bc

Istriku yang Polos

book_age18+
564
IKUTI
2.8K
BACA
HE
arranged marriage
kickass heroine
bxg
kicking
bold
city
office lady
like
intro-logo
Uraian

Erlangga yang patah hati karena dikhianati oleh calon istrinya memutuskan untuk menyetujui perjodohannya dengan Maudy, putri dari kenalan papanya dalam rangka balas dendam kepada sang mantan. Maudy yang merupakan mahasiswi semester akhir itu terlihat begitu menuruti orang tuanya dan perjodohannya dengan Erlangga pun berjalan lancar hingga ke jenjang pernikahan. Namun setelah menikah, Erlangga menyadari bahwa Maudy terlalu polos dan tidak tahu menahu mengenai hubungan suami istri itu seperti apa. Di tengah pernikahan mereka yang lebih terasa seperti proses PDKT, Natasha yang merupakan mantan calon istri Erlangga tiba-tiba datang lagi ke kehidupan Erlangga dan mengaku hamil.

chap-preview
Pratinjau gratis
Dijodohkan
Cast: » Erlangga Pratama (25 tahun). Biasanya dipanggil Angga. Manajer pemasaran yang bekerja di perusahaan papanya. Sebentar lagi akan ditunjuk sebagai direktur menggantikan om nya yang ingin fokus dengan usaha miliknya sendiri. Keras kepala dengan orangtuanya tapi sangat bucin dengan pacarnya. » Maudy Ashalina (20 tahun). Dipanggil Maudy, Mody, atau Mod. Seorang mahasiswi semester akhir yang sebentar lagi akan disibukkan dengan skripsi. Maudy adalah seorang putri yang penurut dengan orangtuanya dan rela berkorban demi menyelamatkan perusahaan papanya dengan cara menerima perjodohan dengan Erlangga. » Natasha Aurelia (25 tahun). Pacar Erlangga yang sudah dilamar oleh Erlangga. Seorang selebgram yang cukup terkenal. Berbanding terbalik dengan Erlangga yang bucin, Natasha lebih sering cuek dan sering marah kepada Erlangga. Membuat Erlangga rela melakukan apapun agar mood Natasha selalu baik. » Erina Anindita (20 tahun). Sahabat Maudy sejak SD yang selalu setia menemani dan mendengarkan curhatan Maudy. » Laras Dwi Elvina (18 tahun). Adik Erlangga yang kadang iseng dan jahil kepada Erlangga. Sangat tidak menyukai Natasha dan lebih mendukung Erlangga dengan Maudy. » Gladys Rivania (20 tahun). Teman sekelas Maudy di kampus yang selalu sirik dengan Maudy. » Panji Kusuma Yudha(25 tahun). Sahabat Erlangga sejak SMA yang paling waras di antara ketiga sahabat Angga. Tapi sesekali juga terbawa arus penyimpangan karena terpengaruh Dito dan Gilang. » Gilang Saputra (25 tahun). Sahabat Erlangga sejak SMA yang berada di antara kewarasan dan penyimpangan. Kadang mendukung Panji, kadang pro ke Dito. » Pradito Haribawa (25 tahun). Biasa dipanggil Dito. Sahabat Erlangga sejak SMA yang paling sesat. Suka mengompori teman-temannya untuk berbuat maksiat. » Damar Setyawan (50 tahun). Papa Erlangga. » Mirna Rosalina (45 tahun). Mama Erlangga. » Subrata (55 tahun). Papa Maudy. » Ranti Yulia (50 tahun). Mama Maudy. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Cowok berusia dua puluh lima tahun itu tersenyum penuh kemenangan saat ia berhasil menghindari acara perkenalannya dengan cewek yang katanya akan dijodohkan dengan dia. Erlangga, atau biasa dipanggil Angga, lebih memilih untuk pergi menemui pacarnya, Natasha, yang sudah ia lamar beberapa hari yang lalu. Ia yakin Natasha adalah cinta sejatinya. Ia tidak perlu jodoh yang dicarikan oleh orang tuanya. Jantung Erlangga berdetak kencang saat melihat Natasha muncul dari balik pintu rumahnya sesaat setelah Erlangga memencet bel rumah itu. Bagaimana mungkin orang tuanya tidak mau merestui hubungannya dengan perempuan secantik Natasha ini dan malah menjodohkannya dengan perempuan pilihan mereka? Erlangga yakin perempuan yang akan dijodohkan dengannya pasti kalah cantik dari Natasha. Mungkin udik malah. Erlangga yakin pilihannya sudah tepat untuk memperjuangkan cinta yang sudah dipilihnya sendiri. "Langsung pergi aja yuk, Sayang?" Ucap Natasha kepada Erlangga. Perempuan itu sudah sangat siap untuk pergi. Dandanannya sudah sangat on. Outfit-nya pun juga sudah ready. Ia tampak begitu seksi. Hal yang membuat Erlangga merasa bangga bisa mendapatkan wanita itu. Teman-temannya semua dibuat iri dengan keberuntungan Erlangga yang bisa meluluhkan hati Natasha. "Oke." Erlangga menunggu Natasha menutup pintu rumahnya agar bisa berjalan beriringan dengan Natasha menuju mobilnya. Setelah perempuan pujaannya itu dekat dengan mobilnya, dengan sigap ia membukakan pintu mobil untuk Natasha, lalu segera menutup pintu itu kembali saat Natasha sudah masuk. Saat Erlangga ikut masuk ke mobil, Erlangga melihat Natasha sudah memegang HP Erlangga yang tadi ia tinggalkan di mobil. "Papa kamu," Natasha menyodorkan HP Erlangga untuk memberitahukan bahwa ada panggilan masuk untuk Erlangga. Namun Erlangga malah tidak mau mengambil HP nya itu. "Udah biarin aja. Paling dia mau marah-marah gara-gara aku nggak datang di acara makan siang yang udah dia atur itu," ucap Erlangga. Ia segera menghidupkan mesin mobilnya dan mulai mengendarai mobil itu. Ia hendak menemani Natasha ke salon sore ini. "Oh," Natasha nampak tidak begitu peduli. Ia pun meletakkan HP Erlangga kembali di atas dashboard mobil lalu beralih ke HP nya sendiri. "Sebelum ke salon mau coba lihat-lihat baju pengantin nggak Sayang?" tanya Erlangga di tengah perjalanan mereka. Ia begitu serius dengan hubungannya bersama Natasha. Jadi ia sudah mulai mencari tahu persiapan apa saja yang harus dilakukannya untuk menikah. Ia tidak peduli walaupun ia harus menyiapkannya sendirian karena keluarganya tidak setuju dengan keputusannya menikah dengan Natasha. "Lho, cepet banget? Kamu baru ngelamar aku beberapa hari yang lalu lho?" Natasha tampak tidak begitu antusias mendengar ajakan Erlangga. "Ya memangnya mau kapan? Aku ngelamar kamu kan karena mau nikah sama kamu secepatnya." "Ngapain buru-buru sih? Nanti orang malah ngiranya aneh-aneh. Udah, pelan-pelan aja." Erlangga menatap sekilas ke arah Natasha. Bingung dengan jalan pikiran pacarnya itu yang seolah memaksakan opini orang lain. "Ya udah, kita diskusiin persiapan pernikahan kita pelan-pelan. Aku ngikut kamu deh," ucap Erlangga akhirnya, pasrah dengan perkataan Natasha. Erlangga memang harus selalu mengalah dengan Natasha demi kedamaian hubungan mereka. Jika tidak, Natasha tidak akan segan-segan mengancam untuk menyudahi hubungan mereka. "Lagian hubungan kita sampai sekarang belum direstuin sama orang tua kamu. Terus nanti biaya pernikahan kita gimana? Memangnya kamu sanggup nalangin semuanya tanpa bantuan orang tua kamu?" Natasha lagi-lagi mengatakan ucapan yang nyelekit. "Ya bisa dong Sayang. Kan aku ada tabungan. Kita bisa kok bikin pesta yang sederhana. Kita undang teman-teman dekat aja," Erlangga masih berusaha bersabar menjawab pertanyaan Natasha. Namun Natasha menghadiahinya tatapan sinis. "Aku nggak mau ya pesta yang biasa-biasa aja. Lagian aku nggak mau nikah sebelum orang tua kamu ngerestuin. Dimana harga diri aku, Ga? Pasti orang bakal mikir kalau aku ini cewek yang nggak benar makanya orang tua kamu nggak mau ngerestuin aku!" "Sayang, jangan mikir gitu dong," Erlangga meraih tangan Natasha dan menggenggamnya, "maaf aku nggak mikirin perasaan kamu. Aku bakal usaha untuk ngebujuk orang tua aku biar hubungan kita direstui, ya?" Erlangga membujuk Natasha dengan nada memelas. Dalam hati ia memaki dirinya sendiri yang tidak peka akan keresahan kekasihnya itu. Sudah pasti jika orang-orang tahu jika Natasha tidak direstui oleh orang tua Erlangga, hal itu akan menjadi bahan bagi mereka untuk mengolok Natasha. Dan tentu saja mental Natasha akan menjadi hancur karena hal itu. Erlangga tahu banyak sekali orang yang sirik dengan Natasha yang begitu sempurna, dan mereka senantiasa menantikan momen untuk mencari kelemahan Natasha. Natasha melepaskan tangan Erlangga dengan paksa. Seolah tangan Erlangga begitu menjijikkan, "ya udah kalau gitu nggak usah bahas pernikahan sebelum kamu bisa buktiin janji kamu. Duh baru mau pergi aja udah bikin bete!" Natasha mendumal sendiri, namun tetap saja Erlangga jadi tidak enak hati. "Maaf ya Sayang udah bikin mood kamu jelek. Nanti habis ke salon kita belanja deh. Mau kan?" Bujuk Erlangga. Natasha hanya mendengus menanggapi rayuan Erlangga tersebut. Ia memutar bola matanya dengan wajah cemberut. Nampaknya Erlangga harus lebih berusaha lagi untuk bisa membuat Natasha menjadi ramah dengannya hari ini. *** Maudy merasa sedih melihat papanya yang kecewa karena acara makan siang yang dinanti-nantikan oleh beliau tidak berjalan mulus. Anak dari teman baik papanya, yang katanya akan dijodohkan kepada Maudy, ternyata tidak datang di acara makan siang tersebut. Padahal acara tersebut diadakan untuk mengenalkan Maudy dengan pria itu. "Padahal anak papa udah dandan cantik seperti ini. Tapi dia malah tega nggak datang. Dia belum lihat aja kamu orangnya seperti apa. Kalau udah tahu, pasti dia menyesal nggak datang hari ini!" Papa Maudy masih mengomel. Maudy yang masih mengenakan pakaian lengkap yang dipakai di acara makan siang tadi pun menghampiri pria paruh baya itu, lalu menyentuh pelan lengan papanya, berusaha menenangkan papanya. "Udah lah Pa. Kan tadi kata Om Damar anaknya tiba-tiba kedatangan klien dari Jepang. Acara makan siang kita masih bisa diatur ulang, tapi kalau kedatangan klien dari luar negeri susah untuk diatur ulang. Yang ada kliennya nanti malah beralih ke yang lain." "Iya Papa tahu, tapi kan kamu lebih penting daripada klien itu," papa Maudy masih keuh-keuh dengan pendapatnya. Maudy pun mengajak papanya untuk duduk, agar amarahnya bisa berkurang. "Justru bukannya Papa suka dengan orang yang bekerja keras dan bisa ngeliat peluang? Papa bilang selagi masih muda harus selalu bekerja keras. Dan menurut aku, Mas Angga tadi ngelakuin hal itu Pa. Kalau dia berhasil menjalin kerjasama dengan kliennya hari ini, pasti dia bisa dapat proyek, dapat pemasukan, dan bisnisnya bisa terus berjalan dengan lancar. Kerjasama perusahaan kita dengan perusahaan Mas Angga juga nggak akan sia-sia," Maudy masih dengan sabar mengingatkan papanya tentang hal yang dulu pernah ia ucapkan kepada putri semata wayangnya itu. Ia selalu berusaha untuk melihat segala sesuatu dari sudut pandang yang positif. Memang sudah wataknya dari dulu seperti itu. Pak Brata menatap putrinya dengan tatapan kagum. Ia merasa putrinya begitu bijaksana dalam melihat sebuah masalah. Ia pun tersenyum, setengah dari kedongkolannya mendadak sirna. Namun kekhawatiran kini datang kembali ke benaknya mengenai keputusannya untuk menjodohkan anaknya di usianya yang masih cukup muda. Bahkan lulus kuliah saja belum. "Tapi kamu beneran nggak papa kalau menikah dengan Angga? Papa nggak maksa kamu lho Maud, yang paling penting bagi papa itu kebahagiaan kamu," ucap Pak Brata serius. Maudy yang selalu menuruti ucapan orang tuanya kadang membuat orang tuanya khawatir. Mereka takut Maudy mengorbankan kebahagiaannya sendiri demi melihat orang tuanya bahagia. "Kok nanya lagi sih Pa? Kan Maudy udah bilang kalau Maudy yakin dengan pilihan Papa. Nggak mungkin kan Papa ngejodohin anak satu-satunya dengan sembarangan orang. Lagipula Maudy juga nggak lagi dekat dengan siapa-siapa, jadi apa salahnya Maudy nerima perjodohan ini? Dan perjodohan ini juga ngebawa keuntungan untuk perusahaan kita. Jadi apalagi yang Papa pikirin?" Maudy menatap papanya dengan wajah penuh keoptimisan dan senyum yang masih belum juga luntur dari bibirnya. Matanya bagai memancarkan sinar saking bersemangatnya ia dengan perjodohan yang ditawarkan oleh papanya. Melihat respon positif dari putrinya itu, akhirnya pak Brata memutuskan untuk mempercayai firasat Maudy tentang perjodohannya yang kelihatannya akan baik-baik saja jika diteruskan. "Anak papa memang paling baik, penurut, bijaksana, pokoknya top deh!" Pak Brata ikut tersenyum bersama Maudy sambil memberikan bermacam pujian. Wajah Maudy jadi memerah karena malu disanjung seperti itu. "Ya udah, sekarang mending Papa ganti baju terus istirahat. Mama udah di kamar tuh daritadi nungguin papa selesai ngomel," Maudy meledek papanya sambil tertawa jahil. Namun ia segera menghentikan tawanya saat papanya menjadi cemberut karena ledekan itu, dan segera bangkit dari duduknya. Ia memegang kedua lengan papanya dengan lembut, membantu papanya untuk berdiri. "Ayok Pa, Maudy anterin ke kamar," ucap Maudy. Pak Brata pun hanya menuruti Maudy dan ia pun berjalan dibantu Maudy menuju kamarnya. "Ya udah, Maudy ke kamar juga ya Pa. Mau mandi," kata Maudy setelah ia dan papanya sampai di depan pintu kamar papa dan mamanya. Pak Brata pun mengangguk. "Nanti jangan kelamaan di kamar. Ntar lupa makan malam," Pak Brata mengingatkan. "Siap Pa! Kalau makan Maudy nggak mungkin lupa," ucap Maudy sambil terkekeh. Setelah itu ia pun berlalu dan pergi menuju kamarnya. Walaupun ia daritadi memperlihatkan kepada papanya bahwa ia baik-baik saja, bahwa ia menerima perjodohannya dengan Erlangga tanpa memberikan protes sedikitpun, sebenarnya diam-diam Maudy sedikit merasa takut. Ia khawatir harus menjalani kehidupan dengan orang yang sama sekali asing baginya. Ia takut ada beberapa hal yang tak terduga yang akan terjadi, yang tak pernah terbayangkan olehnya sebelumnya. Dan yang membuat ia sedikit sedih, jika nanti sudah menikah tentu ia akan pergi dari rumah meninggalkan kedua orangtuanya dan tinggal dengan suaminya. Namun Maudy berusaha mengenyampingkan segala kekhawatirannya tersebut. Papanya sudah tua dan sakit-sakitan, sementara keadaan perusahaan milik papanya sedang tidak baik-baik saja. Maudy tidak bisa melihat papanya terpuruk. Ia ingin sekali membantu papanya. Ia sebenarnya ingin turun tangan membantu di perusahaan papanya, namun papanya khawatir Maudy yang belum punya pengalaman bekerja akan merasa kesulitan bila langsung dihadapkan dengan permasalahan perusahaan yang cukup besar. Lagipula Maudy sekarang sudah ada di semester akhir perkuliahan, papanya ingin melihat Maudy fokus dengan tugas akhirnya dan lulus tepat waktu. Dan setelah lulus kuliah, barulah papanya bisa tenang melepas Maudy di perusahaannya. Hingga suatu hari ada pilihan lain bagi Maudy untuk membantu menyelamatkan perusahaan papanya walaupun ia belum tamat kuliah, yaitu dengan cara menerima perjodohan dengan anak dari teman baik papanya. Maudy langsung menyetujuinya begitu saja, tanpa ia tahu bahwa Erlangga begitu menentang keras perjodohan mereka. *** "Anak kurang ajar ini akhirnya pulang juga!" Pak Damar, papa Erlangga langsung menghadiahi Erlangga dengan hardikan saat anak pertamanya itu baru sampai di rumah dan melewati ruang keluarga. Matanya melotot, napasnya bagai diburu. Namun Erlangga hanya membalas papanya dengan tatapan malas. "Kan aku udah bilang kalau aku nggak mau dijodohin," ucap Erlangga tanpa rasa bersalah. Ia hendak menyelonong pergi ke kamarnya agar tidak perlu mendengarkan omelan papanya lebih lama lagi, namun papanya menghentikannya sambil menyodorkan layar HP milik Laras - adik perempuan Erlangga - ke wajah Erlangga. "Ini apa maksudnya?" Tanya Pak Damar. Nampak layar HP Laras menampilkan unggahan foto terakhir di akun i********: milik Natasha, dimana Natasha memamerkan jari manisnya yang sudah dihiasi sebuah cincin lamaran, dan Natasha menuliskan kalimat "I said yes!" untuk keterangan foto itu. Erlangga memelototi Laras yang duduk berlindung di balik tubuh papanya namun tetap sedikit mengintip untuk melihat reaksi Erlangga. Gadis yang berjarak tujuh tahun lebih muda darinya itu tertawa geli tanpa suara, merasa senang mendapatkan bahan agar kakak laki-laki semata wayangnya itu lebih dimarahi lagi oleh papa mereka. Namun hal lain yang membuatnya mengadukan tentang postingan Natasha kepada papa mereka adalah karena ia sangat tidak suka dengan Natasha. Ia tak bisa membayangkan bila ia memiliki kakak ipar seperti Natasha. "Ya aku udah ngelamar Natasha," ucap Erlangga akhirnya. Toh papanya juga harus mengetahui hal itu karena ia akan meminta restu kepada papa dan mamanya. "Ya ampun Angga," Bu Mirna, mama dari Erlangga yang tadi juga ikut menantikan kepulangan Erlangga bersama suami dan anak perempuannya merasa tak bisa mempercayai hal yang telah dilakukan Erlangga. Ia tampak begitu kecewa, begitu pula dengan suaminya. "Berani-beraninya kamu ngelamar perempuan tanpa persetujuan orang tua kamu!" Bentak pak Damar. Ia memaki Erlangga dengan mata yang juga masih melotot. Sudah dibuat kesal karena Erlangga tidak datang di acara makan siang yang sudah diaturnya, sekarang malah tambah dibuat kesal dengan pengakuan Erlangga. "Pa, emang apa salahnya sih aku milih calon istri aku sendiri? Aku itu udah lama pacaran dengan Natasha. Aku cinta sama dia. Tapi papa sama mama malah nyuruh aku nikah sama orang yang sama sekali nggak aku kenal. Buat apa? Hati aku udah mantap untuk memilih Natasha sebagai calon istri aku Pa! Aku nggak butuh perempuan lain," Erlangga menjelaskan sambil berusaha keras mengatur emosinya. Sekesal apapun ia dengan orang tuanya, ia harus mengontrol diri agar tidak melampaui batas. "Papa sama Mama cuma mau kamu dapat yang terbaik, Ngga," ucap mama Erlangga yang bersikap lebih tenang daripada papa Erlangga. Ia tak ingin suasana makin memanas bila ia ikut menyudutkan Erlangga. "Emang kurang baik apanya Natasha, Ma? Dia cantik, punya penghasilan sendiri, dibanding calon dari papa, masih kuliah, belum siap untuk jadi istri orang." "Kamu bilang pacar kamu punya penghasilan sendiri? Tapi kenapa dia terus-terusan morotin kamu? Kerjaannya cuma pamer kekayaan di sosmed, tapi semuanya dari kamu. Udah gitu pakaiannya nggak sopan, sikapnya apalagi. Kamu udah buta ya Ngga?!" Pak Damar nampak sangat tidak menyetujui pendapat Erlangga tentang Natasha. "Pa, Natasha nggak morotin aku. Memang aku yang suka beliin hadiah untuk Natasha. Itu karena aku cinta sama dia. Dia kelihatan kayak pamer kekayaan itu cuma untuk narik endorse aja kok. Aslinya dia baik banget Pa. Papa belum kenal sama dia, tapi Papa udah mikir yang jelek-jelek aja," Erlangga masih berusaha untuk membela kekasihnya. Baginya Natasha tidak seburuk yang dikatakan pak Damar. Entah harus dengan cara apa ia meyakinkan papanya itu. "Kamu kan pernah bawa dia makan malam bareng keluarga kita sekali, disitu papa udah bisa nilai dia orangnya seperti apa. Sombong, nggak sopan, beda jauh dengan Maudy. Dia bukan cuma wajahnya yang cantik, hatinya juga. Anaknya sopan, ramah, santun, dan hormat dengan orang tua." "Spek bidadari mah. Kalau kak Natasha itu spek jin," Laras yang dari tadi diam tiba-tiba menimpali perkataan papanya. Erlangga lagi-lagi menghadiahi Laras dengan tatapan tajam. "Halah, itu kan karena dia mau ngambil hati papa aja. Kan keluarganya butuh kita. Kalau papa mau bantu keluarga dia ya bantu aja Pa. Nggak perlu pakai acara jodohin aku sama dia," Erlangga kembali membantah perkataan papanya. "Anak ini, selalu aja ngelawan sama orang tuanya. Memang ini gara-gara terpengaruh pacar kamu! Pokoknya papa nggak mau tahu, kamu harus menikah dengan Maudy! Biar kamu belajar dari Maudy gimana caranya patuh dan hormat sama orang tua!" Pak Damar berlalu begitu saja setelah mengatakan hal itu. Ia tidak ingin memperpanjang perdebatan dengan anaknya yang keras kepala itu. Ia yakin ia akan berhasil menjodohkan anaknya dengan anak dari orang yang dulu pernah berjasa besar bagi hidupnya. Orang yang pernah membantunya bangkit dari keterpurukan, dan selalu ada untuknya di saat-saat sulitnya. Orang yang sangat ia hormati dan ia jadikan teladan sehingga ia bisa sukses seperti sekarang. Erlangga tak akan bisa mengalahkan tekad Pak Damar yang sudah begitu besar untuk menjodohkannya dengan Maudy. Mama Erlangga ikut meninggalkan Erlangga, begitu juga Laras, yang sebelumnya menghadiahi Erlangga dengan juluran lidah, puas melihat kakak laki-lakinya itu dimarahi. Mulut Erlangga berkomat-kamit sesaat bagai memberikan ancaman untuk Laras. Namun Laras tidak takut sama sekali. Kini tinggal Erlangga sendirian di ruang keluarga itu. Erlangga mengusap wajahnya dengan kasar. Kalau sudah seperti ini pasti akan semakin sulit baginya untuk meminta restu kepada orangtuanya untuk hubungannya dengan Natasha. Padahal tadi ia berencana untuk berbicara baik-baik dengan orangtuanya. Tapi papanya sudah menyambutnya dengan amukan saat ia baru pulang, sehingga membuat Erlangga secara tak sadar ikut emosi. Erlangga menghela napas berat. Mungkin ia harus mencari hari lain untuk membujuk orang tuanya. Ia sangat berharap ia bisa melakukannya. *** Bersambung... Jangan lupa comment ?

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.7K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.3K
bc

TERNODA

read
198.7K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.6K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.8K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
58.0K
bc

My Secret Little Wife

read
132.1K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook