Broken Promises

1886 Kata

    "Kamu nggak boleh benci beliau, hanya karena beliau adalah nenek saya."     "Gue nggak benci sama Nenek Widya."     "Tapi kamu kemarin pergi gitu aja setelah lihat saya."     Theo terdiam. Tentu saja ia pergi. Itu normal bagi seorang manusia yang tiba-tiba melihat seonggok musibah yang paling dihindari macam Bianca.     Rasa kecewa dan marah itu muncul begitu saja. Mengorbankan perasaan Nenek Widya yang tak tahu apapun, Nenek Widya yang selalu baik.     "Saya harap kamu nggak berhenti silaturahmi. Nenek selalu kesepian selama ini. Tapi sekarang beliau punya kamu sebagai teman." Bianca meraih jemari Theo. "Saya tahu kamu hanya terkejut. Datanglah ke rumah Nenek lagi! Beliau sangat sedih karena kejadian kemarin."     Theo segera melepaskan genggaman Bianca pada tangannya. Theo terl

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN