queena mencoba longdres."Bisa pas ya!"Queena tersipu malu.