Awal
3 Bulan yang lalu
Kring! kring! kring!
Suara bel pertanda pulang sekolah itu di sambut dengan hati yang bersorak gembira tentunya oleh seluruh murid Amerta school setelah seharian mereka menerima pelajaran yang cukup memabukkan, serta masuk dari telinga kiri dan keluar dari telinga kanan bagi sebagian murid termasuk juga bagi Queensha Mecca Veddira.
Mecca mulai memasukkan beberapa buku pelajarannya ke dalam tasnya, sebenarnya bukan beberapa sih. Karena hanya ada tiga buku yang ia bawa sehari-hari,Mecca sendiri bingung ia yang memiliki otak pas-pasan seperti ini mengapa bisa masuk di jurusan IPA yang kata orang isinya cuma anak ambis, sedangkan dirinya merasa hanya menjadi remahan peyek dikelas ini.
Tapi yasudah, sudah terjadi juga. Mau gimana lagi?
Belum saja Mecca beranjak dari tempat duduknya, ternyata dia sudah kedatangan tamu tidak di undang.
"Ada apa lagi sih Medina?" Tanyanya dengan tatapan terlihat malas untuk sekedar berbicara dengan Medina, pasalnya menurut
Mecca, Medina itu terlalu baperan dan banyak maunya.
"Gue yang harusnya nanya, mau lo itu apa sih Ca?!" Medina sudah tidak kuat lagi menahan untuk tidak mengeluarkan kekesalannya pada gadis yang selama 5 bulan kebelakangan ini membuatnya jengkel dengan tingkah dan ulahnya yang hobby gonta-ganti pacar, terlebih dengan orang yang ia suka. Padahal belum juga keduanya genap bersekolah satu semester di Amerta school.
"Emangnya Ecca punya salah apa lagi sama Medina? Ecca gak ngapa-ngapain kok Medina kesel terus sama Ecca? Jangan-jangan Ecca nafas aja juga masalah buat Medina?"
Medina semakin menatap gadis di depannya dengan sorot mata penuh emosi, "Lo masih tanya punya salah apa?! Ngaca dong ca, lo mau pacarin semua cowok di Amerta school? Gila ya Lo?!"
Mecca menghela nafas, jadi karena masalah cowok lagi. Emang ya jadi orang imut itu susah.
"Oh Medina mau bilang Ecca salah lagi pacaran sama ka Dimas kayak waktu Ecca pacaran sama ka David, ka Biru, sama Ari?kenapa sih Medina berlebihan banget orangnya, baru juga pacaran belum Ecca ajak nikah," ucap Ecca dengan gampangnya.
"Bukan salah lagi ca,lo itu berdosa banget!mikir dong ca. Punya otak sekali-kali buat mikir jangan cuma buat pajangan!"
"Udah, Medina tenang aja gausah emosi," Mecca mengganti posisinya yang semula berada di depan Medina sekarang berada di samping Medina dan mengusap bahu Median dengan tangan kanannya.
"Kalo Medina suka sama kak Dimas bilang aja, mungkin seminggu lagi Ecca putusin kok kalau udah bosen. Ecca terima ka Dimas cuma karena kasihan kak Dimas udah kejar-kejar Ecca dan pas banget waktu itu Ecca jomblo."
"EMANG UDAH GILA LO CA! DENGER BAIK-BAIK YA MECCA! GUE SUMPAHIN MULAI HARI INI, GAK AKAN ADA LAGI COWOK YANG MAU SAMA LO CAM---!!!"Sumpah serapah itu keluar dari mulut Medina dengan sekali tarikan nafas, dan suara yang lantang.
Mecca memotong ucapan Medina sambil menatap layar ponselnya yang baru saja berdering, "udah dulu ya siraman rohaninya
Medina, Ecca sekarang udah di tunggu ka Dimas di tempat parkir. Babay Medusa, eh maksudnya Medina, mulut Ecca suka bener deh kalo ejek orang," ucap Mecca sambil ngecer pergi padahal Medina belum menyelesaikan ucapannya.
Mecca sedikit berlari untuk menuju ke parkiran sekolah.
"Ka Dimas," Panggil Mecca saat melihat seorang cowok berdiri sambil bersandar pada mobilnya.
Mendengar namanya di panggil, Dimas pun menatap ke arah sumber suara dan menemukan Mecca di sana.
Mecca kemudian mendekat dan berdiri tepat di depan Dimas.
"Maaf ya ka lama, soalnya tadi temen Ecca ada yang rada rewel," ungkapnya yang hanya dibalas deheman oleh Dimas.
"Yaudah yuk ka pulang," ucap Mecca hendak membuka pintu mobil Dimas tapi pergelangan tangannya di tahan oleh cowok itu.
"Tunggu."
"Kenapa kak?"
"Gue suruh lo kesini bukan untuk ajak pulang bareng," ucap Dimas lalu melepaskan pergelangan tangan Mecca yang ia pegang tadi.
Dimas menatap Mecca dengan tatapan datar, seperti tidak biasanya. "Gue mau kita putus Ca!" Kalimat perpisahan itu baru saja lolos dari mulut Dimas begitu saja.
Putus? Mata Mecca mengerjap beberapa kali. Dimas tidak salah mengatakan kata putus pada dirinya?
Kalimat yang barusan di ucapkan Dimas itu terbilang cukup keras, membuat beberapa siswa yang belum pulang menatap ke arahnya.
Mecca sempat terdiam beberapa saat untuk mencerna kata yang di ucapkan Dimas barusan, karena ini adalah pertama kalinya
seorang Mecca di putuskan, karena biasanya Mecca lah yang akan memutuskan hubungannya.
"Kenapa kak?" Tanya Mecca dengan suara pelan, karena ia sedikit tidak nyaman dengan tatapan siswa lain yang menatap ke arahnya.
Belum saja Dimas menjawab seorang gadis sudah menghampirinya, "maaf ya by aku lama soalnya harus piket kelas dulu," ucap cewek yang menghampiri Dimas.
Dimas menarik pinggang cewek itu agar lebih dekat dengannya, dan memeluk pinggang itu tepat di depan mata Mecca.
Mecca menatap keduanya dengan tatapan kebingungan dan membutuhkan sebuah penjelasan atas apa yang disuguhkan Dimas untuknya.
"Kenalin dia cewek gue," ucap Dimas memperkenalkan cewek itu pada Mecca.
Mecca tertawa,"ka Dimas gak usah prank deh, gak lucu tau."
"Gue gak lagi Prank, dia ini emang pacar gue. Dan gue mau kita putus!"
Kenapa lidah Mecca jadi kelu seperti ini, Mecca tidak pernah berada di posisi seperti ini.
Kaget? Tentu Mecca sangat kaget atas kejadian ini.
"Ja-jadi ka Dimas selingkuh dari Ecca?" Tanya Mecca lirih.
"Bukanya lo juga lakuin itu ke mantan-mantan lo? Kenapa kaget gitu?"
"Oh, jadi ka Dimas cemburu?"
"Ngapain gue cemburuin cewek murah kayak lo, yang sama siapa aja mau?!"
Sedangkan cewek yang ada di samping Dimas itu tersenyum miring meremehkan menatap ke arah Mecca.
"Tapikan ka--" ucapan Mecca terpotong. "Gak ada tapi-tapian lagi Ca!" Tegas Dimas. Setelah itu ia membukakan pintu mobil untuk pacar barunya dan segera melesat pergi
Mecca menatap mobil Dimas yang melesat pergi meninggalkan area sekolah, entah mengapa ia merasakan rasa sakit di uluk hatinya, apa mungkin karena ini untuk pertama kalinya Mecca yang diputuskan? Atau karena ia benar-benar suka dengan Dimas? Tapi enggak mungkin sih, soalnya mereka baru lima hari pacaran. Ya kali Mecca bisa cinta dengan waktu secepat itu pada Dimas.
Tiba-tiba sumpah Mediana yang baru saja ia terima secara lancang terus berputar di dalam kepalanya. "DENGER BAIK-BAIK YA MECCA! GUE SUMPAHIN MULAI HARI INI, GAK AKAN ADA LAGI COWOK YANG MAU SAMA LO!!!"
"Gak! Gak mungkin!" Mecca menggelengkan kepalanya tak percaya. Tapi jika memang sumpah Medina berjalan dengan semestinya ia harus apa sekarang?apa tidak akan ada lagi cowok yang mau dengannya?otak Mecca yang kecil itu kini hanya dipenuhi pertanyaan-pertanyaan tentang sumpah Mediana.
Malam harinya,berita Mecca langsung menjadi trending topik di lambe turah Amerta.